Itu adalah awal musim dingin.

Di menit-menit terakhir keputus-asaan seorang Mark, ia melihat gumpalan asap di tangan kirinya semakin menebal. Untaian benang merah di jari kelingkingnya, memanjang mengikuti arah.

Mark panik. Ia semakin putus asa. Detak jantungnya berdetak begitu cepat, seolah akan meledak saat itu juga.

Dan ketika benang merahnya merasa tertarik, mau tidak mau, Mark mengangkat kepalanya.

Sebuah tatapan menyambutnya.

mark ragu untuk menafsirkan arti tatapan itu.

Mark melirik pergelangan tangan kiri sosok di hadapannya. Gumpalan asap putih juga ada di sana.

Dan benang merah merekaㅡmenyatu.

Mark perlahan berjalan mendekat. Pemuda itu menatapnya dengan sorot mata yang tidak terdefinisikan.

Perasaan menggelitik memenuhi rongga lehernya. Ingin segera menjelaskan kronologis cerita takdir.

Katakan bahwa Mark sangat aneh.

"Ini aneh. Kau, dan tatapan itu. Sangat aneh." Mark memaksa sebuah senyuman. Wajar, ia sangat kaku. Apalagi dengan atensi miliknya yang sepenuhnya jatuh pada pemuda di hadapannya ini. Sangat indah dan Mark merasa bingung ingin berekspresi seperti apa.

"Di dada kirimu, terlukis sebuah tanda." Mark mengambil telapak tangan milik pemuda itu kemudian menggenggamnya.

"Apa kau merasakan sengatan kecil jika aku menyentuh," Mark menyentuh kulit pergelangan tangan pemuda itu. Tepat di nadinya. "Disini?"

Pemuda di hadapannya meringis memegang dada kirinya. Merasakan perih seperti luka kecil tergores kertas.

"Nama mu?"

Pemuda di hadapannya, menatap manik Mark dengan pandangan ragu. Binar matanya yang indah, semakin membuat Mark merasa gejolak aneh di dadanya.

"Lee Donghyuck. Kau bisa memanggilku Haechan."

Mark menaikkan sebelah alisnya. "Haechan?"

Dan pemuda itu mengangguk.

"Aku lee minhyung. Kau bisa memanggilku Mark." Pemuda ituㅡHaechan, tertawa. Mark mengikuti ucapan dan juga nada bicaranya.

Tawa yang terdengar sangat indah bagi Mark. Begitu juga dengan senyumannya.

"Mulai detik ini, kita adalah sepasang kekasih. Aku mencintaimu."

Haechan, kembali meringis. mendengar ucapan cinta dari bibir Mark.

Haechan menatap bingung. Masih belum mengerti akan situasi.

Mark tersenyum, dan perlahan menjalan mendekat. Mempersempit jarak antara mereka. detik selanjutnya, dengan mantap ia menyatukan bibirnya pada bibir pemuda itu.

Benar-benar sangat memabukkan.

"Selamat datang, belahan jiwa." Mark berbisik dengan suara serak di telinga Haechan.

Haechan membalas dengan senyuman. "Selamat datang," ucapnya.

Binar matanya, mampu membuat dunia Mark terfokus hanya padanya.

Mark merasa seperti akan mati saat itu juga. Belahan jiwanya, sungguh indah.