Mozaik Api dan Sunyi

By: Koyuki17

Prolog

Sulit rasanya untuk tetap diam dan mendengar suara yang kian samar, tersela oleh helaan napas yang semakin berat. Sebuah suara yang mencoba menuntaskan frasa pamungkasnya. Dalam interval yang singkat itu, Ace terus merangkai kata demi kata, tentang salam yang tak bisa ia sampaikan, tentang janji masa kecilnya dengan Luffy, tentang jawaban bagi satu pertanyaan yang menjadi sebuah pencarian panjang dalam hidupnya.

Yang terakhir terucap dari Ace mungkin adalah hal yang teramat sederhana. Sebuah ungkapan terimakasih pada oyajinya, semua sahabatnya, dan juga pada Luffy. Karena merekalah ia bisa merasakan bagaimana cinta dari seorang ayah, sahabat, dan juga seorang adik. Karena merekalah ia bisa menemukan jawaban atas pertaannya itu.

Lalu pada akhirnya, tak terdengar apapun lagi.

Di sana, dalam dekapan sang adik, Ace mengehembuskan yang terakhir. Luffy hanya bisa terperangah ketika tubuh sang kakak merosot dan jatuh ke lapangan berbatu. Sekali lagi ia memanggil nama sang kakak, namun kali ini tak terdengar lagi suara yang menyahut. Seluruh tubuhnya gemetar, sosok Ace yang kini tetap bergeming memenuhi benaknya, tepat sebelum kesadarannya mulai terkoyak.

Mungkin, hanya beberapa orang yang berdiri di sana, yang meyadari seulas senyum yang tertinggal di wajah Ace. Sebuah senyum yang terlalu kontras dengan setiap goresan luka ataupun warna merah pekat. Begitupun dengan hujan yang turun di pelupuk mata ayah dan semua sahabatnya. Begitupun dengan teriakan sang adik yang kembali pecah di Marineford. Kalau saja ia masih bisa menyaksikannya, takkan ada lagi alasan bagi harga nihil eksistensinya

Satu yang terburai menjadi seribu

Tak lagi tersentuh, tak lagi nyata

Hidup dalam aliran waktu yang membeku

Jauh dan jauh di kedalaman bernama 'ingatan'

Pada orang-orang terkasih, lalu mengulang seribu kisah

Kala hidupnya yang fana belum menjemput akhir

-MAdS-

Malam itu, sepasang netranya menjadi saksi tunggal atas kehadiran sesuatu yang tak lazim. Boleh jadi ia melantur dan kacau karena kelelahan, tapi Trafalgar Law memang melihatnya. Muncul dari sepercik api, yang kemudian semakin besar dan membentuk satu sosok yang tak pernah ia temui secara langsung sebelumnya. Ya, dia yang datang lalu tersenyum hangat padanya, lalu ia pun berbicara padanya. Hiken benar-benar ada di sana.