Title : My Uke
Genre : Romance
Length : Chapter 1
Main Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong
Warning : Yaoi, OOC, gaje
FF ini sengaja saya remake buat YunJae Shipper yang kemaren galau gegara FF yang waktu itu. Happy reading^^
.
.
Sakura telah berubah warna, semerbak harumnya tak seperti satu minggu yang lalu. Kelopaknya mulai berjatuhan, terhempas lembut mengikuti gravitasi bumi. Melayang pelan senada dengan dawai sang bayu. Masih cantik, meski kini tak secantik pertama kali kuncup itu bermekaran.
Keindahannya masih tersisa, hingga tak kunjung membuat sang penikmat bosan akan pesonanya. Begitu pula dengan pemuda itu, tatapan matanya tertuju pada sang sakura. Sesekali memejamkan manik matanya, menikmati wangi yang amat ia sukai.
Hingga ponsel yang berada dalam saku celananya bergetar, memaksa pemuda itu kembali kedunia nyata. Sesegera mungkin membaca pesan yang tertera disana. Dan detik itu juga, senyum yang tak luput dari bibir mungil itu kian melebar. Menarik nafas panjang, mulai melangkah pergi meninggalkan taman kecil ini.
Ia bahagia… tentu!
Bagaimana ia tak bahagia, jika sosok yang amat ia rindukan kembali setelah bertahun-tahun mereka terpisah? Sahabat kecilnya, tetangga dekatnya, dan sosok paling manis yang pernah ia kenal sepanjang masa hidupnya.
Bisa ia bayangkan seperti apa paras manis teman sepermainannya itu saat ini. Bibir tipisnya, bola mata kecoklatan miliknya, dan postur tubuh yang tak lebih tinggi darinya. Eumm… dia ingat betul seberapa mungil teman dekatnya itu, hingga ia harus ekstra menjaga bocah itu dari teman sekelas yang kerap membully-nya.
Mengingat masa lalu membuat ia tak sabar lagi untuk menemuinya.
"Jung Yunho… aku merindukanmu…" gumamnya pelan.
.
.
Bangunan minimalis dengan halaman luas itu kini tampak tak sesepi biasanya. Rumput hias telah dipangkas rapi, semak belukar yang dua belas tahun ini mendominasi telah dibabat habis, dan cat dindingpun tampak indah dengan keelokan warna barunya.
Langkah kakinya kian lebar tatkala manik mata itu menemukan sosok manis yang berdiri di ambang pintu.
"Yunniiiee ya… bogossiphoyo" pekiknya senang, menerjang tubuh pemuda yang agak lebih tinggi darinya itu begitu saja. Memeluknya dengan tawa lebar sembari menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan. Hingga sosok yang berada dalam pelukan itu melepas rengkuhan lengan rampingnya.
"Eumm… Jaejoong hyung salah orang"
Eeeh?
Namja yang dipanggil Jaejoong itu melangkah mundur, sedikit menjauh dari pemuda itu. Hanya untuk mencerna kembali apa yang baru saja didengarnya. Bibirnya terkatup rapat. Menatap tak mengerti bocah yang berdiri kikuk dihadapannya. Salah orang? Berarti pemuda manis ini bukan Yunho teman masa kecilnya?
Lalu…
"Aku Changmin, hyung… hehehe…" ujar bocah itu seolah mengerti apa yang hendak Jaejoong tanyakan.
"Yunho hyung ada dikamar, hyung masuk saja. Aku pergi dulu…" tambah Changmin dengan senyum polos. Mengecup pipi kiri Jaejoong sebelum membawa kedua kakinya meninggalkan sang tamu yang tengah syok dengan kenyataan ini.
Aissssh… bagaimana ia bisa lupa jika Yunho punya adik lelaki hah? Dan bocah yang telah menghilang dari pandangan Jaejoong itu sekarang melebihi tinggi tubuhnya. Astaga… Jaejoong ingat betul, terakhir kali ia berjumpa dengan Changmin saat bocah itu baru berusia 2 tahun.
Waktu benar-benar berputar hmm?
Tunggu dulu!
Changmin tadi menciumnya kan?!
Jaejoong meraba pipi kirinya, tepat di titik dimana Changmin mendaratkan raspberry miliknya. Bocah itu benar-benar—
Haaah… apakah tinggal di Amerika membuatnya dengan mudah mencium orang lain?
.
.
"Annyeong Key ahjumma…" sapa Jaejoong kala ia bertatap muka dengan seorang namja cantik yang sibuk dengan dua gelas orange jus yang tengah digelutinya. Jangan heran, kedua orang tua Yunho memang namja. Sama seperti kedua orang tuanya. Male pregnant mengesankan bukan?
"Jaejoongiee? Astagaaa… kau sudah setinggi ini"
Namja manis yang kerap Jaejoong panggil Key ahjumma itu memutar tubuhnya beberapa kali, menepuk kedua pipi chubbynya. Dan terakhir memeluk tubuhnya dengan penuh kelembutan.
"Kau sangat cantik seperti ummamu itu chagi" tambah Key sembari mengelus pucuk kepala Jaejoong.
Jaejoong tersenyum kecut dalam pelukan pria yang telah lama tak dijumpainya ini. Tak rela jika dia yang seorang namja tulen dan berniat menjadikan Yunho sebagai uke-nya malah disebut cantik oleh sang calon mertua.
"Kau mencari Yunho kan? Dia ada di lantai atas"
"Lalu Jinki ahjussi?"
"Pria itu masih sibuk dengan urusan kantornya, bulan depan ia baru bisa pindah ke Seoul"
Jaejoong mengangguk paham, tahu betul sesibuk apa presdir Jung itu sesungguhnya.
"Temuilah Yunho. Aku akan kembali ke taman belakang, ummamu menungguku disana. Jika kau butuh sesuatu, katakan pada ahjumma ne?"
"Ne ahjumma…"
Dengan langkah pelan, Jaejoong meniti anak tangga menuju lantai dua. Hatinya kian berdebar, saat pintu yang amat ia kenal tepat berada dihadapannya.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang, dan mulai mengetuk pintu bercat putih itu. Sampai ketukan ketiga, pintu itu perlahan terbuka. Detik itu juga, senyum manis yang telah dipersiapkannya untuk pertemuan penting ini hilang begitu saja, berganti dengan tatapan matanya yang melotot tajam.
Bagaimana tidak? Jelas-jelas dihadapannya berdiri wajah asing yang tak pernah ia temui sebelumnya. Dan… lihat penampilannya itu! Pemuda tampan dengan paras rupawan yang melebihi batas wajar itu berdiri dengan wajah tak berdosa hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya!
Euggh…
"Merindukanku Joongie ya?"
Demi Tuhan!
Jaejoong bersumpah melihat smirk mengerikan yang sempat ditujukan untuknya. Benarkah pemuda dihadapannya ini Yunho? Temannya yang teramat manis dan selalu merengek padanya?
Jaejoong bahkan sekarang harus mendongak hanya untuk melihat wajahnya.
Lalu… kemana perginya tatapan polos sarat akan ketidakberdayaan yang kerap Yunho kecil tunjukkan? Kemana senyum manis yang tak luput dari bibir tipisnya? Dan… kenapa Yunho yang sekarang tampak begitu evil dengan seringai setan itu?
ADA APA DENGAN YUNHONYAAAAAAAA?!
"Aissh! Kau membuatku pegal!" cetus Yunho sembari menarik pergelangan tangan Jaejoong memasuki kamarnya.
Namja dengan dada bidang dan bahu lebar itu meletakkan kedua lengan kekar miliknya dimasing-masing sisi tubuh Jaejoong, memerangkap tubuh itu, dan mendorong pintu kamarnya tertutup dengan cara yang 'tak biasa'. Hingga Jaejoong merasakan datarnya papan kayu di punggungnya.
Dan dengan jarak sedekat ini Jaejoong hanya mampu menahan nafas ketika Yunho meniup poni rambut yang menutup keningnya. Menyibak surai kecoklatan itu dengan harum nafasnya.
"Long time no see… Jaejoongie" cetus Yunho dengan senyum ganjil.
Jaejoong menelan ludah, kakinya gemetaran saat Yunho tak henti menatap bibirnya.
"L-lepass! Siapa kau? Kenapa kau ada di kamar Yunho?!"
Pertanyaan bodoh. Sudah jelas bukan apa jawabannya? Jinjja! Jaejoong hanya ingin memastikan jika namja dihadapannya ini benar-benar Yunho-nya. Dia tak rela jika kenyataan yang berada dihadapannya ini menampar telak segala macam mimpi yang telah ia bangun selama bertahun-tahun.
"Kau melupakan wajah tampanku ini Joongie ya?"
"Yunho-ku manis. Dia cantik dan tak setinggi ini. Yah! Lepaskan aku bodoh!"
Yunhonya?
Mendengar kalimat yang keluar dari cherry Jaejoong, namja tampan itu hanya menyeringai penuh arti. Membawa bibir tipisnya dilekukan leher jenjang Jaejoong, dan berbisik lirih tepat sebelum menggigit kulit putih itu dengan giginya.
"Waktu merubahku honey…"
"AAAAAHH!"
Tak berhenti disana, Yunho juga turut menjulurkan lidahnya. Menyapu bekas gigitan yang tampak memerah itu dengan gerakan lembut.
"Euungh…" desah Jaejoong dengan mata terpejam, takut pada apa yang akan Yunho lakukan padanya.
Menyadari itu Yunho menarik satu diantara dua lengan yang memerangkap tubuh Jaejoong, mengusap pipi chubbynya, dan hal terakhir yang membuat jantung Jaejoong seolah berhenti berdetak tatkala Yunho dengan santai menjilat permukaan bibirnya begitu saja.
"Ucapan selamat bertemu kembali dariku, honey"
.
.
Jaejoong membanting tubuh lelahnya diatas single bed kamar pribadinya. Dengan nafas yang tak kunjung teratur ia hanya menatap langi-langit kamar. Meremas kesal bed cover itu, menyambar boneka gajah abu-abu miliknya, dan menggigit gemas telinganya. Jika boneka seukuran manusia itu bisa menangis, bisa dipastikan saat ini ia tengah meraung kesakitan.
Hnn…
Jaejoong hanya tak habis fikir, kejadian-kejadian yang baru saja ia alami ini bagai mimpi buruk. Dimulai dari pertemuannya dengan Changmin yang sempat dianggapnya sebagai Yunho, lalu pertemuannya dengan Yunho yang sesungguhnya. Kesan pertamanya pada Changmin cukup baik. Satu ciuman di pipi tak masalah bukan untuk namja semanis Changmin, toh bocah itu jauh lebih muda darinya.
Tapi saat ia berhadapan dengan sang kakak, image yang ia bangun mati-matian demi menjadi seme seorang Jung Yunho hancur barantakan!
Tentu itu membuatnya kesal! Sangat kesal!
Dalam hati Jaejoong mengutuk si tampan itu dengan segala sumpah serapah yang tak berani ia ucapkan. Bagaimanapun juga, dia harus menakhlukkan Yunho dan menjadikan pemuda itu sebagai uke-nya.
Lagipula siapa lagi yang mau menjadi ukenya hah? Jika nyatanya disekolah justru ia yang 'diburu' dan hendak dijadikan sebagai pihak yang didominasi para seme kelaparan. Para gadis? Mereka bahkan dengan santai menolak mentah-mentah jurus cinta yang Jaejoong tebar dengan pesona gagalnya. Alasan klasik, tak mau memiliki namja chingu yang bahkan kecantikannya melebihi para gadis itu sendiri.
Tentu saja inner Jaejoong sebagai pria sejati merasa diremehkan. Dan tekadnya menjadikan Yunho yang tengah berperan sebagai murid pindahan untuk menjadi uke-nya sudah bulat, ia tak akan menyerah!
Fufufufu…
.
.
.
Kepakan sayap burung gereja yang bertengger manis dipagar besi kediaman keluarga Jung menyambut kedatangan Jaejoong. Terbiasa seperti masa kanak-kanaknya, ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Menghampiri nyonya Jung yang sibuk dengan urusan dapur.
"Pagi ahjumma, Changminniee" sapa Jaejoong sembari mengusap kepala Changmin dengan senyum lebar. Bocah itu tak membalas sapaan Jaejoong, begitu sibuk dengan paha ayam goreng dalam genggamannya.
"Pagi chagi, duduklah! Dan ikut sarapan bersama kami" titah Jung Keybum sembari meletakkan piring berisi nasi goreng tepat dihadapan putra bungsunya.
"Euum… aku sudah makan kok ahjumma…" tolak Jaejoong sehalus mungkin.
"Sayang sekali, lain kali makanlah disini. Dan kau Minnie, panggil kakakmu turun!"
"Umma… aku sedang sibuk"
"Biar aku saja ahjumma…" potong Jaejoong yang tak tega melihat tampang melas Changmin. Bocah yang masih duduk sebagai siswa Junior High School itu sepertinya benar-benar sibuk dengan menu paginya.
Ckckckck!
Sama seperti kemarin, Jaejoong mengetuk pintu itu terlebih dahulu. Dan tak butuh waktu lama sampai Yunho membukanya. Tahu betul bukan sang umma yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kau menjemputku? Haha… manis sekali"
Jaejoong menggembungkan pipinya. Kesal mendengar gurauan yang Yunho lontarkan. Namja mesum dihadapannya ini suka sekali membuat moodnya mendadak down. Sungguh bukan sosok Jung Yunho yang ia rindukan.
"Kau mau berdiri disana selamanya?"
"Memangnya kenapa?"
"Nothing! Aku pegal, akan kututup lagi pintunya…"
"Yyaaaah!"
Bergerak cepat sebelum namja yang dianggapnya sangat menyebalkan itu benar-benar melakukan apa yang telah dikatakannya.
Bagaimanapun juga Jaejoong harus beradaptasi dengan diri Yunho yang baru, bukankah ia berniat menjadikannya sebagai uke yang di dominasi? Tentu hal sekecil itu tak masalah bukan?
"Aku sengaja datang untuk berangkat bersamamu"
"Emm… aku tahu itu"
Seolah tak peduli, Yunho kian sibuk dengan lilitan dasi yang tengah dikenakannya. Berdiri membelakangi Jaejoong yang duduk di tepi ranjang, lebih memilih mematut penampilan sempurnanya di depan kaca. Tak ingin hari pertamanya sebagai siswa Seongie senior high school berantakan dengan penampilannya yang terkesan asal-asalan. Yunho harus selalu terlihat sempurna, itulah prinsip hidupnya!
"Kau tidak bertanya kenapa?"
Menyadari nada bicara Jaejoong yang terdengar kesal membuat Yunho tersenyum samar.
"Baiklah, aku akan bertanya. Kenapa kau menjemputku?"
Jaejoong mendecih. Sadar benar pada nada bicara Yunho yang sengaja dibuat-buat dalam kalimatnya. Jika ia tak lupa tujuannya menjadikan Yunho sebagai uke-nya, sudah ia kubur hidup-hidup namja menyebalkan satu itu.
"Tentu saja untuk melindungimu, apalagi hah?!"
"Melindungi apa? hahahaha…" lagi, Yunho terkekeh tak jelas. Hingga urat-urat kekesalan Jaejoong kian terlihat jelas.
"Melindungimu bodoh! Kaukan uke-ku!"
Eehnn..
Kekehan Yunho berhenti, begitu pula gerak tangannya yang tak juga selesai dengan dasi panjang itu. Dia berbalik, memandang Jaejoong dengan tatapan aneh.
"Uke? Sejak kapan aku menjadi uke-mu?" tanya Yunho dengan wajah datar.
Jaejoong gelagapan, kata-katanya itu keluar begitu saja. Dan jawaban yang Yunho minta tak pernah sekalipun ia pikirkan sebelumnya.
"Emm… s-sejak… sejak… sejak kita masih kecil!" cetusnya begitu saja. "Apa kau lupa, dulu setiap hari kau selalu menangis dalam pelukanku? Merengek padaku, dan memintaku selalu membelikanmu eskrim hanya untuk menghentikan tangisanmu. Jadi sudah sejak dulu kau itu uke-ku!"
Yunho yang ditunjuk seperti itu hanya melengos kesal, ingat betul apa yang dikatakan Jaejoong memang benar adanya. Sedangkan namja cantik yang mengumbar senyum kemenangan itu dalam hati tengah melonjak kegirangan. Tak menyangka, alasan asal yang dikatakannya sanggup menohok Yunho sampai seperti ini.
Bukankah hal ini berarti bahwa Jaejoonglah yang keluar sebagai pemenang?
Huuuummm… lalu kenapa diam-diam Yunho menyeringai seperti itu?
"Baiklah, aku adalah uke-mu. Lalu… mana kewajibanmu sebagai seorang seme?"
Gleek!
"M-maksudmu apa?"
Yunho tersenyum, sangaaaaat manis. Berjalan perlahan mendekati Jaejoong yang tak beranjak dari posisinya.
"Mana ciuman seme pada uke-nya?" bisik Yunho seraya mencondongkan tubuhnya. Mengulum senyum nista saat kembar onyx miliknya menangkap gelagat keterkejutan Jaejoong.
Sedangkan namja cantik itu hanya mampu menggigit bibir bawahnya. Ciuman? Dengan Yunho yang jauh dari bayangan masa lalunya? Yang benar saja!
Tapi… jika ini bisa membuktikan dirinya sebagai seme sejati, bukankah ia harus melakukannya sekarang juga?
"Tentu saja! Sebagai uke-ku, aku akan menciummu!" sentaknya penuh percaya diri.
"Bagus. Sekarang ayo cium aku! Dan lakukan dengan benar… nae seme…"
Jaejoong mengangguk ragu, seumur hidup ia tak pernah mencium seseorang. Dan kemarinlah pertama kali peach ranumnya itu bersentuhan dengan lidah menjijikkan Yunho. Tapi namja tampan itu tak sempat menempelkan bibirnya, dengan kata lain inilah pertama kali baginya yang hendak merasakan seperti apa itu berciuman.
Jaejoong benar-benar—
Eugh! Berdebar-debar…
Terlebih melihat Yunho yang kini menutup kelopak matanya. Menanti ciuman yang hendak Jaejoong berikan. Merasa tak ada pilihan lain, namja cantik itu turut memejamkan manik kristalnya. Mendongak perlahan, hingga nafas hangat keduanya saling berbenturan.
Deg!
Deg!
Deg!
Deg!
Dekat… dekat…dan semakin dekat. Hingga sentuhan lembut itu nyata Jaejoong rasakan, tubuhnya bagai tersengat listrik. Gejolak dalam dada seakan membuatnya terbang diudara. Melayang jauh diatas awan.
Tiga detik!
Bagi Jaejoong itu sudah cukup. Kewajiban bagi seorang seme memberikan ukenya ciuman bentuk rasa sayang telah berhasil ia lakukan. Hendak memutus kontak fisik diantara keduanya, namun gerakan Yunho yang teramat tiba-tiba membuatnya membelalak tak percaya.
Namja tampan yang kini sah berstatus sebagai uke seorang Kim Jaejoong itu mendorong tubuh bagian atas sang seme terbaring di ranjang. Kedua lengan kekar miliknya ia letakkan disisi kepala Jaejoong. Lagi-lagi memerangkapnya, itulah yang tengah Yunho lakukan.
"Seperti itukah yang kau sebut ciuman, seme-ku sayang?" Yunho menyeringai setan. Tak melepas tatapan matanya pada paras cantik Jaejoong yang memucat.
Namja cantik itu bergidik. Tak menjawab pertanyaan Yunho. Hendak mendorong tubuh kekar namja tampan itu, justru tekanan yang ia dapatkan. Dan selanjutnya bisa Jaejoong rasakan bibir tipis Yunho yang tengah mengecap segala sudut peach ranumnya. Melumat habis apa yang kini dijamahnya. Melesakkan lidahnya menjelajahi rongga mulut Jaejoong, mengabsen deretan gigi rapi namja cantik ini. Bahkan Yunho tak peduli pukulan ringan yang Jaejoong berikan. Ia terus menjamahnya, terus melumatnya, seakan hendak memakan habis rasa manis ini.
Satu yang Jaejoong sadari, Jung Yunho begitu… LIAR!
.
.
Tebece!
.
.
Saya remake FF jadul lagi, anggap ini obat FF yang readers bilang nyesek itu... hehehe
mian kalo ada typos, sekali edit soalnya *bow*
kurasa aku akan melanjutkan jika memang readers berkenan, kalo engga' ya gak dilanjutin^^
Gimme ur comment, ne?
