Mayuzumi fokus membaca, Nijimura asyik bermain game di PSP, sedangkan Miyaji sibuk bertukar e-mail dengan adiknya.

Oh, mungkin jika melihat mereka seperti itu, tidak ada yang menyangka, bahwa mereka adalah sahabat semati sehidup sepertuangan.

.

.

.

Kuroko's basketball © tadatoshi fujimaki

.

Best friends © kapten pelagi

.

Mayuzumi Chihiro — Nijimura Shuuzou — Miyaji Kiyoshi

.

Warning :

No romance/pair, out of character, umur character(s) beda dari aslinya, kata-kata kasar, tyo(s), miss typo, dan hal-hal lainnya yang sulit dijabarkan.

.

.

.

Awal ketiga pemuda absurd itu saling berkenalan adalah saat sebuah kejadian naas di Masa Orientasi Siswa yang sering disingkat MOS. Kejadian entah apa, intinya, sih, mereka kena hukum sama kakak senior bejat bernama Fukui.

Idiw, awalnya Mayuzumi nggak mau tuh, kenal sama Nijimura yang sok kegantengan. Nggak, cuy, kagak sudi. Dari awal ngeliat aja udah pengen muntah. Lain Mayuzumi, lain pula Miyaji, si cowok dengan aura uke ini malah pengen nonjok bibir fabulous si Pelangi.

Duh, takdir Nijimura mah gitu.

.

.

Namun, siapa sangka, ketiganya udah kayak disatukan oleh takdir. Mereka satu kelas, tempat duduk pun nggak jauh-jauh amat, dan lagi, ketiganya masuk tim basket sekolah. Eh, sial, ini mah emang takdir yang membuat mereka terjalin benang me— oke, maaf, salah genre.

"Njir, gua nggak ngerti kenapa selalu bareng lu pada." —Nijimura Shuuzou, enambelas tahun, memberi sebuah kalimat ke dua orang temennya yang sama dengannya, mudah emosi (nggak, kok, Mayuzumi bukan tipe emosian kayak temennya, cuman, kalimatnya langsung jleb ke kokoro).

Mayuzumi masih asyik membaca light novel yang baru dibelinya dua hari lalu sembari berceletuk, "kalau lu nggak suka bareng gua, pergi mati aja sana. Gua sih rela, nggak ada yang bakal kangen elu, kok."

—Tuh, 'kan, Mayuzumi mah ngomong nggak pernah diseleksi ucapannya.

"Anjir, gua nggak ngerti sama lu dua!"

Miyaji yang sendari tadi diam cuman bergumam, "gua bungkam bibir fabulous lu pake nanas dari toko Kimura kalau masih ngomong, lu, kampret."

Nijimura Shuuzou, selalu dibully oleh kedua sahabatnya.

.

.

Waktu Nijimura, Mayuzumi, dan Miyaji naik kelas ke kelas dua, lagi-lagi mereka satu kelas. Duh, ini, sih, cuman kebetulan bernama takdir, kok. Buktinya, ketiganya satu kelas trus, duduk deketan, trus sama-sama anak basket. Nah, yang membedakan adalah posisi mereka bertiga di tim.

Nijimura dan Mayuzumi adalah seorang power forward, sedangkan Miyaji adalah seorang small forward.

Nah, sekarang mereka kelas dua di SMA Teiko, sekolah yang selalu menang dalam game apapun, kapten dan wakil kapten mereka yang lama, Imayoshi Shouichi dan Kasamatsu Yukio, jelaslah udah pensiun buat ujian masuk universitas, horay! Nggak bakal ada yang membuat mereka sengsara lagi.

—Ya, mungkin.

"Kuserahkan jabatanku dan Kasamatsu pada Nijimura dan Mayuzumi."

Seketika, Miyaji melongos tak percaya pada Mayuzumi, "demi apa lu jadi wakil, Mayu?! Lu 'kan lolicon stres!"

Mayuzumi yang mendengarnya memasang aura sewotnya, "demikian sekilas info, maniak nanas."

.

.

Mayuzumi Chihiro itu lolicon akut yang punya segudang light novel. Hah, Nijimura sama Miyaji aja udah tahu kebiasaannya sendari mereka kenal di masa-masa MOS. Jujur, kepribadian pemuda itu aneh, hawa keberadaannya super duper tipis. Apa yang kurang? Kurus? Ih, berotot gitu —walau nggak segede otot tukang jualan roti bakar keliling bernama Nebuya Eikichi, sih.

Yang kurang darinya hanya kewarasannya. Pemuda tersebut sangat mencintai buku-buku miliknya, bahkan, jika ada yang ingin mencurinya, awas, setan ngamuk dah (menurut Miyaji yang pernah kena marah, Mayuzumi itu diatas Iblis).

Pernah suatu ketika, Nijimura memberinya sebuah ide gila nan bodoh, "Eh, Mi, kita curi light novel si Mayu, yuk. Trus dijualin."

Temen durhaka, bro. Temen durhaka.

"No, thanks Niji, tapi gua males bangunin Iblis."

"Alah, kita bagi dua hasilnya, 'kan lumayan buat nambahin ua—"

Belum sempat pemuda Pelangi tersebut melanjutkan ucapannya, ada suara seseorang yang menginterupsi.

"One-on-one sini sama gu lu, Bibir Monyong!"

Perempatan siku-siku muncul di dahi Nijimura, "Eh, lolicon gila, lo nantangin gua, hah?! Dasar lu, ubanan!'

"Daripada elu, njing! Bibir monyong gitu!"

"Ini bibir tuh fabulous, kampret!"

Miyaji Kiyoshi, langsung menyingkir ke pojokkan kelas daripada kupingnya panas.

.

.

Nijimura mengetuk-ngetuk meja bundar kecil yang ada di kamar Mayuzumi dengan frustasi, otak pintarnya sedang tidak konek mengerjakan soal Fisika yang berjibum banyaknya. Iya, sih, mereka libur, tapi tugas banyak 'kan jadinya kamvret! Ya, masih mending daripada disuruh masuk sekolah, sih...

"Oi, Mayu, Miya, lu pada udah selesai?"

Yang namanya disebut menengok, menatap Nijimura datar.

"Lu belum? Bego, sih." —Miyaji mengomentari.

"Udah." —datar, singkat, dan jelas. Khas seorang Mayuzumi Chihiro.

Nijimura menggerutu kesal. Ia bodoh di mata pelajaran Fisika, tapi pintar di Matematika. Ada juga, ya, orang kayak gitu rupanya.

"Pinjeeeem! Gua mau nyalih!"

"Ogah! Lu nyalin mulu! Kerjain dong pake otak."

jleb— jleb—sakitnya tuh di sini di dalam hati—

Uh, sori, itu ringtone handphone Nijimura yang cetar membahana, membuat Miyaji dan Mayuzumi menahan tawa.

"Eh, ganggu!" Pemuda hitam itu melempar ponselnya ke kasur punya Mayuzumi.

"Nggak lu angkat, Nij? Siapa tahu si Juuzo."

"Tuh bocah mah, nggak sudi buang-buang kouta sama pulsa." Jawab Nijimura sembari mendesah kesal, "eh, njir, mana buku catetan lu pada?!"

"Ogah gua pinjemin!"

"Mikir sendiri sana."

—punya temen pelit itu sulit, ya.

.

.

Ketiganya pernah bermain ke runah masing-masing. Sekedar buat main atau nggak mengerjakan tugas —kadang modus minta makan. Kalau di rumah Nijimura, yang berisik pasti si kembar Juuzo dan Shuuko, kalau di rumah Mayuzumi, sih, berisik apanya, si maniak light novel itu kan anak tunggal.

Anak tunggal yang ngocol nan kaya.

Lain halnya dengan kedua temannya, kalau di rumah Miyaji, sih—

"Aniki, bisa pelanin suaranya, kagak? Mayuzumi-senpai dan Nijimura-senpai juga!" —Miyaji Yuuya, adik beda satu tahun dari Miyaji Kiyoshi berteriak kesal.

Miyaji mendesah kesal, diambilnya headphone miliknya, "Yuuya, kalau mau sini, gua pinjemin headphone biar lu nggak keganggu!"

Yuuya sengan segera berdiri di depan pintu kamar sang kakak, "trims, Aniki!"

—Hanya saat berkunjung ke rumah Miyaji bersaudara, keduanya dapat melihat sisi lain Miyaji Kiyoshi.

.

.

Suara pukulan yang dilayangkan terdengar terus-menerus di gym SMA Teiko, menganggu beberapa anak yang awalnya sedang berlatih menjadi menyingkir. Adu tonjos terus terjadi antara pemuda pemilik helaian hitam dan abu-abu. Antara senior and junior.

"Nijimura! Lu ngapain, nyet?! Haizaki Shougo juga!" Miyaji Kiyoshi yang batu selesai piket dengan Mayuzumi bertanya dengan kesal saat melihat kaptennya sedang beradu jontos dengan adik kelasnya.

Nijimura menjawab disela-sela adu pukulan dan tendangan, "mendisplinankan bocah nggak tahu diri ini!"

Mayuzumi menggeleng frustasi, dengan cepat, dia menghampiri salah seorang pemuda berambut merah, "Akashi, ada apa?"

"Ah, Haizaki mengadu bacot dengan kapten, lalu mengeluarkan kata-kata kasar."

Mayuzumi mendesah kesal, dengan mudah, ia mengumpulkan anak-anak basket lainnya, "oke, kita latihan diluar saja. Mengurus Nijimura ataupun melihatnya seperti itu bisa bikin stres."

Terkadang, disaat seperti ini, Miyaji dan Mayuzumi lah yang menjadi wakil kapten dan kapten dadakan.

.

.


.

a/n :

End dengan santainya— uh, oh, hai~ ogenki desuka, minna? Lol, mumpung liburan, saya nyelesain ini. Awalnya berharap ini cerita bisa 1K+ atau nggak 2K, tapi apa daya, saya susah nulis panjang. Hahaha— padahal saya lagi liburan ini. Capeeek parah kemaren abis lomba disekolah uhuy—

Maaf atas kesalahan saya. Lalu, buat para guest yang mereview tapi nggak saya balas, ukh, saya minta maaf sebesar-besarnya, tapi saya sangat menghargai review kalian. Kalian juga yang membuat saya terus menulis disini. Um... apalagi, ya? Udah, deh, mening review aja ya—?