WHAT IS BEAUTIFUL?!
Author : Maulida NaraNaruHina a.k.a NaraGirl
Genre : Romance / Angst
Pair : NaruHina and Other
Rating : T
Warning : TYPO, ABAL, OOC.
Dipagi hari yang cerah namun sedikit mendung, Hinata berdiri sendirian dihalte dekat rumahnya untuk pergi ke sekolah. Ternyata beginilah rasanya hidup di Jepang khususnya kota yang tak pernah tidur yaitu Tokyo. Cuaca Tokyo hari ini begitu dingin. Hinata melilitkan syal merah tebal dilehernya. Jari-jemarinya tertutup oleh saku jaket tebal yang ia kenakan. Setidaknya hal kecil itu sedikit menghangatkan tubuh Hinata. Gadis cantik berambut panjang ini masih belum terbiasa dan beradaptasi dengan kebiasaan orang Jepang, kehidupan orang jepang dan tentunya Cuaca ekstrim yang ia rasakan di Jepang. Hyuuga Hinata, ia adalah seorang gadis sekaligus anak dari pernikahan campuran antara Indonesia dan Jepang. Ayah Hinata adalah orang asli jepang sedangkan ibunya asli orang Indonesia. Akibat penikahan campuran inilah fisik Hinata agak berbeda dengan orang jepang kebanyakan. Dia tak begitu tinggi, kulitnya agak kecoklatan, matanya lebar dan hidungnya tak begitu mancung tapi dia terlihat begitu manis dan menggemaskan. Kepindahan Hinata ke Jepang karena ayahnya kembali ditugaskan ke negara asalnya. Ayah Hinata adalah Direktur sebuah perusahaan transportasi terkenal di Jepang. Tak hanya Hinata, ibunya juga ikut pergi bersama ayah dan dirinya. Mungkin selamanya Hinata akan tinggal di Jepang dan akan jarang sekali berkunjung ke Indonesia.
Hinata masih sabar menunggu kedatangan bis kota yang sejalur dengan sekolah barunya. Mata Hinata tak henti-hentinya melihat sekeliling halte dengan berbagai aktivitas penduduk Tokyo yang begitu ramai. Tak sengaja, Hinata melihat seorang anak muda mendekati Halte dengan sepeda kayuhnya. Selain itu, ia juga memakai seragam SMA yang sama persis dengan seragam yang Hinata kenakan sekarang. Anak muda itu memarkir sepeda kayuhnya didekat Halte tanpa dikunci atau apapun. Ahh Hinata ingat ini Jepang bukan Indonesia yang banyak pencurian dimana-mana. Walaupun begitu, Hinata sangat mencintai negara dimana ibunya tinggal. Orang-orangnya yang selalu ramah, makanan yang enak serta beberapa kejailan teman-teman pribuminya. Banyak sekali kebahagiaan yang Hinata rasakan disana. Hinata ingin sekali kembali ke Indonesia. Pikiran Hinata kembali ke anak muda berambut kuning mencolok yang ada disekitarnya. Anak muda berambut kuning itu duduk jauh diujung bangku yang Hinata duduki. Earphone yang menutupi telinganya membuat anak itu tampak keren dimata Hinata. Hinata terkejut ketika mereka saling bertatapan tanpa sengaja. Wajah Hinata memerah karena malu namun anak muda itu terlihat begitu cuek. Hinata menghela nafas mencoba untuk melegakan pikirannya. Sudah hampir sepuluh menit mereka menunggu, namun bisa masih belum datang. Seorang wanita tiba-tiba berjalan menuju Hinata, ia memberikan sebuah selebaran lalu pergi begitu saja. Hinata tampak penasaran dan mencoba mengecek apa isi selebaran itu. Ternyata isi dari selebaran itu adalah promo harga operasi plastik. Setiap jenis operasi plastik memiliki harga yang tergolong murah. Hinata bergidik ngeri.
"Operasi plastik? memangnya siapa yang mau melakukan hal mengerikan seperti itu. Apa maksudnya memberi selebaran ini padaku, apa menurutnya wajahku tidak cantik!" Hinata ngoceh dan marah sendirian. Dia menyobek-nyobek kertas selebaran yang ia bawa.
Pria muda berambut kuning dengan nama dada "Uzumaki Naruto" diseragamnya sedikit memperhatikan Hinata yang marah-marah tak jelas. Naruto baru pertama kali ini melihat seorang gadis yang tinggal di Jepang terlihat begitu marah hanya karena diberi selebaran iklan promo seputar opreasi plastik. Biasanya, gadis-gadis Jepang kegirangan karena medapat promo murah operasi plastik. Beberapa hari kemudian mereka akan berbondong-bondong mengunjungi klinik yang memasang promo tersebut.
"Kau benar-benar tak ingin melakukan operasi plastik?" celetuk Naruto.
Hinata langsung memalingkan wajahnya kearah Naruto. Pandangannya begitu tak bersahabat. Hinata kesal dan benci mendengar pertanyaan konyol pria asing ini. Pertanyaan itu memiliki dua makna bagi Hinata. Pertama, dia bertanya karena memang ingin bertanya atau bertanya tapi memiliki maksud tersembunyi didalam pertanyaannya. Namun Hinata lebih percaya dengan anggapan keduanya, kalau pria ini sebenarnya meledek dan pertanyaannya itu terkesan menyuruhnya untuk melakukan operasi plastik.
"Memang kenapa aku harus operasi plastik? Aku lebih menghargai kecantikan alami daripada kecantikan palsu buatan manusia". Hinata menjawab pertanyaan Naruto sinis.
"Kau akan sulit menjalani hidup di Jepang" ucap Naruto.
"Kenapa? Apa karena aku seorang imigran dan fisiku juga berbeda dengan kalian maka masyarakat jepang tidak menerima perbedaan itu?"
Naruto diam seribu serta bahasa menatap Hinata penuh arti. Akhirnya , bis yang mereka tunggu datang. Hinata tak ragu masuk kedalam bis tanpa memperdulikan Naruto. Langkah, Hinata di ikuti oleh Naruto secara perlahan, bukan maksud untuk membuntutinya tapi Naruto memang satu sekolah dengan Hinata. Hinata mengedarkan seluruh pandangannya ke semua bangku yang ada didalam Bis. Hanya tersisa satu kursi, itupun bersebelahan dengan gadis SMA lainnya. Lagi-lagi Hinata menemukan seseorang mengenakan seragam yang sama dengan dirinya. Tanpa berpikir panjang Hinata duduk bersebalahan dengan gadis itu. Ia mencoba tersenyum ramah, namun sayang bukan sebuah senyuman yang Hinata dapatkan tetapi sebuah tatapan sinis dari gadis itu. Beda lagi dengan hal yang dialami Naruto, dia tak mendapatkan tempat duduk, jadi dia terpaksa berdiri didekat Hinata. Naruto merasa sedikit prihatin dengan kejadian yang menimpa Hinata. Dia sudah menduga, kalau Hinata yang merupakan seorang gadis imigran pasti akan mendapatkan perlakuan seperti ini di Jepang. Masyarakat Jepang tak mudah untuk menerima seseorang dengan perbedaan fisik dan kulit bahkan sebagian besar masyarakat Jepang menganggap penampilan fisik adalah segalanya. Gadis-gadis muda di Jepang lebih memilih mendapatkan hadiah operasi plastik daripada sebuah mobil mewah dihari ulang tahunnya. Di jepang orang tak cantik tak mudah mendapatkan kerja, bergaul maupun pasangan hidup. Bahkan banyak sekali Imigran yang tak betah tinggal di Jepang karena tekanan-tekanan yang didapatkan. Apalagi menyangkut masalah fisik. Walaupun Naruto orang Jepang, namun Naruto sangat membenci tindakan tak manusiawi seperti ini. Bukankah semua manusia itu sama, tak peduli bagaimana latar belakang dan ras mereka.
"Bertahanlah, abaikan orang-orang seperti mereka agar kau tak tertekan" ucap Naruto tiba-tiba. Hinata hanya melihat Naruto sesaat lalu mengalihkan perhatiannya.
ooOOoo
Lima belas menit berlalu, Hinata dan Naruto sudah sampai disekolah. Hinata tersenyum lebar ketika melihat tulisan sekolah diatas dua tiang gerbang utama "Horikosihi Gakuen" sekolah yang dia impi-impikan sejak dulu. Horikushi Gakuen adalah sekolah yang memiliki standart tinggi di Jepang, bahkan salah satu sekolah terbaik di dunia. Tak bisa sembarang orang yang bisa memasuki sekolah ini, hanya orang berotak cerdas, jenius serta kaya yang bisa masuk ke sekolah elite ini. Hinata berotak jenius dan ayah Hinata adalah Direktur perusahaan transportasi terkenal di Jepang jadi masuk ke sekolah ini sama sekali bukan hal yang mustahil untuknya. Peraturan di sekolah ini juga sangat ketat, seorang murid laki-laki dan perempuan tak boleh saling bersama dalam waktu yang cukup lama hanya sekedarnya saja. Jika ketahuan pacaran, maka mereka harus putus. Bila tidak mau putus maka akan dikeluarkan dan banyak lagi aturan-aturan ketat lainnya. Horikushi Gakuen juga terkenal dengan sekolahnya para artis-artis terkenal di Jepang. Jadi banyaknya bodyguard diluar kelas bukan hal yang asing dan aneh lagi disekolah ini. Tanpa ragu Hinata melangkahkan kakinya, perasaannya begitu senang. Sedangkan Naruto selalu memperhatikan Hinata dari belakang. Entah kenapa Naruto selalu memperhatikan gerak gerik Hinata. Naruto menghentikan langkahnya, matanya terpaku melihat Hinata memasuki ruang guru. Dalam hati kecilnya, Naruto berharap gadis itu akan sekelas dengannya agar dia bisa melindunginya karena mulai hari ini dia akan mendapat tekanan-tekanan dari sekitarnya khususnya teman perempuannya.
ooOOoo
Suasana kelas 2-5 di sekolah Horikosihi Gakuen tak ramai seperti sekolah menengah pada umumnya. Seluruh murid membuka buku mata pelajaran dan memfokuskan otaknya hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan akademik. Tapi hal ini tidak berlaku untuk seorang anak bernama Uzumaki Naruto. Dia lebih memilih menggambar daripada membaca tulisan-tulisan hitam diatas putih yang begitu terlihat membosankan. Sketsa wajah dari tangan trampil Naruto mulai nampak, iya dia menggambar wajah seorang gadis berambut hitam keunguannya yang ia jumpai beberapa menit lalu. Sreeegg! Sang wali kelas membuka pintu, dia masuk kedalam dibuntuti oleh seorang gadis manis berambut panjang.
"Gadis itu?! Syukurlah dia sekelas denganku" ucap Naruto penuh kelegaan.
"Anak-anak, kalian kedatangan teman baru dari Indonesia. Dia keturunan Jepang campuran Indonesia. Aku harap kalian memperlakukannya dengan baik" Ucap wali kelas.
"Baik sensei" siswa kelas 2-5 mengatakan kalimat itu secara bersamaan.
"Hinata, duduklah dibangku kosong itu. Nama teman sebangkumu adalah Temari jadi baik-baiklah kalian berdua".
"Aku mengerti Sensei" jawab Hinata dengan perasaan Senang.
Hinata berjalan menuju bangku yang ditunjuk oleh guru sekaligus wali kelasnya. Hinata tersentak serta tak percaya melihat anak muda dihalte adalah teman sekelasnya. Naruto mengedarkan senyum kepada Hinata namun Hinata tak membalas senyuman itu malah semakin menenggelamkan dagunya kedalam syal tebal merahnya. Hinata sedikit tak nyaman bangkunya ada disamping anak muda berambut kuning ini. Naruto terus memandang Hinata namun Hinata mengabaikan pandangannya. Mata Indah Hinata beralih ke Temari teman sebangkunya.
"Hai, kenalkan namaku Hyuuga Hinata. Kalau boleh tahu siapa namamu?" Tanya Hinata. Temari memadang Hinata dengan tatapan Sinis. Dia tak mau menjabat tangan Hinata.
"Kau sudah melihat nama dadaku kan? Kenapa kau masih bertanya".
"Ah iya maafkan aku" Hinata berucap maaf dengan tampang memelas. Sejenak ia berfikir kenapa orang-orang yang ia temui sama sekali tak bersikap ramah kepadanya.
"Dasar Gaijin!" Ucap Temari dengan nada diskriminatif.
Perasaan Hinata terhenyak saat dia di panggil "Gaijin" oleh teman sebangkunya. Namun Hinata tak mengerti maksud dari panggilan temannya dengan sebutan "Gaijin" tapi Hinata yakin ini bukan merupakan julukan positif tapi negatif. Entah darimana Hinata memiliki pemikiran seperti itu. Kretek! Naruto mendorong kursinya kebelakang, dia maju beberapa langkah dan berhenti dibangku Hinata.
"Hei kau si muka jelek. Jangan sembarangan memanggil seseorang dengan sebutan "Gaijin" kau pikir tampang jelek sepertimu bukan seorang alien. Kaulah "Gaijin" yang sebenarnya itu adalah kau. Dia hidup di kota Jepang jadi dia juga warga Jepang!".ucap Naruto berapi-api kepada Temari.
Gaijin adalah kependekan dari gaikoku (外国) atau 'negara lain' dan jin berasal dari hitojin (人) atau 'orang'. Tidak ada orang asing yang memilih untuk dipanggil gaijin, tetapi ini sudah umum, meski masih mengandung ketidakpantasan. Konon, kata gaijin dipopulerkan epik Heike Monogatari pada abad ke-13. Dalam bahasa Inggris, terjemahan langsungnya adalah alien. Dunia keimigrasian menggunakan kata ini, yang artinya non-citizen atau foreigner.
Braaaaak! Temari menggebrak mejanya. "Apa yang kau katakan?! Kau menyebutku alien. Kau sudah gila?!"
"Kenapa, kau tersinggung karena aku menyebutmu Gaijin?! Aku benci dengan orang-orangjepang yang memiliki pikiran sempit sepertimu. Kita sebagai tuan rumah harus bersikap baik kepada seorang pendatang bukan malah mendiskriminasi mereka. Wajahmulah yang seperti alien!. Aku bertaruh kau cantik karena operasi plastik kan?! Kecantikan palsu seperti itu yang kau banggakan!"
Teriakan Naruto dan Temari menjadi pusat perhatian teman sekelasnya termasuk guru sekaligus walikelas mereka yang sedang menerangkan materi didepan kelas. Temari terdiam lalu tiba-tiba dia menangis tersedu-sedu. Temari begitu sakit hati dengan ucapan Naruto, tangisan temari semakin menjadi-jadi karena orang yang mengejeknya adalah orang yang ia sukai secara diam-diam selama ini.
"Naruto, apa yang kau lakukan kepada Temari sehingga membuatnya menangis?" ucap Guru Kakashi keheranan dengan tingkah anak muda jaman sekarang.
"Aku hanya memberinya sedikit pelajaran!" Naruto mengucapkan pembelaan terhadap dirinya sendiri secara angkuh.
"Uzumaki Naruto, berdiri didepan kelas dan angkat kedua tanganmu!"
Naruto nyegir kuda melihat Kakashi, ia ngeloyor begitu saja kedepan kelas dan menjalankan hukuman Kakashi. Selang beberapa menit aktifitas belajar mengajar kembali normal. Hinata menatap sendu kearah Naruto. Entah kenapa dia begitu merasa bersalah dan mulai menyalahkan diri sendiri.
ooOOOoo
Bel istirahat menggema diseluruh Kelas Horikoshi Gakuen. Jam pelajaran Kakashi Sensei sudah selesai. Semua anak berhamburan keluar, termasuk Naruto yang sudah menyelesaikan hukumannya. Hinata berdiri dari duduknya, dia ingin segera menemui Naruto untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan meminta maaf padanya. Namun, keinginan Hinata terhenti ketika lima orang teman perempuan sekelasnya menghadang langkah Hinata. Ada perasaan takut yang hinggap dihati Hinata tapi dia tak boleh menyerah. Lima orang teman sekelasnya memandang hinata dengan tatapan benci. Jijik dan sedikit menakutkan Namun ada salah satu diantara mereka yang melihat seksama kearah Hinata dengan rasa penasaran.
"Tak menyangka kita kedatangan seorang Gaijin. Lihat kulitnya gelap sekali, hidungnya juga tidak mancung. Dia benar-benar seorang Gaijin" Ucap Temari.
Gelak tawa membahana diseluruh ruangan. Hinata hanya menghela nafas dan berusaha melanjutkan langkah kakinya tapi para perempuan itu selalu menghalangi kemana Hinata melangkah. Rasa marah yang luar biasa muncul didepan
"Kau sama sekali tak cantik tapi kau penuh percaya diri datang ke sekolah ini. Kau pikir dengan wajah seperti itu kau bisa mendapatkan teman disini hahaha". Sekarang gadis bernama Ino Yamanaka ikut menindasnya. Hinata masih diam dan berusaha untuk menahan amarahnya.
"Lihat mata anak ini begitu bulat dan lebar, aku jadi penasaran dimana dia melakukan operasi plastik kelopak mata sebagus ini? Seharusnya dia juga melakukan operasi plastic diseluruh bagian wajahnya agar tampil lebih cantik" seorang gadis berambut merah panjang dan berkacamata sangat penasaran dengan keindahan mata Hinata.
Mendengar kata operasi plastik membuat Hinata berang. Dia paling benci ada wanita yang menyebut kata itu didepannya. Kejadian ini membuat Hinata merubah total pandangannya tentang negara berbudaya seperti Jepang. Apa seperti inilah tingkah anak muda di Jepang. Tentu saja kejadian seperti ini tak pernah ada di Indonesia.
"Dengar, aku tak pernah melakukan operasi plastik kelopak mata seperti yang kau bicarakan. Lebih baik aku jelek tapi alami daripada cantik tapi palsu. Apa wajah cantik kalian juga hasil operasi plastic! Aku ingin membuktikannya?!" ujar Hinata geram. Hinata mencubit dan menarik sekuat tenaga hidung mancung gadis berambut merah dan panjang yang memiliki nama Karin. Karin berteriak kesakitan bahkan hampir menangis.
"Apa yang kau lakukan! Berani-beraninya Gaijin sepertimu menyentuh tubuhku!"
PLAAK! Temari menampar pipi Hinata. Hal ini memmbuat Hinata menghentikan tindakannya terhadap Karin. Ino dan Karin mulai memegang kedua bahu Hinata dan menyeret Hinata kesuatu tempat.
"Bawa dia. Kita harus memberinya pelajaran. Berani-beraninya seorang Gaijin melawan warga asli jepang yang menjadi tumpuan hidupnya!"
"Tunggu sebentar, lepaskan aku! Cepat lepaskan aku!
TO BE CONTINUE
