Boruto dan Sarada Bukan Milik Saya

Cerita yang langsung terbesit

Enjoy it, FF Singkat

Pagi itu suasana di desa Konoha damai seperti biasanya. Orang-orang berlalu lalang juga para ninja yang menjalankan misi ataupun memang bertugas untuk menjaga desa. Ninja yang nampak bukan hanya mereka yang berstatus sebagai jounin tetapi genin pun juga ikut hadir.

Tim 7 salah satu dari genin itu juga sedang menjalankan misinya. Walaupun mereka hanya menjalankan misi tingkat D yang terbilang cukup mudah, semua anggota tim 7 serius dan senang untuk menyelesaikan misi. Tidak butuh waktu lama misi mereka pun selesai.

"Akhirnya selesai juga." Uchiha Sarada menyebutkan kelegaannya.

Seorang remaja berambut kuning menimpali. "Tentu saja misi seperti ini mudah aku selesaikan."

"Kita selesaikan, bukan aku Bo.ru.to." Sarada memberikan penekanan penuh..

Sang sensei, Konohamaru menghampiri ketiga muridnya. "Kerja sama kalian semakin bagus saja, kore."

"Aku setuju, aku juga merasakannya." Mitsuki yang sedari tadi diam akhirnya bicara.

Boruto mendengus. "Tapi apakah kerja sama seperti ini bisa diterapkan untuk mengalahkan musuh yang sangat kuat?"

"Tentu saja, asal kau tidak mengacaukannya Boruto." Sarada menimpali.

Mitsuki menangkap sesuatu dari wajah Boruto. "Nande? Apakah ada sesuatu yang kami tidak tahu?"

"Tidak ada, itu kan hanya pertanyaan saja." Bantah Boruto.

"Segalanya akan hancur. Buang saja. Tidak berguna."

Putra Hokage ke-7 itu tiba-tiba memegang kepalanya dengan erat. Suara tadi sangat terdengar atau 'terngiang' di dalam pikirannya. Nafasnya tersengal padahal dia sama sekali tidak kelelahan. Suara itu membuat kepalanya sangat sakit.

Mitsuki yang melihat langsung sadar dan menepuk pelan bahu Boruto. "Daijoube?"

"Daijoube, mungkin hari ini aku sedikit lelah kepalaku hanya mendadak sakit saja." Boruto mencoba menenangkan dirinya.

Konohamaru ikut bicara. "Baiklah Boruto sebaiknya kau istirahat dan pulang ke rumah, misi juga sudah selesai."

"Baru segini saja kau sudah lelah, mau menjadi ninja hebat." Ejek sang Uchiha.

Boruto tersenyum walau sambil menahan sakitnya. "Urusai, aku juga manusia butuh istirahat."

"Hahaha, memang kau manusia." Sarada kembali megejek rivalnya itu.

"Jika bukan apa maumu?" Boruto berhenti dan menatap Sarada dengan garang. Sebuah tatapan mata yang sangat dingin.

Mitsuki yang melihat suasana mulai tegang mencoba menengahi. "Boruto kau tidak perlu serius, Sarada kau sudah tahu sendiri."

"Siapapun Sarada itu aku tidak peduli." Hanya balasan dingin yang Boruto berikan.

Konohamaru akhirnya ikut turun tangan. "Boruto sebagai sensei aku memerintahkan..."

Bukannya mendengarkan ucapan Konohamaru, Boruto sudah menghilang dengan cepat meninggalkan sisa tim 7 yang lain. Konohamaru hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, dia sudah terlalu terbiasa dengan sikap putra hokage ke-7 itu. Sementara sang Uchiha hanya terdiam seribu bahasa. Entah mengapa mendengar kalimat itu membuat perasaannya sesak. Boruto seolah-olah menganggap kehadirannya sudah tidak ada.

-Uchiha Home's-

Sarada pulang ke rumah dengan muka kesalnya. Dia mendudukan kasar dirinya di atas tempat duduk. Anak perempuan berusia remaja itu mengambil bahan masakan dan mengrisnya dengan cepat karena bercampur rasa kesal.

Wanita dewasa dengan surai berwarna merah muda itu sedikit terkejut melihat putrinya yang sudah datang bahkan tengah memasak. Sakura tersenyum melihat putri semata wayangnya bersama Sasuke itu sudah mulai tumbuh. Sang ibu langsung berdiri di samping putrinya, tetapi dia mengernyit melihat ekspresi pada wajah Sarada.

Sakura membuka pembicaraan. "Ada apa dengan wajah kusutmu itu?"

"Eh? Okaeri mama. Sejak kapan?" Sarada terlu fokus pada kekeselannya sehingga tidak menyadari bahwa Sakura sudah pulang.

Sakura tersenyum. "Sudah beberapa menit yang lalu, kau belum menjawab pertanyaan mama tadi."

"Itu... Siapa lagi jika bukan baka Boruto." Sarada makin kesal lagi.

Sakura nampak berpikir. "Tunggu dulu, ngomong-ngomong soal Boruto. Saat ini dia sedang berada di rumah sakit. Hinata tadi sangat panik karena anak itu pulang ke rumah dan pingsan dengan suhu panas yang tinggi."

Sarada langsung menghentikan kegiatannya. "Apa? Sekarang si baka itu dimana? Tadi bahkan dia sok jagoan dan menjadi menyebalkan? Keadaanya bagaimana? Tidak parah?"

"Dia sudah baik-baik saja. Tapi masih berada di rumah sakit untuk mendapat perawatan..." Sakura tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Iya karena putrinya memotong bicaaranya. "Gomen mama kau yang harus menyelesaikan ini sendiri."

"Ruangannya 202" Sakura berteriak.

Sakura tersenyum sendiri karena tingkah putrinya sangat mirip dengan suaminya, tsundere. Namun senyum Sakura langsung memudar setelahnya. Bagaimana reaksi putrinya itu nanti jika 'Boruto' yang itu mengambil alih segalanya.

-Konoha Hospital-

Mata biru itu perlahan mulai terlihat. Pemilik mata biru itu menusuri semua isi ruangan disana, seolah bertanya 'Ini Dimana'. Pandangannya langsung berhenti kepada objek gadis dengan rambut raven yang duduk di samping tempat tidurnya.

"Sa...sarada..." Ucapnya masih lemah.

Gadis Uchiha tersebut langsung menatap si pemilik mata biru yang kini sudah sadar. Tanpa bisa menolak Sarada langsung menggenggam tangannya. "Yukata... Akhirnya kau membuka matamu juga."

Boruto sedikit heran dengan ekspresi sang gadis yang sangat khawatir, ekspresi yang sangat jarang. Boruto tersenyum jahil. "Lihat wajahmu itu... Sangat langka sekali... Hahaha... Seolah-olah aku akan pergi selamanya saja-ttebasa."

"Apa pantas untuk ditertawakan? Apa ada yang lucu?" Sarada menundukkan kepalanya.

Boruto menelan ludahnya, sepertinya kali ini dia tidak tahu situasi. "O..oi aku kan hanya bercanda Sarada."

"Bagimu hanya bercanda?! Kau sengaja kan melakukannya?! Kau tahu bagaimana perasaanku saat kau bersikap seperti tadi tapi akhirnya aku malah melihatmu tumbang dengan keadaan seolah kau akan mati?! Hiks... Kau selalu saja membuatku khawatir." Sarada tidak peduli lagi, karena akan terlalu sesak jika dia tidak menumpahkannya seperti ini.

Boruto terperangah mendengar semua kalimat Sarada. Pria itu tersenyum sebelum mengangkat wajah sang gadis raven dan menghapus jejak air mata di pipi gadis tersebut. "Gomen selama ini aku tidak tahu mengenai semua itu."

"Bo..ru...to.." Sarada menatap dalam mata biru tersebut yang nampak teduh tidak ada tatapan dingin seperti beberapa saat yang lalu.

"Jangan menangis lagi." Boruto entah dia diajarkan oleh sang shisou atau tidak, pria itu memberikan sebuah poke ke kening sang gadis.

Sarada merasa pipinya panas, apalagi dengan beberapa pengakuannya tadi. Dengan kasar Sarada melepas tangan Boruto dan bangkit. "A..aku harus memanggil dokter."

Pria berambut kuning itu hanya bisa tersenyum maklum. Sudah terlalu biasa dengan tingkah teman masa kecilnya tersebut, jika memang Sarada juga menganggap sama. Entah mengapa melihat Sarada menangis seperti tadi membuatnya merasa sakit dan merasa bersalah. Seolah-olah janji yang diucapkannya di depan Mitsuki di atas patung Hokage telah dia ingkari.

"Buang saja. Perasaan. Tidak berguna."

Boruto kembali memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Sial ternyata keadaan ini malah semakin sering terjadi. Pria itu mencoba menetralkan nafasnya agar tubuhnya tidak dikuasai lagi oleh sosok tersebut. Karena dirinya tidak ingin menyakiti lagi gadis yang kini sedang menatap dokter yang memeriksanya sembari bertanya dengan serius.

Sarada pulang dengan perasaan senang mungkin bisa dibilang. Dia tersenyum ceria saat menyentuh keningnya, mengingat hal itu sangat menyenangkan. Tanpa diketahui sang putri, Sakura diam-diam memerhatikannya. Ibu satu orang anak itu sangat lega bahwa yang ditemui Sarada adalah sosok yang sesungguhnya.

-New Mission-

"Akhirnya misi kita mulai meningkat! Ini baru seru-ttebasa." Boruto mengepalkan tangan kanannya berpose dengan semangat.

Mitsuki tersenyum. "Ne, bahkan musuh semakin kuat dari misi sebelumnya."

"Itu benar. Dan oleh karena itu kewaspadaan kita juga perlu ditingkatkan. Satu hal lagi jangan ceroboh karena terlalu ambisi." Ceramah si gadis Uchiha.

Boruto menanggapinya santai. "Tentu saja, aku sudah tahu itu. Terlebih aku tidak ingin membuat orang-orang mengkhawatirkanku."

"Yang diucapkan oleh Sarada benar. Baguslah Boruto jika kau mulai sadar. Yosh ayo kita mulai misi ini sesuai dengan strategi yang kita bicarakan." Konohamaru menatap ketiga muridnya satu per satu.

Misi tim-7 kali ini adalah memburu buronan perampok. Jangan salah mereka bukan perampok tetapi juga shinobi. Oleh karena itu misi ini dikategorikan cukup berat bagi genin seperti mereka. Namun tim-7 bukanlah genin biasa, mereka sudah menjadi kuat.

Sarada langsung mengetahui keberadaan mereka dengan sharingan. Kemudian Mitsuki meringkus mereka dengan jutsu miliknya. Meski harus terjadi beberapa pertarungan kecil. Selanjutnya adalah kombinasi antara Konohamaru dan Boruto untuk menaklukan pimpinan mereka.

Rupanya 'Boss' terakhir memang tidak akan mudah. Serangan Konohamaru maupun Boruto mampu dipatahkan. Sarada dan Mitsuki langsung membantu. Berhasil dengan kombinasi mereka berempat pimpinan mereka ditundukkan. Namun sayang mata mereka langsung melebar saat melihat pimpinan perampok itu yang kini sangat serius.

Mereka berempat langsung terhempas dan terkena beberapa sayatan. Percuma bila jarak dekat yang ada mereka malah tercincang. Mereka langsung meloncat menjauhi pimpinan perampok itu. Tapi sayang bagi Sarada kakinya tidak bisa bergerak karena terlalu lama menggunakan sharingan. Melihat salah satu mangsanya lemah pimpinan perampok itu langsung mengeluarkan jutsu-nya yang sangat menyakitkan. Tanpa mempedulikan teriakan Konohamaru, Boruto berlari menghapiri Sarada dan melindunginya.

"Hah... hah...Hah..."

Boruto nampak berdiri tegap di depan Sarada meskipun dengan nafasnya yang tersengal. Ada perbedaan dengan tampilan remaja berambut kuning itu. Sebuah pola nampak menyebar dari telapak tangan kanannya hingga ke wajah bagian kanannya. Telapak tangan kanannya itu seolah menyerap jutsu mematikan yang tadi hampir menyerang Sarada.

"Sudah kukatakan. Kau tidak siap."

"Arghhh!!!" Boruto mencengkram tangan kanannya. Suara itu muncul dan malah membuatnya semakin sakit. Sarada yang melihat langsung menghampiri Boruto.

Pimpinan perampok itu tersenyum licik. "Karma yang sudah terlahir."

"Tidak akan kubiarkan kau lari. Apa yang terjadi pada Boruto?!" Sarada mencoba menyusul tapi ditahan oleh Mitsuki.

Mitsuki menahan Sarada. "Jangan gegabah saat ini prioritas utama kita adalah nyawa Boruto."

"Tapi dia belum menjelaskan apa yang terjadi pada Boruto!" Kekeuh Sarada.

Konohamaru bekata dengan tegas. "Ereda! Kita akan kembali ke Konoha."

Rumah sakit Konoha tampak ramai tidak seperti biasanya. Kali ini disebabkan karena putra Hokage ke-7. Sakura dan Ino sedang berusaha menyelamatkan nyawa remaja tersebut. Setelah berusaha beberapa lama usaha mereka berhasil, pola yang ada di tubuh Boruto juga sudah menghilang. Namun simbol kutukan itu masih tetap ada di telapak tangannya.

Semua orang yang ada disana langsung mengalihkan pandangannya. Bukan pada Sakura dan Ino tetapi kepada lelaki dengan surai raven yang persis seperti Sarada.

"Ini sudah saatnya kalian tahu." Uchiha Sasuke langsung bicara pada intinya.

Naruto yang ada disana mengernyit heran. "Apa maksudmu Sasuke?"

"Jangan memotong kalimatku Naruto." Omel Sasuke.

Sakura ikut bicara. "Sebaiknya segera kau jelaskan anata."

"Kalian ingat saat penyerangan Momoshiki waktu itu? Setelah Boruto berhasil mengalahkannya, rupanya Momoshiki sudah menyiapkan sesuatu untuk Boruto. Selain aku dengan rinnegan milikku dan Boruto yang mengalaminya tidak ada yang tahu mengenai ini. Sepertinya tanda yang ada di telapak tangan Boruto adalah sebuah simbol kutukan, hampir sama seperti tanda kutukan Orochimaru ditubuhku simbol kutukan itu pun mempunyai kekuatan besar bahkan sangat dahsyat. Tapi tentu saja efek sampingnya akan sama mengerikannya. Entah Momoshiki bisa melihat masa depan atau bagaimana, aku mendengarnya bahwa takdir Boruto akan sangat berat. Bukan hanya tanda kutukan itu tapi aku mendengar Otsusuki itu berkata mengenai mata Boruto yang dalam artian anak itu mempunyai sebuah doujutsu yang sangat hebat melebihi rinnegan." Sasuke menjelaskannya dengan detil.

Naruto memejamkan kedua matanya. "Anak itu juga pernah berkata mengenai byakugan."

"Aku rasa doujutsu Boruto adalah doujutsu yang belum pernah ada sehingga sangat berbeda dengan byakugan." Sasuke membantah pemikiran Naruto.

Shikamaru yang mengerti arti kalimat Sasuke berbicara. "Pada intinya saat ini Boruto memiliki kekuatan yang dahsyat sama seperti bijuu bahkan mungkin lebih. Oleh karena itu anak itu sebaiknya dijaga lebih ketat karena kita juga belum tahu apa rencana klan Ootsutsuki selanjutnya, apalagi satu penyerang yang menyerang Kazekage sampai sekarang belum ditemukan, bukankah begitu Sasuke?"

"Ah baguslah jika kalian sudah mengerti, kalau begitu aku akan melanjutkan penyeledikanku lagi dan kalian juga bergerak seperti kata kalian tadi. Kita jangan sampai lengah." Beberapa saat kemudian Sasuke sudah menghilang kembali.

Uchiha Sarada terus mengenggam tangan yang masih belum sadarkan diri itu. Disana dia melihat tanda kutukan itu. Mengingat pembicaraan para orang-orang penting Konoha tadi terlebih ayahnya membuatnya ingin menangis. Kekuatan besar apanya jika itu hanya membuat pemilik tubuh tersebut tersiksa dan tenggelam dalam takdir yang kejam.

Disana bukan hanya Sarada tapi Mitsuki dan Choco juga tampak menemani. Choco yang terbilang dekat dengan Sarada sangat sedih melihat sahabatnya terpuruk seperti itu.

"Sarada pulanglah dan makan biar kami yang menjaga Boruto." Bujuk Choco.

Sarada msnggeleng pelan. "Kalian saja, aku akan menunggunya sampai sadar. Banyak hal yang perlu kutanyakan pada si baka ini."

"Sa ..rada. ...tapi.." Choco mencoba membujuk lagi.

Mitsuki menahan Choco. "Choco kita saja yang pergi, kau mengerti kan."

"Ne Mitsuki saat aku bertanya apakah dia akan pulang dalam keadaan baik-baik saja rupanya itu bohong ya. Dia sangat pandai menyembuyikan sesuatu." Sarada bicara tanpa melihat Mitsuki.

Mitsuki berhenti beberapa saat. "Meski begitu aku yakin dia akan bertahan. Karena dia adalah matahariku. Jangan terlalu keras bertanya saat Boruto sudah sadar, karena aku juga ingin tahu mengapa dia menyembunyikan ini dari kita semua."

"Aku bahkan sangat ingin memukulnya tapi tidak bisa." Sarada menahan rasa sesaknya.

Choco yang tau temannya mulai menangis ingin menghampirinya. "Sarada kau..."

"Ikou Choco." Namun niat Choco terhenti saat melihat tatapan Mitsuki.

Pintu ruangan tersebut tertutup dan hanya menyisakan Sarada dan Boruto yang masih menutup matanya. Gadis raven itu tidak tahu kenapa tetes demi tetes air mata mengalir deras keluar dari matanya. Dia merasa sangat tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk orang yang dicintainya ini. Dia mengakuinya, dia mencintai rivalnya ini bahkan sangat.

Tangan itu bergerak perlahan, bukan untuk mencoba meraih udara. Melainkan untuk menghapus air mata yang sangat banyak dari seseorang yang selalu mengkhawatirkannya. "Lagi-lagi aku membuatmu menangis ya."

"Boruto no BAKA!!!" Sarada langsung mengeluarkan tinjunya, bukannya memukul Boruto gadis itu malah memeluknya dengan sangat erat.

Boruto membalas pelukan sang gadis dan tiada henti mengucapkan kata maaf. "Gomen. Gomennasai. Honto ni gomennasai."

Sarada menghapus air matanya kasar. Boruto tersenyum melihatnya. "Sekarang hutang penjelasanmu padaku sangat banyak Uzumaki Boruto!"

Semua orang sepertinya sudah tahu, tidak ada gunanya lagi menyembunyikan hal ini dari Sarada maupun rekan-rekannya. Gadis Uchiha itu nampak serius mendengarkan setiap kalimat Boruto. Apa yang diceritakan Boruto tidak berbeda jauh dari cerita ayahnya.

Mereka berbicara hingga malam hingga akhirnya Sarada tertidur duluan. Padahal Boruto sudah menyuruhnya untuk pulang tapi dengan alasan misi penjagaannya gadis itu keras kepala dan malah terlelap dengan posisi duduk. Boruto menyelimuti tubuh Sarada.

Saat Boruto mencoba untuk tidur dia diusik oleh seseorang. Dengan cepat Boruto mengarahkan kunainya. Dia mengingatnya, orang itu adalah pimpinan perampok tadi.

"Tenanglah aku bukan mengajakmu bertarung tapi mengajkmu bergabung." Dengan santai orang itu berbicara.

Boruto tersenyum remeh. "Cih tidak sudi."

"Kau salah mengira jika aku mengajakmu sebagai kelompok perampok. Aku mengajakmu melakukan sesuatu yang menarik. Tentu saja jika kau menolak akan ada konsekuensi yang sangat besar yang akan kau terima." Orang itu sudah menghilang.

Boruto ingin mengejarnya. "Sial dia kabur."

'DEG'

"Menghilanglah. Dirimu ini yang harus pergi."

"Lalu jika aku tidak ingin pergi?"

"Kematian semakin cepat."

"Kau juga tidak mempedulikannya bukan?"

"Ya. Aku hanya perlu membunuh intinya."

"Kalau begitu sama saja dengan keadaanku yang membiarkan kematian semakin cepat."

"Kau salah. Walau kau hidup dan dan aku yang menghilang semua akan tetap sama, karena hanya 'aku' yang ini yang bisa mengakhiri semuanya."

"Karena aku berbeda darimu. Aku sudah tahu perasaan itu tidak berguna."

'DEG'

"Boruto daijoube? Boruto jangan membuatku khawatir!" Sarada nampak panik karena Boruto hanya diam dengan tatapan dingin.

Boruto langsung sadar mendengar teriakan Sarada. "Ini sudah pagi?"

"Ya dan kau melamun selama 30 menit." Sarada hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.

Boruto menatap Sarada dengan serius. "Sarada apa aku boleh bertanya?"

"Tentu apa itu?" Tanya balik Sarada heran.

Boruto bertanya dengan jelas. "Apa yang akan kau lakukan jika aku berubah suatu saat nanti? Dan menjadi Uzumaki Boruto yang sama sekali tak kau kenali?"

Sarada tersentak mendengar pertanyaan Boruto. Jawaban apa yang akan dirinya berikan. Tatapan dingin seperti beberapa waktu itu sangat membuatnya takut.

To Be Continue...