BISAKAH AKU?
Naruto berjalan dengan santai dan sesekali menguap, tak mempedulikan banyak murit sepertinya sekuat tenaga berlari menuju gerbang sekolah yang akan ditutup. Tepat saat Naruto sampai di depan gerbang, namun sudah tertutup, dengan seorang siswa yang sedang membawa sebuah catatan kecil melipatkan kedua tanganya.
"Buka pintunya." Pinta Naruto datar pada seorang lelaki dibalik pagar yang tentunya di dalam sekolah.
"Kau terlambat 10menit, orang asing." Naruto yang awalnya tak memperhatikan orang di depanya kini mengarahkan pandanganya ke depan. Siswa dengan seragam rapi, berambut raven, memakai kaca mata. Naruto tersenyum kecil, kemudian membalikan badanya dan bersandar pada pagar, mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
"Teme, aku ada di depan gerbang." Naruto berbicara di telephone kemudian menutupnya kembali. Selang lima menit Tsunade kepala sekolah KHS datang lalu membukakan gerbang untuk Naruto dengan santainya.
"Sen. . .!"
"Biarkan dia Sasuke." Tsunade menolak protes Sasuke yang melongo membiarkan Naruto masuk begitu saja.
"Tapi hanya hari ini Namikaze sama."
Naruto tak menghiraukan ucapan wanita separuh baya dengan dada besar di sebelahnya, kemudian melangkahkan kakinya melewati Sasuke "heh.." Sasuke terkejut saat siswa baru yang baru saja melewatinya tersen-? Bukan tersenyum! Tapi menyeringai kecil.
Hari ini hari pertama Naruto memasuki sekolah baru, padahal bukan pergantian semester ataupun kenaikan kelas. Naruto berasal dari Tokyo kemudian pindah ke kota Konoha yang lebih tenang.
"Domooooooo mina-san! Namaku Naruto, Yoroshiku onegaisimasu!" Naruto dengan ceria merentangkan kedua tanganya saat memperkenalkan diri di depan kelas.
Krik
Krik
Krik
Perkenalan Naruto hanya disambut dengan hening, kelas yang hanya dihuni 30an siswa maupun siswi hanya melongo melihat siswa baru yang sangat Percaya diri ah tidak! Tepatnya kelewat Percaya diri.
"Ah. . haha Umm? Namamu hanya Naruto? Nama belakangmu?" Iruka mencoba mencairkan suasana, Naruto memasukan kembai kedua tanganya kedalam saku jaket, menoleh kearah Iruka yang berada disampingnya, lalu menelusuri seluruh isi kelas.
"Naruto Namikaze, yoroshiku onegaisimasu." Suasana yang tadi hening kini mulai kembali seperti semula, dan saling berbincang satu sama lain, hampir semua murit kaget karena Naruto tadi hanya menyebutkan Naruto, memang ada beberapa Negara yang tak memiliki beberapa suku kata nama, atau nama kepanjangan. Namun untuk seorang dengan lancer berbahasa jepang, walaupun berambut blonde, tidak memiliki marga, terlalu aneh untuk di dengar.
Duduklah Naruto di meja kosong yang ada di pojok dekat pintu. Tak selang beberapa saat masuklah Sasuke yang sempat terkejut, siswa terlambat yang dengan enaknya boleh masuk tanpa konspesasi menyambutnya saat hendak memasuki kelas. Sasuke tak mau ambil masalah di tengah pelajaran, dan menuju mejanya.
Satu setengah jam berlalu, pelajaran matematika yang dibawakan Irukapun selesai. Iruka berjalan hendak keluar kelas, namun terhenti tepat di depan Naruto yang sedang mencatat di bukunya.
"Ahh Namikaze-san, bisakah kau melepas jaketmu saat di dalam kelas? Atau paling tidak buka tudung jaketnya?" Iruka tersenyum ramah memandangi Naruto yang sepertinya siswa baik.
Naruto menghentikan mencatatnya, kemudian memandangi Iruka dengan senyum juga.
"Aku punya sebuah penyakit seperti merasakan kedinginan walaupun di musim panas, aku.. aku sangat tak tahan jika hanya mengenakan seragam sekolah, itu masih terlalu dingin, bbbrrrrr apa kau tak merasa kedinginan sensei?" Naruto bertingkah seolah dirinya kedinginan dengan memegangi kedua lenganya, Iruka yang memang mudah tersentuh memasang ekspresi iba.
"Kasihan sekali kau, baiklah." Iruka kemudian pergi meninggalkan kelas, Naruto kembali mencatat apa yang ada di papan tulis. Saat istirahat siang banyak siswi mengerumuni meja Naruto, antri ingin berkenalan dengan laki-laki tampan selain Sasuke di kelas mereka, tentu siswa baru bernama Naruto ini tak sedingin ketua Osis yang tampan nan dingin Sasuke.
Saat pulang sekolah, Sasuke menahan Naruto sebentar di dalam kelas, untuk memperitahukan aturan dan semua tentang sekolah yang belum sempat Sasuke beritahu karena sedari tadi Naruto dikelilingi banyak gadis.
"Untuk yang terakhir, aku memang diberitahu Tsunade sensei bahwa kau diperbolehkan memakai jaket, tapi kupikir, when in Rome, do as Romans do. Kupikir lebih baik kau mengikuti peraturan yang ada, walaupun kau datang dari kota Tokyo." Sasuke telah menyelesaikan penjelasanya, dan akan pergi meninggalkan kelas.
"kalau begitu.." Sasuke menghentikan langkah kakinya saat si blonde mulai berbicara.
"Aku akan membeli Roma. How was that? KA-I-CHOU?" Lagi-lagi Naruto melewati Sasuke dengan seringai kecil terpampang diwajahnya, dan tanpa Sasuke sadari Naruto sudah berjalan jauh meninggalkanya di ambang pintu kelas.
Naruto memasang headset kecil ke telinganya, menikmati alunan music klasik sambil diterpa angin, dengan langit yang hampir berganti dengan malam.
Naruto memasuki rumah yang tak terlalu besar. "Tuan muda, hari ini makan malamnya donburi, tuan muda mau mandi dahulu atau makan terlebih dahulu?" Seorang wanita yang sudah cukup tua mengenakan kimono menyambut Naruto saat sudah masuk rumah.
"Aku tak lapar." Jawab Naruto dingin lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Melemparkan tubuhnya ke single bed dengan seprai berwarna biru.
"Kuso.." Naruto melepas headset dari telinganya, lalu membuang ponselnya ke sembarang tempat. Tak mempedulikan perutnya yang lapar, Naruto hanya berdiam hingga dirinya tertidur.
Esok paginya Naruto sudah harus bangun pagi, dan marah-marah pada mikasa, satu-satunya wanita tua yang tinggal bersamanya dirumah sederhana ini.
Naruto hanya makan sendiri di meja, dan Mikasa berdiri tak jauh dari meja Naruto,sambil menundukan kepalanya.
"Tuan muda, hati-hati di jalan." Mikasa mengantarkan Naruto sampai depan pintu, Naruto hanya diam dan berlalu pergi tanpa menjawab sepatah katapun, Mikasa hanya tersenyum sampai punggung tuan mudanya tak terlihat kembali dari matanya.
Sampai di depan gerbang sekolah, Naruto kembali berpas-pasan dengan Sasuk yang memang sedang menjaga gerbang, mencatat siapa saja yang terlambat.
"Kuharap kau melepas jaketmu nanti." Naruto hanya melewati Sasuke yang sudah dengan sengaja niat berbicara denganya. "The fuck with him!" Sasuke berbisik kecil dan kembali ke pekerjaanya.
Saat Sasuke yang memang sudah terbiasa terlambat masuk kelas karena tugasnya terkejut, si blonde Naruto masih tetap mengenakan jaketnya, tanpa membuka tudung kepalanya juga. Walaupun sudah di beri izin kusus oleh kepala sekolah, Sasuke tetap merasa kesal.
Penggemar Sasuke juga menurun, karena kehadiran siswa dari Tokyo dengan rambut blonde yang rajin senyum-senyum pada setiap gadis. Bukanya Sasuke merasa tersaingi, namun kesempatan Sasuke untuk memperingatkan si blonde makin sulit, sedangkan Sasuke sendiri tak suka berurusan dengan hal tak penting selain tugasnya, apalagi dengan wanita yang sering sekali meminta hal-hal aneh dari dirinya.
Dua minggu berlalu
Naruto berjalan seperti biasa dari rumahnya yang tak jauh dari sekolah, Naruto terhenti saat kakinya menginjak sebuh sobekan Koran, kemudian Naruto memungutnya, membuangnya kembali dan tersenyum.
Naruto mengeluarkan mp3 yang disimpanya dalam saku jaket, menekan tombol volume hingga max, hingga Naruto tak bisa mendengar apapun disekelilingnya selain music klasik yang mengalun dengan kerasnya, memandangi sekelilingnya yang sedang saling berbicara sambil melihat kearahnya, Naruto Cuma tersenyum, hingga sampai di gerbang sekolah, Naruto memandangi Sasuke, siswa yang selalu memperingatkanya tentang jaket kini terdiam dan hanya memandanginya.
Sampai Sensei datang, Naruto baru mematikan mp3'nya, tanpa melepas headset dari telinganya.
Saat pergantian pelajaran, atau istirahat, Naruto kembali menyalakan music klasiknya dengan volume max. Menuju atap sekolah, lalu membaringkan tubuhnya dibawah awan biru.
Hingga saat jam sekolah usai, Naruto yang hendak pulang dijegat beberapa siswa di gang kecil dekat sekolahnya.
Tiga siswa berbicara, lalu tertawa, Naruto hanya memandangi dan tak menjawab karena dirinya sendiri tak mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya alunan music klasik menggema di kepalanya.
Sekarang ketiga siswa nampak sedang marah, dan akan menghajar Naruto. Namun tiba-tiba sang ketua Osis atau Sasuke muncul, membuat ketiga siswa tadi berlari pergi. Sasuke menghampiri Naruto tanpa berbicara, saat pas di depan Naruto, Sasuke menarik paksa headset dari kedua telinga Naruto.
"Tidak bisakah kau ucapkan terimakasih?" Sasuke memandangi Naruto lekat, sedangkalan Naruto yang sesaat tadi kaget, kembali mengendalikan emosinya.
"Aku tak memintamu." Naruto melenggang pergi, memasang kembali headsetnya. Sasuke hanya terdiam memandangi punggung Naruto yang menghilang saat sudah berbelok dari gang.
Saat Naruto pulang, seperti biasa Mikasa menyambutnya dengan senyum, Naruto menghampiri meja makan, lalu membuang semua yang ada di meja makan ke lantai, dan pergi memasuki kamarnya. Mikasa hanya tersenyum sambil membereskan semua kekacauan yang disebabkan tuan mudanya.
