Be With You

CHENMIN Couple—Chen & Xiumin

Kim Jongdae || Kim Minseok

Romance


"Kau dimana?" Minseok menyilang kedua kakinya sambil menghubungi seseorang di teleponnya. Ia sudah berjam-jam menunggu di kafe karena ada janji dengan sahabat bermata rusanya itu, tapi orang yang berjanji belum menampakkan batang hidungnya sama sekali—bahkan ia sudah menghabiskan dua cangkir cappuccino dan tiga croissant untuk menghilangkan kesuntukkannya.

"Maafkan aku, Minnie. Aku baru saja keluar kelas—tiba-tiba saja Profesor Lee datang."

Suara seberang sana menjawab dengan memelas agar Minseok tidak mengamukinya. Sedaritadi dia sudah yakin kalau Minseok akan memarahinya—bukan, lebih tepat akan memakinya karena tidak memperlihatkan batang hidungnya sama sekali.

"Minnie…"

"Hmm," Minseok membalas dengan enggan.

"Maafkan aku,"

Tidak ada jawaban sama sekali dari Minseok membuat Luhan frustasi sekaligus ketakutan. Ia sudah tahu bagaimana tabiat sahabat berpipi bakpao nya itu kalau sudah ngambek atau marah akan mendiamkannya berhari-hari.

"Minnie, aku akan mentraktirmu makan kalau kau mau memaafkanku." Bujuk Luhan berharap Minseok mau memaafkannya.

"Call," sahut Minseok yang seketika membuat Luhan memutar bola matanya malas.

Kalau soal makanan cepat, batin Luhan menggerutu.


Be With You


Luhan melongo menatap Minseok yang memakan makanannya dengan beringas. Di dalam pikiran Luhan tiba-tiba di liputi rasa bersalah melihat sahabatnya itu seperti gelandangan yang tidak makan selama satu minggu. Padahal Minseok hanya menunggunya selama dua jam—kalau tak salah dan Minseok sempat berkata kalau dia sudah menghabiskan dua cangkir cappuccino dan tiga croissant untuk menunggunya saja. Itu bukan kelaparan tapi rakus namanya.

"Eii~ pelan-pelan makanannya, Minnie." Luhan menyodorkan tissue ke arah Minseok—karena saus belepotan di pinggir bibirnya.

Minseok mengambil tissue tersebut lalu membersihkan saus-saus yang belepotan di pinggir bibirnya—kemudian menatap tajam ke arah Luhan yang seketika kerongkongannya terasa tercekik dengan tatapan Minseok ke arahnya.

"Ini salahmu, gara-gara kau aku tidak sempat makan siang," sunggutnya dan kembali melahap makanannya.

Luhan menghela napasnya, gadis bermata rusa itu tidak tahu harus berkata apalagi—karena dia yang menyebabkan Minseok kelaparan. Tapi salah Minseok juga kenapa tidak makan duluan—pakai acara merajuk segala dan marah-marah. Tapi intinya ini salahnya Luhan juga, itu pendapat Minseok.

DRRTTT—DRTTT

Ponsel Luhan berdering. Gadis bermata rusa itu seketika tersenyum melihat siapa yang meneleponnya—Oh Sehun, kekasihnya.

"Hallo…"

"Kau sedang dimana?"

"Aku sedang makan dengan Minnie di kafe, ada apa?"

Terdengar helaan napas di seberang sana, "Luhan…"

"Iya, ada apa?"

"Bisa kau jemput aku dikampus, mobilku tiba-tiba saja tidak mau hidup. Aku sudah menghubungi orang bengkel—dan maaf kalau aku merusak acara makan-makan kalian."

Luhan menggeleng—walaupun tidak terlihat oleh Sehun, "Tidak masalah, aku akan segera kesana." Ujarnya yang memberi kode pada Minseok yang masih menikmati makanannya. Setelah sambungan mereka terputus, Luhan pun segera merapikan dirinya sambil melihat bekas-bekas sisa saus yang mana tahu masih menempel di pinggir bibirnya. Minseok dan Luhan—sebelah-duabelas kalau masalah sedang makan. Mereka belepotan seperti anak kecil.

"Mau kemana?" tanya Minseok.

"Aku mau menjemput Sehun dikampusnya." Luhan sudah bergegas ingin pergi—tapi terhenti ketika mendengar suara sumpit yang diletakkan oleh Minseok dengan kasar di atas meja.

"Kau dan Baekhyun selalu saja seperti itu, kalian meninggalkanku sendiri." Lirihnya dengan nada merajuk—membuat Luhan merasa bersalah sambil menggaruk tengkuknya.

"Min... k—kita berdua tidak bermaksud seperti itu,"

Minseok menghela napasnya, "Tidak apa-apa, aku hanya bercanda." Sahutnya kemudian meraih sumpitnya kembali tanpa memandang Luhan yang menatapnya bersalah dan tidak beranjak dari posisinya. Merasa dipandangi, Minseok kembali menatap Luhan.

"Kenapa kau masih disini? Nanti Sehun terlalu lama menunggumu."

"Min… a—aku…"

"Sudahlah Luhan, aku bilang aku tidak apa-apa. Pergilah!"

Luhan sudah ingin berkata kembali tapi dia urungkan karena melihat tatapan tajam Minseok yang seolah-olah ingin menerkamnya. Lalu dengan berat hati—gadis bermata rusa itu bangkit meninggalkan Minseok dengan rasa bersalah. Dan Minseok kemudian menghela napas kasar—dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Hah, nafsu makanku hilang." Gerutunya kemudian meletakkan sumpitnya kembali ke atas meja—lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kafe itu juga.


Be With You


Siapa yang tidak kenal dengan Kim Minseok. Gadis berpipi tembem tapi cantik itu menjadi idola para lelaki di kampusnya, bahkan di luar kampus juga menjadi idola—bagi yang tidak tahu sikapnya yang beringas dan brutal. Minseok selain cantik, dia seorang atlet taekwondo—yang sudah mendapat gelar Dan-1. Minseok seorang siswi di jurusan ilmu Hubungan Internasional, dan bersahabat dengan Luhan dan Baekhyun karena mereka sama-sama berada di jurusan yang sama hanya saja Minseok dan Luhan berbeda konsentrasi dengan Baekhyun—sehingga membuat mereka jarang bertemu—karena jadwal mereka yang berbeda.

Minseok melewati koridor kampus dengan sepasang earphone hitam menempel ditelinganya. Rambut brunette nya sengaja ia uraikan dan berjalan sambil melihat ponselnya—sehingga tanpa sengaja menabrak seseorang dari arah yang berlawanan. Untung saja Minseok bisa menahan tubuhnya—sehingga ia bisa tetap berdiri. Tapi berbeda dengan orang yang menabraknya—ah tidak, lebih tepatnya mereka saling menabrak yang terjerembab ke lantai.

"Astaga, dimana matamu?" Suara cempreng yang paling Minseok benci itu seketika menyapa gendang telinga. Seorang laki-laki yang mengenakan sweater dan ripped jeans itu menggerutu ke arahnya.

"Seharusnya aku yang bertanya dimana matamu." Balas Minseok tak mau kalah.

Minseok memperhatikan laki-laki berbulu mata unta itu berdiri sambil memegang pinggangnya dan keduanya menatap tajam satu sama lain.

"Ck! Kau lagi." Ujar laki-laki itu melihat penampilan Minseok yang sangat urak-urakkan menurutnya—berbeda dari gadis-gadis lain. tentu saja, dia Kim Minseok.

Minseok memutar bola matanya malas, "Kau pikir aku senang bertemu denganmu, Kim Jongdae-ssi? Apa kau sengaja menabrakku agar kau bisa menyapaku, hmm." Minseok menyilangkan kedua tangannya ke dadanya dan menatap remeh ke arah Jongdae.

Jongdae berdecih dan kemudian tersenyum mengejek, "Percaya diri sekali kau." Sahutnya.

Minseok yang tak mau kalah juga ikutan tersenyum mengejek. Keduanya bahkan tidak mempedulikan tatapan-tatapan yang tertuju pada mereka. Oh ya, sekedar informasi. Kim Minseok dan Kim Jongdae sangat terkenal di kampus karena mereka ibaratkan bagaimana kucing dan anjing bila bertemu.

Padahal dulu, Luhan yang lebih kenal Minseok dari kecil mengetahui—hubungan Minseok dan Jongdae sebenarnya. Minseok dan Jongdae dulunya adalah sepasang kekasih saat masih sekolah menengah pertama. Namun keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka karena Minseok mengatakan Jongdae itu menyebalkan dan tidak peka. Tapi Jongdae malah sebaliknya menyalahkan Minseok kalau gadis itu jauh lebih menyebalkan dan brutal menurutnya.

Minseok memang brutal, itu sudah bawaannya dari kecil. Minseok kecil memang tomboy—suka bolos dan memanjat pagar kalau terlambat. Berbeda dengan Jongdae yang taat aturan tapi menyebalkan karena selalu berkata sarkatis.

"Tentu saja aku percaya diri karena kau sengaja menabrakku, 'kan." Minseok menunjuk-nunjuk wajah Jongdae dengan jari telunjuknya.

"Bicara denganmu membuat telingaku sakit."

Jongdae berlalu meninggalkan Minseok yang masih ingin meledeknya—menghampiri seorang gadis yang berpenampilan lebih anggun dan elegan sambil melambaikan tangannya ke arah Jongdae yang menghampirinya. Minseok yang melihatnya sempat berdecih seakan melihat adegan drama korea yang ditonton setiap hari oleh ibunya di rumah. Tapi detik kemudian tatapan mengejek itu berubah sendu ketika bagaimana melihat Jongdae begitu sangat posesifnya pada gadis bernama—Park Haneul itu, kekasih Jongdae. Dulu Minseok juga pernah merasakan bagaimana wibawanya pembawaan seorang Kim Jongdae yang sangat dewasa menurutnya sebelum umurnya. Jika Minseok sedang berkelahi dengan teman-temannya, maka ada Jongdae yang menenangkannya. Tapi itu dulu, saat mereka masih sekolah menengah pertama. Sekarang sudah berbeda, dan Minseok tahu alasannya kenapa dulu Jongdae mengakhiri hubungan mereka karena Jongdae sudah tidak sanggup menoleransi sikap brutal Minseok yang semakin menjadi-jadi. Dan Minseok selalu membuang pikiran masa lalunya itu jika tanpa sengaja melihat Jongdae bersama kekasih barunya.


TBC