Semilir angin laut pada malam hari sangat menyejukkan. Itulah yang dirasakan pemuda yang memiliki sepasang mata sapphire seindah langit di siang hari. Angin yang bertiup kencang membuat helaian rambut yang berwarna kuning itu turut bergoyang-goyang. Seolah-olah tahu jika sang pemilik sedang merasakan kenyamanan. Bunyi-bunyi suara jangkrik yang menjadi penghias malam tenggelam ditelan suara deburan ombak laut yang kuat. Suara deburan ombak pun kian kencang ditandai waktu menunjukkan semakin malam. Sang bulan mulai unjuk diri seakan-akan mengatakan akulah sang cahaya di malam hari.
Pemuda yang sedang menikmati hembusan angin malam mulai merasakan adanya gangguan. Buru-buru dia berlari ke dalam rumah dan tujuannya tentu saja ke kamar kecil. Dapat dikatakan dia tidak tahan terhadap angin malam apalagi berada di daerah pantai. Bunyi suara pintu kamar mandi yang mulai terbuka menandakan pemuda itu telah menyelesaikan gangguan di perut.
"aaahhh... akhirnya. Selalu saja tidak pernah tahan dengan angin malam." ucap pemuda yang memiliki sepasang mata sapphire dengan tangan yang masih mengusap-usap perut yang dilapisi baju.
"haaahhh.." hela nafas tak luput keluar dari bibir sang pemuda kala lelah dengan aktivitas gangguan malamnya.
"kau sedang apa?" tanya pemuda lain yang memiliki rambut berwarna biru dan mencuat melawan gravitasi dengan sepasang mata onyx yang memandang tajam ke arah pemuda didepannya si pemilik sepasang mata sapphire itu.
"eh, Sasuke? Aku baru meyelesaikan gangguan diperutku. Ah, sakit sekali rasanya" keluh pemuda yang baru keluar dari kamar mandi.
"sudah sering kukatakan untuk tidak terlalu lama keluar saat malam hari" ucap pemuda pemilik nama Sasuke yang terus memandang tajam ke lawan bicaranya.
"hehehe, habisnya aku bosan menunggumu" kata pemuda dengan kulit tan sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"ayo makan" ajak Sasuke kepada pemuda dengan kulit tan berparas manis didepannya.
"kau beli makanan apa, teme?"
"ambilkan piring, dobe" ujar Sasuke yang tak menjawab pertanyaan dan memerintahkan pemuda berparas manis itu untuk mengambilkan piring.
"teme! Jangan mengalihkan pembicaraan!" ucap pemuda berparas manis dengan kesal namun tetap menuruti perintah.
"hn"
"teme!"
Pertengakaran kecilpun terjadi antara kedua pemuda tersebut. Lebih tepatnya pemuda berparas manisdengan sepasang mata sapphire lahyang membuat keributan sedangkan pemuda berambut biru dengan mata onyx hanyamenanggapi seadanya.
-Pagi hari-
Suara kicauan burung di pagi hari dan sinar matahari yang mulai masuk ke celah-celah tirai jendela mengusik pemuda dengan kulit tan. Mengusap-usap mata sejenak, sambil mengumpulkan nyawa. Membuka mata dan melihat jam di dinding, sekedar memastikan waktu.
"ah, masih terlalu pagi" ucap pemuda kulit tan yang masih menyesali bangun terlalu cepat mendahului alarmnya.
"apa yang aku mimpikan? Kenapa aku memimpikan masa itu" gumam pemuda itu seolah akan ada yang menjawab jika ia melakukan hal itu.
"mungkin aku merindukannya" pikir pemuda itu yang masih bingung dengan mimpinya. Akhir-akhir ini ia sering bermimpi tentang 'masa itu'. Masa dimana ia dan sang sahabat atau rivalnya yang selalu dekat, kemanapun pergi selalu bersama, melontarkan kata-kata saling ejek –walau hanya sebelah pihak- yang berujung perkelahian kecil dan berakhir dengan tawa. Masa ia dan sang rival yang saling membutuhkan, saling mengisi dan tentu saja masa dimana mereka masih belum menyadari perasaan masing-masing.
Pemuda kulit tan hanya merenung mengingat kembali kenangan 'masa itu'. Ia selalu menyesali hal yang tak pernah ia sadari secepatnya, hal yang harusnya ia katakan sebelum pemuda bermata onyx tersebut memiliki kekasih, hal yang –mungkin- membuat ia dan pemuda bermata onyx selalu bersama.
"haaaahhh.. sepertinya aku harus mandi untuk menjernihkan kepalaku" ucapnya sambil beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk melakukan ritual pagi.
Pintu kamar mandi terbuka, muncul sosok pemuda kulit tan dengan rambut kuning yang baru selesai dengan ritual paginya. Ia hanya mengenakan handuk yang menutupi daerah pribadinya di bagian bawah dengan tetesan air yang menetes dari rambut ke tubuh tan itu, menambah kesan seksi dan manis secara bersamaan. Memilah-milah baju yang akan ia gunakan untuk ke kampus. Setelah didapatkan pakaian yang sesuai, lalu ia gunakan dan mulai bercermin. Ia merasa heran dengan dirinya yang memiliki tubuh ramping, padahal ia selalu melakukan olahraga basket. Harusnya ia memiliki tubuh yang bagus seperti Sasuke. Ia begitu iri dengan pemuda tampan bermata onyx itu, memiliki otak yang cerdas, tubuh yang indah dengan abs dibagian perut, dan berperawakan tinggi. Sedangkan ia, tubuh ramping cenderung seperti perempuan, tinggi rata-rata, dan tentu saja tidak ada abs dibagian perut, otak pun pas-pasan.
"oh Kami-sama, kenapa aku berbeda?" tanya pemuda itu sambil mengeluh dengan keadaan fisiknya.
"lebih baik aku menyiapkansarapan saja" ujar pemuda itu sambil berjalan menuju dapur untuk menyiapkansarapan sekaligus bekal makan siang.
Ia hanyalah seorang pemuda yang hidup sendiri diapartemen sederhana. Kedua orangtuanya telah meninggal sejak ia berusia 10tahun akibat kecelakaan beruntun yang merenggut banyak nyawa. Ia tak memilikisaudara. Ia dititipkan di panti asuhan hingga usianya cukup untuk mengelola hartawarisan yang ditinggalkan kedua orangtuanya dan terbilang cukup banyak.Pemuda itu tahu kedua orangtuanya termasuk ke dalam keluarga kaya tapi ia tak ingin menghamburkan uang tersebut dengan hal yang tidak berguna. Karena itulah iamenggunakan harta warisan kedua orangtuanya untuk hal-hal penting. Ia juga sempat berpikir untuk mencari pekerjaan sebagai simpanan nanti,namun sang sahabat sekaligus rivalnya melarang keras pemuda itu untuk bekerja.Ia kesal dengan sikap sang raven yang selalu melarang melakukan hal yangmenurutnya tidak bagus, tapi ia juga tak dapat menolak sisi perhatian yangselalu pemuda Uchiha itu berikan.
Suatu hari ia pernah mencoba melamarpekerjaan di toko yang berakhir ia diseret pemuda raven itu ke apartemennya dandiberikan tatapan tajam serta interogasi yang memakan waktu cukup panjang.Pemuda raven itu juga mengatakan akan selalu ada untuknya, ia dapat memberikanbantuan uang jika pemuda berparas manis itu sangat membutuhkan. Ia bencidikasihani, ia tak ingin menyusahkan orang lain. Karenanya ia menolakmentah-mentah tawaran tulus pemuda raven.
-Dikampus-
"Narutooo" panggil seorang pemuda dengan tato segitiga terbalik yang berada di kedua pipi sambil berlari menuju ke arahnya.
"ada apa Kiba?" jawab pemuda berparas manis yang memiliki nama Naruto.
"hehe, tidak ada. Aku ingin berjalan bareng denganmu. Tak boleh?" tanya balik pemuda yang bernama Kiba.
"hm, ayo ke kelas" ajak Naruto.
"oke. Naruto, aku ingin bertanya" Kiba memasang wajah serius dengan tatapan mata ke arah lawan bicaranya seolah sedang menginterogasi seseorang.
"apa?"
"akhir-akhir ini kaujadi lebih pendiam, apa ini ada hubungannya dengan Sasuke?" tanya Kiba.Sebenarnya ia tak ingin menanyakan hal yang terbilang sensitif ini ke Naruto,tapi ia benar-benar merasa terjadi perubahan pada pemuda berparas manisdidepannya ini semenjak Sasuke memiliki kekasih.
Pemuda dengan sepasang mata sapphire cukup terkejut dengan pertanyaan sahabatnya itu, namun ia dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"tak ada hubungannya dengan Sasuke, aku baik-baik saja" jawab Naruto menyakinkan sahabatnya yang masih menatap tak percaya.
"benarkah tak ada hubungannya dengan Sasuke? Lalu kenapa kau jadi pendiam?" tanya Kiba beruntun. Ia ingin Naruto jujur kepadanya dan bercerita mengenai masalahnya.
"benar. Aku sedang ada masalah saja, tapi tak apa ttebayo" jawab Naruto dengan menunjukkan cengiran andalannya.
"haaahhh" Kiba menghela nafas.
"baiklah, kalau ada masalah kau bisa bercerita padaku Naruto" ujar Kiba lagi.
"wakatta ttebayo, ayo ke kelas" ajak Naruto sambil menunjukkan cengirannya dan dibalas Kiba dengan rangkulan dipundaknya.
Mereka berbincang sambil sesekali tertawa menuju ke kelas, tanpa disadari ada sepasang mata onyx yang mendengarkan perbincangan mereka dengan tatapan yang tak terbaca.
