Hunter X Hunter milik Togashi Yoshihiro

femKurapika X Kuroro X Killua

Romace/Crime/Hurt/Comfort

Halo minna-san… fic yang Ai buat kali ini terinpirasi dari film "DAISY", ada yang tau? Yah langsung saja, dan tidak lupa Author ucapkan, selamat menikmati ^^

.

.

.

~(Sun Flower)~

Ting tong…

Seorang prempuan yang tadinya sedang menyiapkan teh langsung berlari menuju keluar rumahnya setelah medengar bel rumahnya berbunyi. Dan saat dia membuka pintu, dia merasakan kekecewaan yang kesekian kalinya. Didepan rumah gadis itu tergeletak sebuah bunga matahari didalam pot keramik berwarna putih yang terlihat begitu cantik. Sejak sebulan yang lalu dia menerima bunga matahari hampir disetiap paginya tepat pukul 07:00 pagi didepan rumahnya, dan sama seperti hari ini dia tidak tau siapa yang mengirimkan bunga itu. Dia pernah mencari tau apa arti dari bunga matahari dan arti dari bunga matahari adalah kesetiaan.

Gadis itu mengambil bunga yang dikirimkan untuknya dan membawanya kesebuah rumah kaca yang sengaja dibuatnya untuk meyimpan bunga-bunga itu. Setiap pagi, dia mempunyai kegiatan baru semenjak dia mendapatka bunga-bunga itu – merawat bunga tersebut.

Setelah menyiram dam merawat bunga-bunga itu, gadis ini kembali kedapur rumahnya untuk meminum teh yang dibutnya tadi, lalu menuju kamarnya untuk membersihkan kamar yang belum dibereskannya saat dia bangun tadi. Pertama, dia membuka jendela kamarnya lalu menghirup udara segar dalam-dalam, menikmati kesegaran udara yang masuk kedalam tubuhnya sambil tersenyum. Setelah puas menghirup udara segar, barulah dia memulai untuk membersihkan kamarnya. Ditengah kesibukannya membereskan kasur, ponsel yang tergeletak diatas meja yang tidak jauh dari kasurnya bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.

"Halo…" katanya setelah mengangkat telepon yang masuk.

"Kurapika… kakek sudah menunggumu di restoran tempat biasa kita makan."

"Memangnya hari ini ada acara apa?"

"Sudahlah, cepatlah kesini!"

"Ia." Jawabnya malas, lalu memutuskan penggilan.

Setelah membereskan kamarnya, dia langsung menuju kamar mandi untuk mandi tentunya. Dan setelah dia selesai mandi, dia langsung menuju dapur untuk sarapan.

Gadis yang bernama Kurapika ini tidak tinggal bersama keluarganya karna kedua orang tua yang merupakan keluarganya telah meninggal dalam kecelakaan saat dia masih kecil. Semenjak kepergian kedua orang tuanya dia diasuh oleh kakeknya. Namun setelah umurnya menginjak 20 tahun, dia memutuskan untuk tinggal sendiri. Semenjak umurnya 19 tahun, kakeknya menyerahkan perusahaan peninggalan ayahnya padanya. Ditengah-tengah sibuknya mengurus perusahaan, dia mempunyai hobi segabai fotografer dan melukis. Kini, dia tinggal bersama seorang pembantu, seorang tukang kebun dan seorang satpam. Ya, walaupun tukang kebun dan satpam yang dipekerjakannya tidak tidur dirumahnya.

Diatas meja makan sudah tersedia sarapan paginya, tanpa basa-basi lagi dia langsung memakan makanan yang disiapkan untuknya. Baru saja dia memakan beberapa suap makan paginya, ponsel yang ditaruhnya disaku celananya bergetar menandakan sebuah panggilan masuk, tanpa melihat layar ponselnya, dia langsung menekan tombol bergaris hijau.

"Ada apa?" tanpa basa-basi, dia langsung menanyakan maksud orang itu menelpon.

"Kau lama sekali. Cepatlah ke restoran!" jawab orang disebrang sana yang ternyata adalah kakeknya.

"Ia kek sebentar, aku mau menyelesaikan makanku dulu." Jawabnya lalu menutup telepon.

"Kau bisa makan disini." Omel kakeknya yang sudah tidak sabar menunggu cucunya datang.

Sedangkan kurapika, dia hanya mengatakan "Ia." Lalu memutus telepon.

Sesegera mungkin kurapika menghabiskan sarapannya. Dengan tegukan terakhir air putih yang sedang diteguknya, maka selesailah makan untuk pagi ini. Setelah itu, dia langsung berdiri dari kursi dan bergegas menuju garasi – dia tidak mau mendengar ponselnya kembali bergetar karna kakeknya yang cerewet meneleponnya.

Sekitar 15 menit perjalanannya menuju restoran, dan kini dia sudah berada didepan sebuah restoran bintang lima tempatnya biasa bertemu kakeknya. Setelah memarkir mobil putih yang dibawanya, dia langsung menuju kedalam restoran dan mencari kakeknya. Disalah satu meja restoran, kurapika dapat melihat kakeknya bersama seorang lelaki tampan yang menggunakan jas hitam. 'jangan lagi' batin Kurapika.

Kurapika pergi menemui kakeknya yang sudah menunggunya bersama seorang lelaki yang dia sendiri tidak tau itu siapa, yang terpikir diotaknya kali ini hanyalah pikiran negatif bahwa kakeknya akan menjodohkannya lagi. Sudah beberapa lelaki yang dikenalkan kakeknya padanya, namun dia selalu menolak . Sebenarnya, kakeknya menjodohkannya karna di ingin menggendong cicit dari cucu satu-satunya itu, hanya saja Kurapika belum pernah berkencan dengan seorang lelakipun diusianya yang menginjak 23 tahun itu. Kurapika merupakan sosok perempuaan cantik yang sangat tertutup dan cuek. Banyak lelaki yang mendekati dan mengajaknya berkencan saat dia SMA dulu, bahkan sampai sekarangpun begitu, namun tidak satupun yang diterimanya.

"Siapa dia kek?" Kurapika langsung bertanya pada kakeknya saat dia sampai diamping kakeknya.

Kakeknya menengadah melihat cucunya yang sedang berdiri disampingnya, "Hei, akhirnya kau datang juga." Kata kakeknya saat melihat kurapika. "Duduklah dulu." Perintahnya.

Kurapika menurut, dan duduk disamping kursi kosong yang berada didepan pemuda berjas hitam itu.

Pemuda itu tersenyum pada kurapika, namun Kurapika hanya menatapnya datar tanpa ekspresi sedikitpun.

"Ini, kau suka?" kata pemuda itu sambil menjulurkan seikat bunga matahari.

Kurapika terkejut melihat bunga matahari yang diberikan padanya. 'apakah dia orangnya?' batinnya. Kurapika berfikir bahwa orang yang mengirimkannya bunga matahri setiap paginya adalah dia. Seketika Kurapika tersenyum bahagia dan mengambil bunga yang diberikan padanya. Ini adalah kali pertama Kurapika tersenyum didepan lelaki yang dibawa kakeknya. Melihat itu, kakeknya tersenyum dan segera memperkenalkan lelaki yang sedang duduk didepan cucunya itu.

"Perkenalkan, namanya Kuroro Lucifer." Katanya.

Pemuda yang ternyata bernama Kuroro itu menjulurkan tangannya pada Kurapika – salam perkenalan.

Dengan senang hati, Kurapika menyambut uluran tangan lelaki itu dan menjabat tangannya sambil memperkenalkan namanya "Kurapika.. Kurapika Kuruta." Katanya masih dengan senyumnya.

Betapa bahagianya dia saat menemukan lelaki yang selama ini membuatnya menunggu. Dan kini, dia berada didepannya.

"Em... Apa malam ini kau ada janji?" tanya Kuroro.

Kurapika menggeleng.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Nanti kujemput jam 8 malam." Tawarnya.

Dengan senang hati, Kurapika menerimanya "Ia."

"Sore ini apa aku boleh berkunjung kerumahmu?"

"Em.. Boleh."

"Aku berkunjung jam 4 yah."

Kurapika mengangguk.

Dan mulailah perbincangan kecil diantara mereka bertiga.

~(*v*)~

Serang lelaki bersurai putih, terlihat sedang sibuk dengan pekerjaan barunya sejak sebulan yang lalu. Disebuah ruangan kecil, disana terlihat berbagai macam bunga matahari tumbuh dengan indahnya, bunga-bunga itu terlihat indah dan terurus. Pemuda itu telihat sedang mengaduk-aduk tanah lalu memasukkannya kedalam pot keramik berwarna coklat, kemudian menanamkan beberapa biji bunga matahari kedalamnya kemudian menyiramnya dan menaruhnya dipojok ruangan. Setelah pekerjaannya selesai, dia tersenyum menatap pot yang baru saja ditanamkannya bunga matahari. Dan berbicara pada dirinya sendiri,"Aku harap ini bisa membantuku megurangi bau mesiu dibadanku," katanya seraya mengehbuskan nafas berat. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada beberapa mawar hitam yang dikirimkan padanya pagi tadi, "namun jauh didalam diriku, bau itu tidak pernah hilang." Dia tersenyum kecut.

Mawar hitam, mawar yang berati kematian.

Dia teringat dan selalu mengingat peristiwa bulan lalu, tepatnya tanggal 7 februari disaat dia sedang menenangkan fikirannya disebuah rumah kecil sederhana yang berada dipinggir padang rumput hijau, hari dimana dia pertama kali membunuh. Disana, dia melihat seorang wanita muda cantik sedang memotret bunga-bunga liar yang tumbuh diantara padang rumput hijau yang luas. Wanita itu terlihat begitu senang saat melihat ada beberapa bunga matahari kuning yang tumbuh diantara bunga-bunga liar. Wanita bersurai kuning itu terus memotret bunga matahari yang mempunyai warna yang sama dengan rambutnya. Dan saat wanita itu menyebrangi sebuah sungai kecil yang berjembatankan sebuah batang pohon kayu yang lumayan besar, wanita itu terjatuh dan tas kamera gadis itu hanyut bersama aliran sungai. Dan saat itu, dia berlari menghampiri wanita itu, namun dia tidak mau menampakkan wajahnya. Wanita itu berhasil naik kepermukaan namun tidak sempat membawa tasnya yang terbawa arus. Akhirnya wanita itu pulang dengan membawa kamera yang tergantung dilehernya. Sedangkan pemuda bersurai putih itu berhasil mendapatkan tas wanita itu dan memutuskan untuk mengembalikannya dan membuatkan sebuah jembatan.

Pemuda ini tinggal diapartemen yang bersebrangan dengan rumah wanita itu. Dari sejak peristiwa itu pemuda ini banyak belajar tentang seni, dan menyukai musik-musik instrumen. Hampir setiap hari lelaki ini memperhatikan wanita itu sedang melukis dihalaman depan rumahnya yang besar. Disana, dia juga belajar untuk melukis dan hasilnya selalu sama – hancur. Setiap pagi dia selalu meminum secangkir teh, seperti yang dilakukan gadis itu dan menghirup udara segar dipagi hari saat membuka jendela.

Pemuda ini tinggal sendiri diapartemen. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal saat dia berumur 3 tahun dan diasuh oleh pamannya yang merupakan pembunuh bayaran profesional. Sejak umurnya 7 tahun, dia dikenalkan dengan jenis-jenis senjata api. Saat umurnya 10 tahun, dia diajarkan untuk menggunakan senjata api, mulai dari senjata api yang berukuran kecil sampai senapan-senapan yang berukuran besar. Diumurnya yang menginjak 17 tahun, dia ditunjukkan cara membunuh oleh pamannya itu. Diusianya yang ke 20, dia diajak pamannya untuk melihat langsung bagaimana caranya membunuh orang. Sampai pada saat usianya 22 tahun, dia disuruh untuk membunuh seorang pencuri yang baru saja merampok bank, namun dia menolak. Walaupun dia sudah susah payah diajarkan membunuh manusia, dia tetap tidak mau membunuh karna menurutnya 'setiap orang itu baik, dan manusia yang berbuat jahat pasti mempunyai alasan kenapa dia berbuat jahat'. Pamannya tidak memaksa jika keponakannya itu tidak mau membunuh, karna dia juga tau bahwa pekerjaan sebagai pembunuh bayaran itu sangatlah beresiko dan juga hina. Dan pada umurnya yang ke 25, pamannya dibunuh oleh seseorang yang tidak dikenalnya dengan sebuah tembakan dikeningnya. Pemuda ini langsung menemui bos pamannya untuk menanyakan siapa yang membunuh pamannya. Dan bosnya mengatakan bahwa dia akan memberitahu siapa yang mebunuh pamannya jika dia mau bekerja padanya. Dengan amarah yang digenggamnya, dia menerima tawaran itu untuk menemukan siapa pembunuh pamannya – untuk membalaskan dendam pamannya.

Setelah mengurusi bunga, dia menuju kekamarnya. Disana, dia mengambil sebuah senjata api berukuran kecil lalu membersihkannya dengan sebuah kain kecil berwarna putih. "Senjata Magnum 357 tidak meninggalkan kerang." Sambil terus menggosok dan membersihkan senjata api itu. "Titik ujung peluru juga tidak meninggalkan kerang."lanjutnya samil membersihkan tempat peluru senjata api itu.

Setelah selesai membersihkan senjata api itu, dia kebali berbicara entah pada siapa, "Bagi pembunuh, meninggalkan jejak berarti kematian." Dia menghembuskan nafas berat.

Setelah semua pekerjaannya selesai, dia mengambil jaket hitamnya yang menggantung dan memakainya. Dia keluar dari apartemen mengambil motor hitam besarnya dan berangkat menuju tempat bosnya.

Bunga mawar hitam yang dikirimkan untuknya pagi tadi merupakan pesan bahwa ada tugas membunuh untuknya. Mawar hitam berati kematian. Setelah mendapar kiriman itu, tugasnya adalah segera menemui bos pamannya yang kini menjadi bosnya.

Saat dia samapi dimarkas, dia memarkir motornya didepan markas sebarang dan menaruh pistolya didala bagasi motor. Saat dia sampai didepan pintu markas, dia langsung digeledah oleh beberapa orang yang berada disana. Setelah tidak mendapat senjata dibadannya, dia diizinkan untuk masuk. Setelah itu, dia langsung masuk dan naik kelantai dua rumah tersebut. Tepat disebuah pintu yang berukuran aga besar, dia membuka pintu itu – pintu tempat bosnya berdiam diri. Setelah dia membua pintu, sebuah ruangan yang besar, dengan beberapa penjaga bersenjata dan seorang lelaki tua duduk ditengah sana dengan seorang gadis disampingnya. Saat melihatnya, lelaki tua itu langsung menyambut kedatangannya.

"Hai Killua.. Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Katanya seraya memeluk orang yang dipanggilnya Killua.

Killua hanya menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Lihatlah dirimu, seperti bongkahan batu. Berat, keras, dan tidak berubah."

"Kau tidak mengenalku." Jawab Killua datar.

"Tentu saja aku mengenalmu. Kudengar akhir-akhir ini kau sibuk dengan pekerjaan barumu."

"Aku hanya menanam bunga matahari."

"Kukira ada seorang gadis yang telah mencuri hatimu. Ingatlah! Bagi seorang pembunuh, wanita lebih berbahaya dari senjata. Kau harus berhati-hati!" nasehatnya.

"Kau tidak usah mencampuri urusanku." Jawan Killua dingin.

Lelaki tua itu mengambil sebuah pistol antik yang berada diatas mejanya, " Kau lihat pistol antik ini? Jika kamu tidak menanganinya dengan tepat, itu akan membunuhmu sebelum kau membunuh musuhmu. Seorang wanita sama bahayanya."

"Aku tau. Mana foto orang itu?" tanya Killua masih dengan nada dinginnya.

"Kau ini, tetap saja dingin seperti dulu."

Lelaki tua itu mengambil sebuah amplop berwarna hitam dan memberikan Killua sejumlah uang seraya memberikan amlop itu. "Aku akan memberikan sisanya setelah kau membunuh orang itu." Katanya.

Namun Killua tidak mau menerima uang yang diberikan padanya. "Untuk mu saja!" katanya sambil mengembalikan uang itu.

Killua membuka amplop itu, dan isinya adalah foto targetnya. Namun sebelum Killua membunuh orang itu, dia bertanya pada lelaki tua yang tidak lain adalah bosnya sendiri tentang siapa lelaki yang harus dibunuhnya itu. "Siapa dia?"

Dengan santai lelaki tua itu menjawab, "Seorang pengedar narkoba."

"Dimana dia?"

"Di kamar hotel bintang lima yang berada ditengah kota yang bernomer 52."

Setelah mendengar itu, Killua langsung pergi dari tempat itu, dan pergi ketempat tujuannya menggunakan motornya. Setelah dia sampai ditempat target, dia mengambil pistolnya dan masuk kedalam hotel. Tanpa basa-basi, dia langsung menaiki lift dan mencari kamar bernomer 52.

Ketemu. Saat dia mencoba untuk membukanya, ternyata pintu dikunci. Dengan keahliannya membuka kunci, dia mengambil sebatang kawat dari dalam jaketnya dan membuka pintu secara paksa. Berhasil, akhirnya pintu terbuka. Dia masuk perlahan dan mendapati targetnya sedang berduaan bersma seorng perempuan diatas ranjang. Tanpa basa-basi, Killua langsung menyuruh perempuan itu untuk pergi sambil menodongkan pistolnya. Perempuan itu mengangkat tangan dan pergi keluar perlahan dengan ekspresi takut. Setelah perempuan itu keluar, dia langsung menembak lelaki yan masih mengangkat tangannya tepat didahinya.

Tugas selesai, dia langsung pulang keapartemennya.

Saat sampai diapartemen, dia langsung menuju kamar setelah memarkirkan motornya. Dia menaruh senjata apinya diatas meja kecil yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya, lalu menjatuhkan badannya diatas kasur. "Huh…" dia menghembuskan nafas berat untuk yang kesekian kalinya.

Ini adalah kali kedua Killua mebunuh orang.

Killua menatap lagit-langit kamar mencoba menenangkan kembali fikirannya. Killua memang seorang pebunuh bayaran, tapi dia tidak seperti pembunuh bayaran lain yang merasa lega, atau mungkin tidak merasa bersalah setelah membunuh targetnya. Berbeda dengan Killua, walaupun dia sudah diakui oleh bosnya merupakan pembunuh bayaran yang paling handal diantara pembunuh bayaran lainnya, Killua tetaplah Killua yang memgang kata-katanya bahwa 'setiap manusia itu baik'. Dia masih merasa bersalah dengan perbuatannya tadi, tapi disisi lain dia harus melakukannya untuk mengetahui siapa yang membunuh pamannya.

Samar-samar Killua berkata, "Paman, aku seperti paman sekarang…"

Setelah sedikit tenang, dia menuju dapur dan membuat segelas teh. Mungkin dengan segelas teh aku bisa lebih tenang. Fikirnya.

Setelah teh selesai dibuatnya, dia menuju ke kesamping jendela yang terbuka dan menatap lurus rumah Kurapika yang bersebrangan dengan apartemen yang ditinggalinya. Dia tersenyum simpul lalu meminum tehnya.

Setelah meneguk setengah gelas teh, dia menaruhnya diatas meja dan mendapati Kurapika dengan seorang lelaki masuk kedalam rumah bersama Kurapika. Melihat itu, Killua begitu terkejut. Itu adalah kali pertama dia meliahat Kurapika memasukkan laki-laki kedalam rumahnya. Killua menatap dan mengamati laki-laki yang masuk bersama Kurapika tanpa melewatkan satu detikpun.

"Siapa dia?" tanya Killua pada dirinya sendiri yang tentunya tidak akan mendapat jawaban.

To be continue…

Terhibur?

Sebenernya Ai bingung genrenya. Jadi gendre yang Ai pasang bener ga?

Oh ia, judulnya sesuai ga?

Mohon kritik dan sarannya.