HUSBAND
Author : Phoebe
Warning ! : GS (Genderswitch), typos, ff remake-an, pokonya kalo gasuka gausah dibaca ye, kalo suka ya dibaca dan review oke~
Note : Baekhyunnya keturunan Jepang, jadi mukanya campuran Jepang-Korea gitu [ga ada bedanya kan ya?-_-], BACA DENGAN TELITI !
Summary : when you wake up from your sweet dream, you're finding a stranger guy on your bed and he said that you're his wife. What will you do?
.
.
.
.
.
Byun Baekhyun adalah seorang pegawai administrasi di sebuah majalah travelling yang sudah berdiri mungkin hampir seumur ayahnya. Begitu keluar dari Universitas Todai (Jepang), Baekhyun langsung pindah mengikuti Halmeoni-nya ke Korea yang merupakan tempat kelahiran ayahnya, Byun Jungsoo. Dua tahun yang lalu, Baekhyun melamar ke DarE. Memiliki seorang teman bernama Luhan yang sekarang duduk dimeja sebelahnya dan beberapa orang lain yang tidak begitu dekat dengannya dikantor ini. Setahu Baekhyun, di kantor ini hanya Luhan yang menganggapnya ada, berbicara dengannya secara baik-baik dan memandangnya sebagai manusia. Sedangkan karyawan lain sangat acuh dan masih tidak peduli meskipun Baekhyun sudah bekerja di DarE selama dua tahun.
Sekarang beginilah hidupnya setiap hari, duduk di depan komputer dan mengetik, mengetik, mengetik, seolah-olah keyboard adalah dirinya. Baekhyun sangat mengantuk karena hari ini dirinya hampir seharian berada dikantor tanpa melakukan apa-apa, ia bahkan tidak pergi keluar untuk makan siang. Bukan karena terlalu banyak pekerjaan tapi Baekhyun sedang diet demi tampil sempurna pada pernikahannya yang akan berlangsung bulan depan. Jongin, calon suaminya selalu mengatakan kalau Baekhyun tampak gemuk dan Baekhyun tidak akan suka bila terlihat gemuk di hari pernikahannya.
Ponselnya yang berada disebelah komputer begetar. Baekhyun membuka matanya lebar-lebar karena matanya sudah redup sejak tadi. Ia benar-benar merasa lapar dan itu membuatnya mengantuk. Tapi melihat siapa pengirim pesan di ponselnya semua rasa kantuk Baekhyun lenyap begitu saja dan tidak tersisa sama sekali.
Baby, pulang jam berapa?
Bisa bertemu hari ini?
Pulang kerja datang ke cafe ku ya?
Aku sangat merindukanmu.
(Sender : Jongin. XXX)
Jongin pada akhirnya mengirim pesan juga setelah seharian ini Baekhyun menanti kabar darinya. Semenjak rencana pernikahan mereka diputuskan, Jongin benar-benar berkonsentrasi bekerja seolah-olah ia akan meninggalkan cafenya untuk selamanya. Semua hal itu menyebabkan Baekhyun mengurusi persiapan pernikahannya seorang diri dan semakin sulit untuk bertemu dengan Jongin. Tapi Baekhyun selalu merasa kalau hal itu bukanlah masalah yang harus diribut-ributkan. Baekhyun sudah terlalu banyak menuntut kepada Jongin dan dirinya sama sekali tidak akan meminta hal yang lebih lagi. Baekhyun sudah harus bersyukur karena Jongin mengabulkan permintaannya untuk mempercepat pernikahan meskipun hal itu membuatnya repot seorang diri. Tidak, ada Luhan yang siap membantunya meskipun Baekhyun tidak memberi tahu dengan siapa ia menikah nanti pada Luhan, Baekhyun patut bersyukur.
Baekhyun tidak pernah memperkenalkan Jongin kepada siapa-siapa kecuali halmeoninya sehingga rencana pernikahan ini juga sama rahasianya seperti keberadaan Jongin. Kedua orang tuanya juga belum tahu, hanya halmeoni satu-satunya orang yang tahu dan tidak setuju. Halmeoni pada awalnya menyukai Jongin, tapi begitu tau kalau Baekhyun dan Jongin akan melangkah kejenjang yang lebih serius, halmeoni menolak keberadaan Jongin terang-terangan. Terlebih sejak Baekhyun mengatakan kalau dirinya akan pindah dan tinggal bersama Jongin setelah menikah, kebencian halmeoni kepada Jongin semakin menjadi-jadi.
"Baekhyun, kau dipanggil Tuan Lee keruangannya!" Luhan berdiri didepan pintu ruang kerja mereka sambil memijat dahinya.
Gadis itu mendapat job yang sangat luar biasa belakangan ini. Seringkali Luhan mengeluh kalau dirinya hampir muntah menghadapi kertas-kertas dan komputer.
"Ada apa?"
"Pokoknya segeralah kesana. Kau tau kan? Besok dia akan pensiun dan ini adalah hari terakhirnya dikantor."
Baekhyun mengangguk lalu memandang kalender yang berada disebelah komputernya, 22 Juni. Tuan Lee pernah mengatakan rencana pensiunnya saat rapat terakhir mereka minggu lalu. Sama sekali tidak diduga bahwa rencana itu berlangsung secepat ini, jarang sekali ada orang yang memulai pensiunnya pada pertengahan bulan Juni, seperti yang Tuan Lee lakukan. Baehyun berusaha mengembalikan semangatnya dan berjalan menuju ruangan kerja Tuan Lee. Begitu sampai, Baekhyun hanya perlu mengetuk pintu beberapa kali dan ia melihat bayangan Tuan Lee yang berjalan mendekati pintu lewat dinding kaca anti pecah yang berwarna keabu-abuan. Siapapun bisa melihat bayangan dari dalam ruangan tapi tidak bisa melihat semuanya selain warna hitam yang bergerak pada dinding kaca yang menyelubungi ruangan Tuan Lee. Entah siapa yang mempunyai ide untuk membuat ruangan kerja seperti ini, yang pasti ide ini membuat atasan manapun menjadi kehilangan lima puluh persen privasinya.
"Silahkan, Nona!" Tuan Lee benar-benar muncul dibalik pintu dan mempersilahkan Baekhyun masuk.
Laki-laki yang sangat baik. Seandainya Tuan Lee tidak punya istri, Baekhyun akan memaksa laki-laki itu untuk menikah dengan halmeoninya. Baekhyun menahan tawa sambil melangkah menuju sofa yang ada di ruangan itu. Tuan Lee menutup pintu dan memandangi Baekhyun sambil bertolak pinggang.
"Jadi menikah bulan depan?" Tanyanya
Baekhyun mengangguk, "Tentu saja"
"Masih merahasiakan siapa calonnya? Bagaimana bila aku tidak bisa datang pada pernikahanmu bulan depan? Aku mau liburan ke Florida bersama keluargaku!"
"Masih belum bisa, Bos. Bahkan kedua orang tuaku sama sekali tidak tau."
Tuan Lee mengangguk lalu melangkah mendekati mejanya. Ia mengambil sebuah amplop dan sebuah kertas lalu memberikan keduanya kepada Baekhyun.
"Ini adalah kiriman. Dalam satu jam lagi, kau harus sampaikan ini kepada Park-sajangnim yang sedang meeting di Mariott. Dia bos yang baru, dan sebagai ucapan terimakasihnya amplop itu silahkan dibuka!"
Kedua alis Baekhyun menyatu. Ia memeandangi amplop putih itu sejenak lalu membukanya pelan-pelan. Dirinya hampir saja berteriak melihat apa yang ada didalam sana. Sebuah pernyataan kenaikan gaji untuk bulan depan. Tuan Lee benar-benar mengabulkan permintaannya yang satu ini dalam waktu singkat. Baru dua minggu yang lalu Baekhyun mengeluh karena kekurangan banyak biaya untuk pernikahannya dan ia berharap Tuan Lee mau meningkatkan nominal gajinya dari gaji staff junior menjadi staff senior. Dan sekarang Baekhyun mendapatkannya. Ia kembali menoleh kepada Tuan Lee dengan pandangan penuh rasa terimakasih.
Tuan Lee menggeleng-gelengkan kepalanya menandakan kalau dirinya tidak menyukai ekspresi Baekhyun yang itu. Dia tidak suka jika ada orang yang berterimakasih dengan wajah memelas.
"Sekarang pergilah. Waktumu sudah berkurang sepuluh menit. Park-sajangnim akan sampai satu jam lagi dan dia sangat membutuhkan semua file yang berada dalam tas kertas itu. Bergerak... Bergerak !"
Baekhyun dengan cepat berdiri dari duduknya dan mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya ia mengambil semua barang-barangnya dan melangkah pergi menuju Hotel yang Tuan Lee sebutkan. Park-sajangnim, dia yang akan menerima barang-barang itu dan Baekhyun harus segera menemuinya dengan batas waktu yang semakin menipis. Setiap kali melihat jam Baekhyun merasa semakin diburu waktu yang semakin sedikit sehingga Baekhyun terpaksa turun dari taksi yang ditumpanginya karena macet. Sebisa mungkin ia memotong jalan kemana-mana sehingga menemukan jalan raya yang tanpa macet. Lampu lalu lintas menyala dan semua orang berusaha menyebrang jalan secepatnya. Beberapa orang menyenggol tas kertas yang dibawanya sehingga benda itu robek dan menumpahkan segala isinya. Sangat banyak kertas yang berserakan sehingga Baekhyun harus mengejarnya kesegala arah. Jumalah orang dijalanan semakin menipis sehingga Baekhyun semakin khawatir. Berkali-kali Baekhyun memandangi jam tangannya dan waktunya hanya tersisa lima belas menit lagi. Ia harus cepat karena Hotel Mariott sudah ada didepan. Tapi selembar kertas melayang dan Baekhyun masih berusaha mengejarnya, sayangnya erangan mobil-mobil yang siap berjalan membuatnya terpaksa menepi dan meninggalkan selembar kertas lagi ditengah jalan raya.
Tinggal dua belas menit lagi, Baekhyun bergerak secepat mungkin ketengah jalan saat melihat jalanan sepi. Ia berharap setelah meraih kertas itu, Baekhyun bisa segera menyebrang tanpa harus menunggui lampu lalu lintas lagi. Sekilas ia seperti melihat seseorang berdiri didepannya, saat Baekhyun mengerjapkan matanya, apa yang dilihatnya sama sekali tidak ada. Mungkin ia Cuma berkhayal dan lebih baik kembali memunguti file-file penting itu. Bunyi hak sepatunya berketuk dijalan aspal dan baru berhenti setelah tangannya berhasil menyentuh kertas yang bertebrangan kesana-kemari. Baekhyun juga harus memeluk barang-barang dari dalam tas kertas yang sobek hanya dengan satu tangan sedangkan tangannya yang lain berusaha keras menggapai kertas yang sedang dikejar-kejarnya dengan susah payah.
"Sial! Tolonglah.." Bisiknya. Baekhyun mulai khawatir saat melihat jalanan mulai ramai kembali, ia sempat bersyukur karena kertas itu terbang ke pinggir. Tapi tiba-tiba jantung Baekhyun berhenti saat mendengar bunyi benturan keras yang entah datang dari mana. Baekhyun berusaha menoleh, tapi ternyata matanya terpejam. Ia sudah tergeletak dijalanan dengan keadaan yang tidak diketahuinya. Beberapa bagian tubuhnya mulai terasa nyeri, semuanya seperti mimpi. Banyak orang yang berkerumunan disekitarnya dan mengatakan kalau dirinya harus dibawa kerumah sakit. Baekhyun masih tidak bisa membuka matanya. Dalam hati ia berteriak, Tolong aku, aku harus bertemu Park-sajangnim demi Tuan Lee dan masa depanku!
...
Baekhyun membuka matanya perlahan, ia memandangi warna...entahlah. baekhyun sendiri tidak yakin jika yang dilihatnya adalah langit. Ia menegakkan kepalanya dan memandang kesekeliling. Baekhyun sedang berada disebuah taman dan ia berbaring disebuah bangku kayu. Disebelahnya, Baekhyun mendapati seorang wanita asing yang belum pernah dikenalnya sebelumnya. Wanita itu tersenyum.
"Kau sudah bangun? Kalau begitu aku bisa pulang dengan tenang. Kau ingat jalan pulang kerumah kan?"
Baekhyun mengangguk bingung, "Kau siapa?"
"Aku? Namaku Seoyeon. Aku pergi dulu karena tugasku sudah selesai. Sampai jumpa!" Seoyeon tersenyum lalu pergi meninggalkan Baekhyun begitu saja.
Baekhyun berusaha bangkit dan duduk dengan tenang. Ia berusaha mengingat semuanya, dan beberapa ingatan terbayang. Baekhyun baru saja mengalami sebuah kecelakaan, ia memandangi tubuhnya dan untungnya tidak terjadi apa-apa padanya. Baekhyun hanya merasakan nyeri dibeberapa bagian tubuhnya dan ia ragukan itu terjadi karena kecelakaan yang dialaminya barusan. Baekhyun memandangi sekelilingnya. Ia kehilangan kertas-kertas penting untuk Park-sajangnim. Sebisa mungkin Baekhyun bangkit dan mencari-cari tapi tidak satupun jejak mengenai berkas itu bisa ditemui. Jalanan juga sudah mulai sepi dan sepertinya tidak ada seorangpun yang mengenalnya, ia korban kecelakaan beberapa waktu lalu, secepat itukah mereka melupakannya?
Waktu? Jam berapa sekarang? Baekhyun berbisik. Ia mengangkat lengannya dan memperhatikan jam tangannya lekat-lekat. Sudah jam lima sore dan ini sudah lewat jam pulang kerja. Tubuhnya yang masih sakit mendorong Baekhyun untuk memanggil taksi dan segera pulang. Terserah dengan apapun yang terjadi nanti dan yang pasti dirinya sangat ingin istirahat. Butuh waktu yang panjang untuknya sampai kerumah karena rumah halmeoni memang terletak dipinggiran kota Seoul. Setelah membayar taksi, Baekhyun langsung memasuki rumah dan menemukan halmeoninya sedang sibuk menyiapkan makan malam. Baekhyun mendekat dan memeluk wanita tua itu erat-erat.
"Ada apa?" Halmeoninya berhenti bergerak dan membelai kepala Baekhyun dengan lembut.
Baekhyun mendesah, masih dalam pelukannya, "Sepertinya aku akan dipecat. Ku fikir aku baru saja naik gaji!"
Halmeoni membelai punggungnya, "Kalau begitu gunakan waktu itu untuk beristirahat dirumah. Dirimu sedang tidak sehat, jadi perlu banyak istirahat."
"Halmeoni tau dari mana kalau aku sedang tidak sehat hari ini?"
Sekarang wanita itu mengubah pandangan penuh kasihnya menjadi pandangan yang penuh kebingungan, "Kenapa masih bertanya kau cucuku bukan?"
"Ya,tentu saja. Kau bisa merasakan apa yang kurasakan. Kau selalu tau apapun yang terjadi padaku. Aku sedang dalam keadaan buruk dan sekarang sepertinya harus istirahat. Halmeoni, aku tidur dikamarmu ya?"
Halmeoni mengangguk, "Tapi pada saat jam tidur tiba, kau harus pindah kembali ke kamarmu. Aku akan merasa aneh jika ada dirimu dikamar. Kau sudah sangat lama tidak tidur denganku lagi, aku sudah terbiasa tidur sendiri dan menolak orang lain ada dikamarku!"
Baekhyun mendesah kecewa, ia memang sudah lama tidak tidur bersama Halmeoninya sejak merasa sibuk menyiapkan pernikahan, Baekhyun bahkan nyaris tidak pulang kerumah beberapa kali. Ya, meskipun begitu ia ingin berbaring dikamar neneknya walaupun sebentar, hanya demi bermanja-manja, hal yang sudah sangat lama tidak dilakukannya.
1st Day
Lagi-lagi Baekhyun terbangun dengan perasaan aneh. Begitu ia membuka matanya, tiba-tiba saja ia melihat banyak perubahan dikamarnya. Ranjang yang biasa ditidurinya sudah berbeda dengan yang biasa dan ia memakai kelambu? Sejak kapan Baekhyun suka dengan kamar bernuansa klasik begini? Satu lagi, hawa yang dirasakannya sudah sangat tidak sama dengan yang biasa dirasakan sebelumnya. Kamarnya terasa lebih hangat padahal Baekhyun suka berada dalam kamar yang sejuk.
"Mungkin AC-nya rusak" Gumam Baekhyun pelan. Ia menggeliat dengan penuh semangat dan terkejut saat menyadari kulitnya sedang bersentuhan dengan kulit orang lain didalam selimut. Baekhyun memandangi laki-laki yang berada disebelahnya, sedang tertidur pulas sambil memeluknya. Baekhyun mengerjapkan matanya meyakinkan kalau semua ini hanya mimpi. Ia menyentuh perutnya, lalu dada dan kembali turun hingga ke paha. Keterkejutannya semakin bertambah karena ia sedang tidak memakai apa-apa dalam pelukan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Baekhyun seharusnya berteriak, tapi ia masih termenung memandangi laki-laki itu, cukup good-looking dengan rambutnya yang berwarna coklat terang dan sangat dewasa meskipun sedang tidur, tapi Baekhyun tidak mengenalnya. Laki-laki itu ditemuinya dimana? Di kantor? Ia tidak punya teman kantor setampan ini. Lalu di diskotik? Apakah semalam Baekhyun mampir ke diskotik? Baekhyun mengerjapkan matnya sekali lagi dan ia ingat, ia bahkan pulang sebelum makan malam dan langsung tidur dikamar halmeoninya. Lalu siapa laki-laki ini? Bagaimana mungkin bisa ada diatas ranjangnya dan tanpa busana seperti dirinya.
Baekhyun memandang berkeliling untuk meyakinkan apakah ini benar-benar kamarnya? Meskipun banyak yang berubah, Baekhyun yakin kalau ruangan ini adalah kamarnya. Kamar yang sudah ditempatinya dua tahun belakangan semenjak ia memutuskan untuk menemani halmeoni dan tinggal di Seoul. Rak buku yang berada didekat pintu juga miliknya.
Sebuah kecupan manis mendarat dibahunya disertai belaian hangat dilengannya. Baekhyun menoleh ke laki-laki itu, dia baru bangun dan tersenyum semanis mungkin kepadanya. Matanya belum begitu terbuka sempurna karena baru bangun tidur, tapi Baekhyun yakin kalau laki-laki itu tidak salah orang, dia menyebut nama Baekhyun dengan manis. Laki-laki itu tidak salah orang.
"Baekhyun sayang, kau sudah bangun?"
Baekhyun mengangguk sambil terus memandangi laki-laki itu dalam jarak yang sangat dekat. Keheranan sudah menyesaki benaknya dalam dosis yang sangat tinggi.
"Bagaimana mungkin aku bisa seperti ini? Semalam aku tidur di kamar halmeoni!"
"Aku yang membawamu ke kamar kita. Mana mungkin aku membiarkan istriku ke kamar lain? Soal pakaian seharusnya dirimu tidak perlu terkejut. Bukankah kita selalu melakukannya? Kau tau kalau aku tidak suka AC lalu kita menyingkirkannya. Semenjak kamar ini tidak memiliki pendingin lagi, kau selalu tidur tanpa pakaian seperti itu."
"Jadi semalam aku membukanya sendiri?"
"Aku yang membuka! Tidak salah kan? Aku suamimu."
Baekhyun menggeleng masih dengan ekspresi herannya. Laki-laki itu mengakui Baekhyun sebagai istrinya? Baekhyun masih bingung dan termenung. Kemarin ia tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Jongin, lalu baru mendapatkan kenaikan gaji dan mengalami kecelakaan. Kemudian terbangun disebuah taman bersama seorang wanita yang menolongnya dan langsung pulang karena kelelahan mencari-cari file untuk Park-sajangnim yang belum ditemukan hingga sekarang. Semalaman ia sudah mempersiapkan batinnya karena harus dimarahi oleh Park-sajangnim, bosnya yang baru. Tapi sepertinya kejadian ini lebih parah dibandingkan dengan amarah Park-sajangnim dihari pertama bekerja. Dia sudah menikah? Lalu kenapa bukan dengan Jongin? Lalu siapa laki-laki ini dan kenapa laki-laki ini yang menjadi suaminya?
"Ah, aku sudah terlambat. Aku harus segera ke kantor." Laki-laki itu bangkit dan duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing, ia menoleh kepada Baekhyun dan memandangi setengah dari tubuhnya yang terbuka secara tidak sengaja dengan diiringi sebuah senyum penuh kekaguman.
"Tapi melihatmu seperti ini sepertinya hari ini aku tidak usah ke kantor!" laki-laki itu memeluk Baekhyun lagi dan meremas payudaranya dalam ritme yang lembut.
Baekhyun segera menolak dan mendorong pria yang mengaku sebagai suaminya itu menjauh. Kdua lengannya segera menyilang kedepan dada dengan kuat.
"Kau ingin melakukan apa?"
Kening laki-laki itu berkerut, "Kau bertanya? Kenapa? Bukankah ini normal untuk suami istri? Kau istriku kan? Byun Baekhyun kan?"
"Kau siapa? Bagaimana bisa aku menikah denganmu? Aku punya orang yang sangat aku cintai dan kami akan menikah. Kau berbohong dengan pernikahan ini kan? Ini hanya bercanda, atau kau salah orang? Tapi kau menyebut namaku..."
"Kau tidak ingat aku? Aku Chanyeol!" laki-laki itu mendengus.
"Sudahlah kalau kau sedang tidak bersemangat, tidak perlu mengeluarkan kata-kata aneh seperti itu. Aku akan berangkat ke kantor saja."
Baekhyun menelan ludahnya. Chanyeol meninggalkan ranjang dan berjalan menuju kamar mandi tanpa mengenakan apa-apa. Bukan pertama kalinya Baekhyun melihat tubuh laki-laki, tapi ini pertama kalinya ia melihat pemandangan seperti ini didalam kamarnya sendiri.
Laki-laki itu? Tadi dia ingin melakukan apa? Bercinta denganku? Tidak... batin Baekhyun.
Lalu kata 'tidak' keluar bukan hanya sebagai gema dihatinya. Baekhyun benar-benar berkata tidak dalam intonasi yang sangat lantang. Dia tidak mungkin sudah menikah dengan laki-laki selain Jongin. Tidak mungkin menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya. Tidak mungkin...
"Tidaaakkkk!"
Dan suasana menjadi riuh. Suara pintu diketok dengan nada tidak sabaran membuat Baekhyun ingin segera menghambur ke pintu, tapi sebelum itu laki-laki bernama Chanyeol yang mengaku sebagai suaminya segera mengambil celana piyamanya yang berada dilantai lalu memakainya dan membuka pintu. Halmeoni masuk dan memeluk Baekhyun yang masih kebingungan. Ia membelai kepala Baekhyun sambil bertanya ada apa.
"Halmeoni, siapa laki-laki itu?" Desis Baekhyun dalam pelukan neneknya.
Neneknya memandangi Chanyeol sekilas lalu memeluk Baekhyun lebih erat.
"Dia Chanyeol suamimu, sayang. Kau sendiri yang berkeras untuk menikah dengannya sebulan yang lalu. Sekarang kenapa kau berteriak dan mempertanyakan siapa dia?"
"Mana mungkin." Baekhyun memotong, "Aku akan menikah dengan Jongin, bukan dengannya"
"Baekhyun, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa seperti ini? Apakah dirimu sudah lupa kalau Jongin sudah pergi? Kau sendiri yang memutuskan hubunganmu dengan Jongin dan memilih menikah dengan Chanyeol!"
Baekhyun memandangi neneknya dengan tatapan yang semakin bingung. Kemarin ia dan Jongin janjian bertemu di cafe miliknya, baru kemarin dan Baekhyun masih mengingatnya dengan baik. Lalu bagaimana dia bisa menikah dengan laki-laki bernama Chanyeol bulan lalu? Kenapa harus meninggalkan Jongin dan memilih orang yang tidak dikenalnya?
"Kau kenapa? Kau terbentur?" Chanyeol bertanya sambil mendekat.
Ia menyeka sejumput rambut Baekhyun yang menutupi wajah. Sekilas Baekhyun melihat kilauan dijari manisnya dan Baekhyun spontan memandang jarinya juga. Ada cincin yang memiliki kilau yang sama disana. Cincin kawin? Laki-laki itu benar suaminya? Baekhyun memegangi kepalanya.
"Aku kecelakaan kemarin dan sepertinya aku melupakan banyak hal. Maaf!" Desisnya.
Baekhyun tidak berbohong. Ia memang kecelakaan, tapi Baekhyun masih bisa mengingat semua kejadian sebelum kecelakaan. Ia belum menikah pada saat itu, lalu bagaimana bisa begitu terbangun ia sudah memiliki seorang suami dengan cincin kawin melingkar dijari manisnya?
"Tanggal berapa sekarang?"
Chanyeol masih memandangnya dengan tatapan heran, tapi tidak lama karena ia segera mengambil jam tangannya yang masih berada dalam jangkauannnya, "Dua puluh tiga Juni!"
Dua puluh tiga...Juni...
Baekhyun terus mengulang kata-kata itu dibenaknya. Kemarin adalah hari terakhir Tuan Lee di kantor dan kemarin adalah tanggal 22 Juni, Baekhyun tidak mungkin salah karena sebelum masuk keruangan Tuan Lee, Baekhyun sempat melihat ke kalender. Kemarin ia mengalami kecelakaan, pulang kerumah dan terbangun pagi ini dengan status baru. Dia dan Chanyeol sudah menikah sebulan lalu? Mustahil, kemarin Baekhyun masih lajang. Tapi neneknya juga mengatakan hal yang sama. Apa yang terjadi pada dirinya? Atau lebih tepatnya, apa yang terjadi pada hidupnya? Kenapa bisa berubah secara tiba-tiba seperti ini? Atau Baekhyun sedang melompat ke sisi kehidupannya yang lain? Apa karena kecelakaan yang kemarin itu?
TBC
Mind to Review ?^^
1 Juli 2015
