Sunset Valley, tahukan apa itu? Ya, bisa dibilang kota yang indah dimana berbagai macam Sims tinggal. Ada yang polisi pikun, maniak maling, orang aneh yang menganggap dirinya pahlawan, dan lain-lain. Disini, berbagai macam drama komedi tercipta. Salah satunya adalah Sim milikku ini. Baiklah, kita mulai saja.
Di salah satu rumah dekat pantai, tinggallah seorang wanita muda bernama Mirana Blueheart. Wanita berambut biru yang suka menanam, membaca dan memperbaiki barang ini baru saja pindah dari kota, emm, kita sebut saja Sandshrewland (kok jadi mirip nama pokemon?), bersama kucing Persian biru kesayangannya. Tapi, sebelum aku menceritakan kehidupannya di masa kini, mari kita lihat dulu masa kecilnya yang membuatnya pindah ke kota kecil nan indah ini.
Di masa berumur 8 tahun, gadis kecil ini sangat suka membaca berbagai buku, dari novel ringan sampai buku yang baca satu halamannya saja sudah bikin orang stress. Di masa itu, ia tinggal di pojokan terpencil di kota gersang itu, dimana yang terlihat hanyalah sebaris batu berbentuk wajah manusia.
Ayahnya bernama Mandrake Blueheart, seorang dokter hampir botak yang ternama di Sandshrewland Hospital, dan ibunya bernama Liliana Blueheart, seorang ilmuwan yang bekerja di Cool Story co. yang saat ini sedang membuat proyek agar Sandshrewland bisa menjadi kota yang hijau, berharap namanya diganti menjadi Treeckoville (lha, nama pokemon lagi?).
Suatu hari, sepulang dari sekolahnya di Sandshrewland Elementary School, sekitar jam 15.00, dengan girangnya ia menunjukkan ulangan IPA-nya yang bernilai A. Liliana yang sedang bekerja di depan laptopnya langsung pergi dari laptopnya, menuju anaknya yang tercinta itu.
"Mama, ulangan hari ini aku dapat nilai A!", kata Mirana.
"Wah, bagus sekali. Anak mama memang pintar", kata sang ibu berambut hijau memuji anaknya sambil mengusap kepalanya.
"Siang ini makan apa?"
"Sandwich keju. Sana taruh tasmu dulu, cuci tangan baru boleh makan."
"Baiklah."
Setelah makan siang, sekitar 15.59, ia pergi menuju ke ruangan kerja Liliana yang letaknya di lantai 2. Dengan girangnya, ia menyapa ibunya.
"Mama, sedang apa?"
"Mama sedang kerja, Mirana. Mohon jangan mengganggu mama, ya, pekerjaan ini sangat penting."
"Sepenting apa, ma?"
"Pekerjaan yang sangat penting. Mama sedang mengerjakan proyek bagaimana kota ini bisa menjadi kota yang subur. Bayangkan bagaimana kota kita menjadi hijau nantinya."
"Kalau begitu kita bisa melihat bunga dimana-mana, dong!"
"Iya, sayang. Nah, Mirana tahu kan betapa pentingnya pekerjaan ini, jadi jangan ganggu mama, ya."
"Kalau begitu, sudah kuputuskan, kalau sudah besar nanti, aku akan menjadi ilmuwan seperti mama, biar bisa membantu mama menghijaukan kota ini."
"Cita-cita yang bagus, nak", kata Liliana sambil mengusap kepala Mirana, "kalau mau menjadi ilmuwan yang hebat, rajin belajarlah, nak."
"Baik, ma!", kata Mirana sambil hormat kepada Liliana, kemudian keluar dari ruang kerja ibunya.
Sejak itu, Mirana menjadi sangat tertarik terhadap tanaman. Mula-mula, ia mengetahui jika ia menanam buah di dalam tanah dan menyiramnya setiap hari, maka buah itu akan tumbuh menjadi tamanan, entah bentuk pohon, tanaman merambat, dan lain-lain. Ia pun mulai mengerti bahwa ikan bias menjadi pupuk berkualitas bagus. Ia tak hanya mempelajari semuanya secara praktek, tapi mempelajarinya dari buku milik Liliana, dan yang membingungkan adalah ia mempelajarinya dari buku skill level 2, bukan level 1. Dengan pengetahuannya yang saat ini, mungkin ia bisa mematahkan teori bahwa duit tak tumbuh di pohon (?).
Tetapi semua berubah ketika negara api menyerang, eh salah, maksudnya ketika suatu hari, di Sandshrewland Hospital, ayah dari Mirana, Mandrake Blueheart, sedang memeriksa pasien yang aneh, seorang alien berwarna merah, yang katanya berasal dai planet… emm… Red Ivy, ya, planet Red Ivy. Pihak Hospital sih sebenarnya menolak untuk memeriksa alien itu, tetapi Mandrake tetap bersikeras untuk memeriksanya, karena alien itu sudah dalam keadaan yang sangat sekarat. Karena pihak Hospital tak tega atas tekad Mandrake, akhirnya mereka menyetujuinya.
Jam 18.00, operasi atas pemeriksaan alien Red Ivy akhirnya selesai, berjalan lancar. Alien itu pun akhirnya baik-baik saja. Setelah meletakkan alien itu di ruang inap, Mandrake akhirnya pulang ke rumah, menuju istri dan anak tercinta. Tapi ia tak menyadari, alien itu telah menanamkan sebuah bibit merah di kantongnya, yang akan membawa bencana bagi seluruh keluarga Blueheart jika menyentuh tanah walau satu menit saja.
Di kediaman Blueheart, Mandrake baru saja tiba dari perjalanan pulangnya. Setelah mengganti bajunya (yang dilakukan hanya dengan sekali memutarkan dirinya), ia pergi menuju meja makan, makan bersana keluarganya. Malam ini, makanannya adalah Ratatouile (ini nama makanan, bukan nama film) yang dibuat oleh Liliana yang sudah ber-skill level 7. Setelah itu, semuanya berjalan normal, nonton bersama, main catur, lalu akhirnya pergi tidur. Tapi mereka tak menyadari, bibit merah dari alien Red Ivy telah menggelinding menuju kebun keluarga, yang telah ditanam bermacan-macam tanaman oleh Liliana dan Mirana.
Jam 01.00, kekacauan terjadi di kediaman Blueheart. Sebuah Cow Lily merah telah masuk ke rumah. Semua sudut rumah telah ditutupi akar dari Cow Lily merah tersebut. Liliana yang masih begadang sampai jam itu, mengetahui telah terjadi sesuatu yang aneh. Ia pun membangunkan Mandrake, dan mereka terkejut, Cow Lily itu sudah memasuki kamar suami istri tersebut. Liliana pun mengambil sabit (yang entah dari mana berasal), kemudian mencabik bagian tubuh dari Cow Lily satu persatu, bersama suaminya. Tapi itu tidak membuatnya mati, tapi itu hanya membuatnya semakin marah saja. Kepala Cow Lily yang Mandrake potong tumbuh lagi, bahkan menjadi 2. Liliana dan Mandrake tetap bertahan, tapi tiba-tiba terdengar jeritan dari Mirana, yang berdiri di dekat pintu kamar mereka. Mendengar jeritan Mirana, Liliana langsung mengambil Baygon dan menyemprotnya ke bagian tubuh Cow Lily. Meskipun Baygon adalah obat serangga, tetapi itu membuat tubuh Cow Lily yang di semprot menjadi layu. Setelah meraih Miriana yang hampir dimakan, ia memeluk anaknya.
"Mama, aku takut!"
"Tenang, Mirana. Mama di sini", kata Liliana sambil memeluk Mirana, menenangkan anaknya. "Sekarang, keluarlah Mirana. Keluar dari rumah ini."
"Tapi, bagaimana dengan Mama?"
"Mama akan mencoba mengeluarkan Papa. Sementara itu, tunggulah kami di luar. Kami akan segera kembali."
"Tapi.."
BRAAAAKKKK
Tiba-tiba tiang rumahnya roboh, memisahkan Mirana dengan kedua orang tuanya. Sesuai dengan permintaan mamanya, ia pergi dari rumah itu. Sesampainya di luar rumah, ia berdiri melihat rumahnya, yang sudah ditumbuhi Cow Lily merah. Salah satu dari kepala Cow Lily itu keluar dari jendela, dengan sekitar mulut di warnai merah yang lebih gelap dari bagian tubuh lainnya, mempertandakan ia telah memakan Liliana dan Mandrake. Melihat Mirana, Cow Lily itu langsung menyergap Mirana dengan mulut terbuka, siap memakan dirinya.
CRATTT!
Seekor Persian berwarna biru muda tiba-tiba muncul, memotong kepala Cow Lily tersebut, yang tumbuh kembali menjadi 2. Cow Lily itu tentu saja marah, tetapi Persian itu malah tersenyum saja.
BBROARRR
Dari dalam rumah, tiba-tiba api berkobar. Ternyata Persian itu telah menyalakan kompor yang ada di dalam rumah, membuat rumah dan Cow Lily termakan oleh sang jago merah. Cow Lily itu pun melolong bagaikan sapi kurban yang akan dipotong. Setelah rumah dan Cow Lily berubah jadi debu abu, Persian tersebut member sebuah daun kepada Miliana yang sudah tak sadarkan diri. Ia menempelkan daun itu di bahu Miliana yang sudah tergores. Dan Persian itu pergi meninggalkan Miliana.
Hitam.
Semuanya hitam.
Dimana ini.
Aku sendirian.
Papa, Mama
Dimana kalian.
Sampai kapan aku harus menunggu.
Tiba-tiba Miriana tersadar. Yang dilihat pertama kali bukanlah kamarnya, tapi melainkan sebuah ruangan di rumah sakit. Miriana merasa resah, mencari ayah dan ibunya, tetapi yang muncul adalah Asep Sudrajat, teman dari Mandrake.
"Wah, Miliana, kau sudah sadar", kata Asep.
"Iya, pak, ini dimana? Dimana papa dan mama?"
"Sandshrew Hospital, tempat ayahmu bekerja. Soal ayah dan ibumu…", Asep pun tak melanjutkan ceritanya.
"Kenapa, pak? Ada apa dengan mereka?"
"Maaf saya harus mengatakannya, tapi…", Asep menelan ludahnya, lalu , "mereka sudah meninggal dunia, dimakan oleh Cow Lily yang diduga berasal dari Red Ivy."
Miriana mulai mengeluarkan air mata, kemudian berteriak, "HUWAAAAA!"
Keesokan harinya, di pemakaman umum Sandshrewland, banyak peziarah yang menangisi kepergian suami istri Blueheart di bawah derasnya hujan, termasuk Mirana. Pemakaman pun berlangsung begitu lama. Setelah selesai pemakaman, Mirana tetap duduk di dekat makam orang tuanya, meskipun pemakaman selesai sudah lama sekali. Di balik semak-semak, tiba-tiba muncul seekor Persian biru.
"Kesepian, Mirana?", tanya sang Persian biru itu.
"Siapa kau? Kucing tak bisa bicara."
"Sepertinya ada yang lupa siapa yang telah menyelamatkan bokongnya."
"Kau… kucing yang telah menyelamatkanku, kan."
"Tepat sekali. Namaku Luna Starkitty, tapi mulai sekarang namaku Luna Blueheart. Mirana, mulai sekarang aku akan menjadi peliharaanmu dan pelindungmu. Mohon bantuannya", kemudian Luna duduk mendekati Mirana sambil mendengkur.
"Kenapa kau melindungiku?"
"Kenapa? Karena aku berhutang nyawa kepada ibumu, Liliana."
"Mama?"
"Ya, saat aku baru mendarat di planet ini, majikan lamaku meninggal karena suatu ledakan. Liliana yang saat itu masih memegang nama Starkitty merawatku layaknya adiknya sendiri. Kemudian setelah aku sudah cukup dewasa, saat kau baru lahir, aku terpaksa pergi dari kediaman Blueheart karena harus mempelajari kekuatan alam.
"Disaat aku kembali dari pengembaraanku, tepatnya semalam saat peristiwa Cow Lily terjadi, aku bergegas pergi ke kamar Liliana, tetapi Liliana yang saat itu sibuk membacok sapi reseh itu menolak dibantu dan memaksaku untuk pergi melindungimu, lalu aku pergi menolongmu. Pertemuan kami berakhir saat seekor Cow Lily memakan Liliana tepat di hadapanku. Aku sama sedihnya seperti kamu, kehilangan orang yang sangat dicintai, tetapi bukan berarti kita harus sedih seperti ini selamanya."
"Kau benar, Luna", kemudian Mirana memeluk Luna sambil mengelusnya, "tapi, apa yang harus aku lakukan? Aku tak punya rumah sekarang."
"Teman ayahmu, Asep, setuju untuk mengadopsimu sampai berumur 17 tahun. Ia mengatakannya sendiri kepadaku."
"Pak Asep?"
"Ya. Ayo kita pergi dari sini."
"Tunggu sebentar", Mirana berlari menuju makam ayah dan ibunya, "Mama, Papa, terima kasih sudah mengurusku dan memberikan Luna kepadaku. Sekarang, aku akan terus berjalan ke depan dan melanjutkan cita-cita mama. Aku akan kembali saat kota ini menjadi hijau", kemudian ia meletakkan bunga lili putih di makam mereka, kemudian pergi.
TBC (To Be Continued)
Maaf kalau jalan ceritanya masih jelek, maklum masih newbie. Ribiu o Gozaimazu
