The Hatred of Uzumaki

By SlmD.N-2796

Rate: T

Genre: action, adventure, fantasy, romance (maybe)

Pairing: ?

Warning: SuperNaru, OverpowerNaruto, gaje, alur berantakan, typo mungkin, dan lain lain

Summarry:

Aku hanyalah manusia biasa yang sedikit spesial. Tujuanku hidup hanya satu, bukan kebahagiaan, bukan perdamaian, apalagi cinta. Tapi adalah melenyapkan semua orang yang menyakiti teman temanku. Meskipun kehancuran dunia menjadi taruhannya.

.

.

.

CHAPTER 1:

The Rise of Hatred

.

.

Hidden Leaf, 10.00 PM

Malam ini benar benar tak seperti biasanya. Jika sehari hari yang ada hanyalah malam yang hening dan penuh kesunyian, malam ini justru sebaliknya. Gemerlap cahaya lampu menyinari hampir seluruh pelosok desa ini. Suara berisik para warga desa bahkan terdengar sampai keluar desa, karena saking ramainya.

Hal ini tak terlepas dari faktor ke istemewaan hari ini. Hari ini merupakan hari yang spesial, terutama malam harinya. Hari ini merupakan peringatan hari paling penting dalam sejarah Konoha. Yakni peringatan berdamainya kedua klan besar yang sudah berperang sejak dulu, yaitu klan Uchiha dan klan Senju. Atau lebih tepatnya peringatan hari berdirinya pemerintahan Konoha gakure no Sato.

Sebenarnya peringatan ini sudah diselengarakan sejak satu minggu yang lalu. Tapi malam ini adalah malam puncaknya. Yakni diadakannya festival kembang api yang megah sebagai penutupannya. Dan tentu para warga desanya tak ingin melewatkan kesempatan yang hanya terjadi satu kali dalam setahun ini.

Dijalanan desa Konoha yang tengah padat melintas, terdapat seorang anak kecil menerobos keramaian itu. Anak itu memiliki rambut kuning cerah, tiga garis mirip kumis dikedua pipinya, serta dua bola mata yang sebiru langit yang cerah. Bocah itu bernama Uzumaki Naruto, 10 tahun umurnya.

Naruto berjalan santai dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana. Dia tidak menghiraukan berbagai tatapan benci serta ucapan penuh penghinaan para warga desa disekitarnya.

"Dasar monster!

"Matilah monster!"

"Ayahku mati karena keluargamu!"

"BASTARD FOX!"

"Kau dan keluargamu seharusnya dibunuh saja!"

Ya, berbagai macam hinaan dan cemoohan lah menjadi makanan Naruto sehari hari. Entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam, semuanya sama saja. Kapanpun dan dimanapun dirinya berada, disana pasti selalu ada hinaan dan cacian.

Sebenarnya Naruto tahu penyebabnya. Yaitu karena faktor dari keluarganya. Ibunya dulu adalah jinchuriki dari monster rubah ekor sembilan. 10 tahun lalu ketika ibunya melahirkan Naruto dan adik kembarnya, Kyubi dilepas dan dikendalikan oleh seseorang yang tak diketahui identitasnya untuk menghancurkan desa Konoha. Ayahnya yang merupakan Yondaime Hokage menggunakan jutsu rahasia dan mengorbankan nyawanya untuk melindungi desa dan menyegel monster itu dalam tubuh adik kembarnya. Alhasil ayahnya disanjung dan diagung agungkan bagai dewa tapi keluarganya diibenci seluruh penduduk desa karena dianggap penyebab tewasnya Yondaime Hokage dan hancurnya desa Konoha. Dan kebencian itu berpusat pada diri adiknya, Uzumaki Menma. Yang menjadi Jinchuriki Kyubi hingga sekarang.

Tentu hati Naruto sakit ketika mendengar semua penghinaan warga desa terhadapnya. Apalagi ketika hinaan itu ditujukan kepada ibunya, hati Naruto benar benar serasa hancur dan selalu ingin membunuh pelakunya. Bagamana pun juga seharusnya seluruh penduduk desa memahami keadaan saat itu dan tidak menilai semua hal berdasarkan penglihatan mata belaka. Sejujurnya Naruto ingin membalas, membunuh salah satu mungkin agar mereka semua jera. Tapi Naruto masih lah terlalu kecil dan lemah untuk melakukan semua itu. Dan juga ibunya selalu melarang Naruto untuk membalas perbuatan warga desa. Ibunya selalu berkata 'Jika kita membalas mereka bukankah kita akan sama seperti monster yang mereka katakan.. Lagi pula rantai kebencian tak akan pernah terputus jika kebencian terus dibalas dengan kebencian. Kita harus membalas mereka dengan kasih sayang, agar kutukan itu dapat dipatahkan.'

Naruto sedikit tersenyum kala mengingat nasehat ibunya. Memang benar apa yang dikatakan ibunya, lingkaran kebencian tak akan terputus jika kebencian itu terus ditambah.

KRIUK...

Tiba tiba saja perut Naruto berbunyi, memberi peringatan pada sang pemilik bahwa dia perlu diisi. Memang sedari pagi Naruto belum makan karena seluruh makanan dirumah dihabiskan oleh Menma, dan dia diberi uang oleh kachannya untuk membeli makanan diluar. Dan disaat lapar begini hanya satu tempat yang muncul dipikiran Naruto. Yaitu kedai ramen favoritenya, Ichiraku Ramen.

"Yosh, malam ini aku akan makan ramen tebayyo.."

Naruto lalu dengan penuh semangat berlari menuju tempat tujuannya itu.

Ichiraku Ramen...

Didalam kedai ramen itu, terdapat empat manusia didalamnya. Dua orang merupakan dua anak kecil yang tengah duduk santai sambil menyantap ramen masing masing, dengan ciri ciri salah satu berambut hitam mirip nanas dan satu lagi memiliki lingkaran mirip obat nyamuk dikedua pipinya. Readers pasti sudah tahu kan? Yups, mereka adalah Nara Shikamaru dan Akimichi Chouji.

Dihadapan mereka atau tepatnya dibelakang meja dihadapan mereka, terdapat dua orang lagi tengah sibuk menyiapkan bahan bahan ramen. Satu orang terlihat sudah cukup berumur, berambut coklat dan memakai pakaian serta peci putih. Dia adalah sang pemilik kedai ramen, Teuchi. Satu lagi adalah seorang gadis cantik berambut coklat memakai pakaian sama seperti Teuchi. Dialah putri tunggal sang pemilik kedai, Ayame.

"Yo Teuchi-jiji! Ramen miso porsi jumbo satu!"

Teuchi dan Ayame terkaget dan menoleh keasal suara. Mendapati Naruto berdiri sambil membuka tirai penutup kedai dengan senyum lebar khas miliknya. Sedangkan Shikamaru dan Choji segera mengambil air minum dan langsung meneguk air minum itu secepatnya. Mereka hampir mati konyol tersedak ramen karena dikagetkan dengan ulah Naruto tadi.

Teuchi dan Ayame hanya cekikikan melihat tingkah ketiga bocah itu. Lalu kembali fokus ke pekerjaan mereka masing masing.

"Baiklah, pesanan segera datang!"

Naruto lalu mengambil tempat duduk disamping Shikamaru. Melihat dan mengamati bagaimana kedua temannya itu menyantap ramen mereka. Teman? Ya teman. Tapi teman teman Naruto yang seusia dengan dirinya hanyalah mereka berdua, Shikamaru dan Chouji. Sedangkan anak anak lain tak mau berteman dengan Naruto karena menganggap dirinya makhluk berbahaya yang harusnya dilenyapkan.

Tapi walau hanya dua orang saja yang mau berteman dengan dirinya Naruto tetap bersyukur. Paling tidak ada orang lain yang menghargai dan menganggap ada dirinya.

"Hah... Kau hampir saja membunuh kami Naruto.."ucap Shikamaru setelah selesai menyantap ramennya. Menoleh dan memposisikan dirinya menghadap Naruto.

"Hehe... Maaf Shikamaru, aku tak tahu kalau kau ada disini.." balas Naruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Disertai senyuman bagai tak merasa salah sedikit pun.

"Hm, untungny-"

"Uzumaki Naruto?"

Shikamaru dan Naruto terkejut mendengar suara, dan menoleh kearah belakang dimana asal suara itu. Mereka mendapati seorang pria mengenakan topeng mirip serigala berdiri dibelakang mereka dengan membawa sebuah kotak cukup besar yang dibungkus rapi dengan kertas hadiah berwarna biru langit yang cukup mencolok. Dan tentu dua bocah itu tahu siapa orang dibelakang mereka. Orang tersebut adalah salah satu anggota organisasi keamanan Konoha yang diperintah langsung oleh sang Hokage, ANBU.

"Um, ya aku. Kenapa?"

"Ini ada titipan dari Sandaime-sama." Tangan ANBU itu terulur memberikan kotak ditangannya kepada Naruto yang menengadahkan tangannya pula.

"Um, terimakasih. Apa isinya?"

"Entahlah, saya tidak tahu. Saya hanya diberi amanat untuk menyerahkan barang itu pada anda."

Naruto yang mendengar jawaban sang ANBU hanya ber 'o' ria. Kemudian meletakan kotak itu diatas meja. Lalu kembali beralih ke sang ANBU yang masih setia berdiri dibelakang dirinya.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi."

Tanpa menunggu persetujuan Naruto, ANBU tersebut langsung menghilang dengan sunshin no jutsu miliknya. Meninggalkan Shikamaru dan Naruto yang masih duduk tenang dan Chouji yang cuek dengan keadaan sekitar dan lebih memilih fokus kepada ramen miliknya.

"Hoam.. Kenapa kau tidak buka saja Naruto, agar kau tahu apa isinya.."

Shikamaru lalu meletakan kepalanya diatas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan. Menunggu kedua temannya yang masih sibuk dengan acara masing masing dengan cara tidur.

Sedangkan Naruto hanya menggeleng pelan melihat kebiasaan buruk temannya itu yang sama sekali tidak berubah. Lalu memutuskan untuk berdiri dengan membawa kotak hadiah yang ada dimeja.

"Paman.. Apa masih belum siap?" tanya Naruto dengan suara keras, membuat Shikamaru menutup telinganya dan teriakan Naruto terdengar sampai ke dapur dimana Teuchi dan Ayame berada.

"Belum Naruto, sebentar lagi.."

"Kalai begitu aku akan kesana.."

Naruto lalu melangkah memutari meja, dan kemudian menuju dapur. Disana dia melihat Teuchi tengah menyiapkan ramen yang dia pesan tadi, sedangkan Ayame tengah mencuci beberapa mangkuk ramen yang sudah kotor.

Teuchi menoleh kearah Naruto, dan mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Ada apa Naruto? Sudah kubilang ramenmu sebe-"

"Aku ingin pinjam dapurnya sebentar jiji. Untuk membuka kotak hadiah ini.." kedua tangan Naruto memajukan kotak yang dipegangnya. Membuat Teuchi hanya ber 'o' dan kembali fokus ke ramen pesanan Naruto tadi.

"Silakan saja kalau begitu.."

Naruto lalu duduk disalah satu kursi didapur itu. Kemudian perlahan membuka pembungkus kotak yang berupa kertas hadiah. Dan tanpa basa basi membuka penutup kotak. Didalam sana Naruto melihat sebuah benda yang terlihat seperti baju berwarna orange dan sebuah scrool storage didalamnya. Tangan Naruto terulur untuk mengambil scrool storage tersebut. Lalu membuka penutupnya dan mengambil isinya yang tak lain adalah sebuah kertas berisi pesan singkat. Naruto lalu mulai membaca setiap kata dengan cermat.

Pesan singkat:

Naruto, bagaimana kabarmu dan keluargamu ? Kuharap kau, adik serta ibumu tetap sehat selalu. Maaf kalau aku tak bisa mengunjungimu dan keluargamu karena aku sangat sibuk beberapa minggu ini. Dan ya semoga hari ini kalian juga ikut bahagia sama halnya seperti aku dan seluruh penduduk desa yang juga bahagia. Agar kau bertambah senang, aku mengirimkanmu beberapa hadiah. Dibawah kertas ini ada sebuah baju untukmu, dibawahnya lagi ada baju untuk adikmu, dan paling bawah ada baju juga untuk ibumu. Memang tak terlalu mewah, tapi kuharap kalian suka. Dan ya, selamat untuk hari kelahiran Konoha. Semoga kalian turut bahagia.

Tertanda

Sandaime Hokage

Hiruzen Sarutobi

Selesai membaca isi surat tersebut, Naruto tersenyum dengan tulusnya. Sejujurnya dia kaget ketika membaca isi nya. Dia tak mengira seperduli itu Sandaime pada dirinya. Memang Sandaime adalah satu diantara beberapa orang yang peduli dengan keluarganya. Dan juga memang sejak dulu Sandaime lah yang membiayai hidup keluarganya. Tapi kurasa ini terlalu berlebihan untuk orang yang tidak memiliki ikatan darah bukan?

Tak menghiraukan berbagai pertanyaan dibenaknya, Naruto lalu menyimpan kertas itu disaku celananya. Kemudiam beralih ke kotak didepannya, tepatnya ke isinya. Tangannya tergerak mengambil hadiah didalamnya. Lalu mengangkat tinggi baju yang dimaksud Sandaime tadi.

Baju itu berlengan panjang dengan model mirip jaket. Kerahnya leibh tinggi dan berwarna putih. Dibagian bawah kerah berwarna biru sedangkan sisanya dipenuhi warna orange. Dibagian punggung baju itu juga tergambar lambang klan Uzumaki berwarna merah.

Naruto tersenyum lebar, ia tak menyangka jika pakaian yang dimaksud Sandaime adalah ini. Baju orange itu merupakan keinginan Naruto sejak dulu, tapi ibunya tak sanggup membelinya karena harganya yang terlalu mahal. Dan sekarang dia mendapat baju itu secara cuma – Cuma. Dirinya benar benar tak menyangka.

Yang ada dipikiran Naruto saat ini hanyalah bagaimana kalau dia mengenakan baju itu. Tanpa berfikir panjang, Naruto segera menutup kotak hadiah tadi dan dengan bodohnya mulai melepas pakaian yang dikenakannya.

Ayame yang tak sengaja menoleh dan melihat Naruto akan melepas kaos yang dikenakannya sedikit kaget. Meletakan mangkuk ramen terakhir yang harus dicucinya seraya berkata "E-e.. Naruto ini dapur, bukan tempat untuk ganti pakaian.."

"Eh?" Naruto menoleh dan mendapati Teuchi dan Ayame memandang shock dirinya. Tentu Naruto tak sadar dengan kebodohannya barusan.

Teuchi hanya menepuk pelan jidatnya, lalu berkata "Naruto, kalau kau ingin ganti pakaian jangan disini, tapi di kamar mandi sana." Telunjuk Teuchi menunjuk kearah toilet yang dia maksud.

"Souka."

Naruto lalu segera merapikan bajunya yang sudah setengah terbuka dan segera mengambil baju serta celana pemberia Sandaime, kemudian segera pergi masuk kedalam kamar mandi.

2 menit berlalu...

Naruto keluar dari kamar mandi dengan pakaian pemberian Sandaime tadi. Teuchi dan Ayame merasakan itu menoleh, dan langsung shock bercampur kagum melihat penampilan Naruto sekarang.

Rambut pirang yang setengah basah dan mata biru langit Naruto benar benar pas dengan baju yang berwarna orange tersebut. Tanpa sadar mereka berdua membatin 'kau terlihat tampan dan keren Naruto'.

"Ada apa?" tanya Naruto sedikit risih dan heran dengan tatapan kedua manusia itu.

Teuchi dan Ayame segera sadar dan langsung kembali ke posisi masing masing. Ayame melanjutkan mencuci beberapa peralatan masak sedangakan Teuchi mengangkat ramen yang dibuatnya dan memberikannya pada Naruto.

"Ini Naruto, ramen miso porsi jumbo sudah siap!"

Naruto langsung berlinang air liur. Tanpa basa basi dia langsung menyaut ramen tersebut lalu meraih kotak yang ditinggalkannya dikursi dan berjalan keluar dapur menghampiri Shikamaru yang tidur pulas dan Chouji yang tengah menyantap ramen ke empatnya malam ini.

"Selamat makan!" ucap Naruto yang memasuki ramen pertamanya dan Chouji yang sudah memasuki bagian ramen kelima. Dan mereka berdua mulai acara mereka sambil sesekali berbicara tentang makanan atau hal hal lain, dan tak memperdulikan Shikamaru yang tidurnya sedikit terganggu percakapan mereka berdua. Dan percakapan itu berlangsung sampai festival kembang api dilaksanakan.

...xxXxx...

Waktu menunjukan pukul 23.55, tapi suasana Konoha bukan semakin sepi tapi justru bertambah ramai. Para warganya kebanyakan berkumpul didepan kantor hokage, dimana akan disanalah lokasi peluncuran kembang api. Dan untuk menyaksikan hal itu oara warga hanya perlu menunggu waktu sekitar lima menit lagi.

DEP..DEP..TES..TES..

Para warga yang berada didepan kantor hokage menoleh keasal suara, tak terkecuali Shikamaru, Choji, dan Naruto yang berada diatas atap sebuah toko tak jauh dari lokasi kantor hokage.

Diatas kantor hokage terdapat Sandaime yang berdiri mengenakan pakaian kebanggaan hokage sambil membawa sebuah microphone dengan didampingi sang pemimpin klan Uchiha disampingnya, Uchiha Fugaku.

Dibelakang mereka berdua terdapat banyak sekali kembang api yang siap diluncurkan yang kira kira jumlahnya mencapai 300 buah dan sekitar 30 anggota ANBU dan 20 anggota Uchiha Police Comite yang ditugaskan untuk mengawal berlangsungnya event ini.

"Baiklah, hanya tinggal sekitar 2 menit lagi acara penutupan sekaligus puncak dari perayaan hari berdirnya desa Konoha dilaksanakan. Dan aku selaku hokage sangat berterimakasih pada warga desa atas partisipasi dan dukungannya..."

"HAA!"

Ucapan Sandaime dibalas teriakan penuh semangat dan kebahagiaan para warga desa. Tak terkecuali para warga yang tengah menonton Sandaime melalui televisi berlayar raksasa yang berlokasi cukup jauh dari kantor Hokage.

"Kalian semua tahu jika dalam sejarah pembentukan desa Konoha tak lepas dari peperangan hebat antara dua klan paling berkuasa pada masa itu , yakni klan Uchiha dan klan Senju. Dan aku berdiri disini sebagai perwakilan dari klan Senju yang telah tiada dan seluruh penduduk desa ingin mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada pemimpin klan Uchiha atas kerja samanya dalam menjaga perdamaian desa Konoha yang sudah berlangsung selama kurang lebih tiga generasi ini.."

"Terimakasih Fugaku-san."

"Ya, aku juga turut berterimakasih."

Kedua tangan Sandaime dan Fugaku saling berjabat tangan. Membuat para penduduk yang menyaksikannya kembali bersorak. Dan membuat para anggota ANBU serta anggota UPC yang berada dibelakang mereka tersenyum simpul.

Salah satu angggota ANBU menunjukan jam yang sudah pukul 00.00, memberitahukan bahwa waktu festival kembang api sudah tiba. Sandaime hanya mengangguk dan memberi isyarat pada ANBU itu untuk pergi dan melakukan rencana selanjutnya.

" Baiklah, mari kita mulai saja acara puncak perayaan ini.."

"HAA!"

Dan dengan itu Sandaime dan Fugaku saling berpandangan, dan mereka berdua mengangguk. Sandaime lalu memberi kode jari kepada para ANBU agar segera memulai acara festival kembang api ini. Para ANBU yang sudah pasti mengerti dengan kode jari Sandaime dengan segera menyalakan sumbu salah satu kembang api, yang memancing reaksi berantai dari sumbu kembang api lainnya. Dan...

SWUS..DUAARR!

SWUS..DUAARR!

SWUS..DUAARR!

SWUS..DUAARR!

Seluruh kembang api meluncur bergantian dengan jeda waktu hanya beberapa detik. Membuat langit Konoha bersinar terang dipenuhi gemerlap cahaya warna warni dari masing masing kembang api yang diluncurkan. Bersamaan dengan diluncurkannya ratusan kembang api, diluncurkan pula ratusan lampion dari para anggota ANBU yang ditugaskan diberbagai tempat diseluruh penjuru Konoha. Menambah gemerlap cahaya dan kesan fantastis dilangit langit desa Konoha.

Para penduduk desa Konoha hanya bisa melongo takjub dan terpesona akan keindahan langit malam Konoha hari ini. Tak pernah dalam hidup mereka melihat keindahan seperti sekarang ini. Festival tahun ini merupakan festival terbaik serta termegah dari tahun tahun sebelumnya.

SWUS...DUARR!

SWUS..DUARR!

SWUS..DUARR!

Dengan itu tiga kembang api raksasa diluncurkan sebagai penutup. Tiga kembang api meledak dilangit Konoha, menghasilkan gemerlap cahaya yang lebih dan lebih indah dari seluruh kembang api sebelumnya. Cahaya kembang api pertama membentuk pola bergambar lambang desa Konoha. Lalu yang kedua membentuk tanggal serta ribuan tulisan tentang sejarah singkat desa Konoha yang terukir diudara diudara. Dan kembang api terakhir membentuk sebuah gambaran warna warni yang berlukiskan seluruh wajah para Hokage serta petinggi petinggi desa lengkap dengan seluruh anak anak dan seluruh penduduk desa Konoha yang terukir indah dilangit langit desa ini.

Dan yang terakhir itu adalah yang membuat seluruh warga desa yang menontonnya menganga lebar dengan bebagai macam emosi kebahagiaan yang tergabung menjadi satu. Rasa shock, takjub, tak mengira, terkagum, senang,bersyukur dan terharu, semua itu membentuk sebuah perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata kata. Tak terkecuali Naruto beserta kedua temannya yang juga dibuat menganga karenanya. Terutama Naruto yang benar benar bahagia dan terharu tak menyangka jika wajah dirinya, adiknya, beserta ibunya pun berada disalah satu gambaran yang terlukis dilangit Konoha itu.

"Indah sekali tebayyo.."

Gumam Naruto dengan mata berbinar masih belum sadar dari rasa takjub yang dirasakannya. Dan hanya dibalas anggukan kecil dari Shikamaru dan Choji yang juga masih terpesona akan keindahan langit malam Konoha hari ini.

Beberapa menit kemudian lukisan lukisan cahaya itu mulai menghilang, berganti kembali menjadi langit malam yang gelap. Semua penduduk desa yang sudah puas dengan serangkaian acara yang memanjakan mata mereka malam ini perlahan mulai bubar dan kembali untuk beristirahat dirumah masing masing. Sebelum mereka benar benar menghilang dari jalanan Konoha, para warga desa itu sempat mendengar ucapan selamat serta ucapan penutup dari sang Hokage. Namun sebagian besar mereka tak menghiraukan itu, merek sudah terlalu lelah dan seakan masih terhipnotis indahnya pertunjukan tadi, sehingga tak dapat membalas ucapan dari orang yang sangat mereka hormati itu.

Termasuk juga Naruto, Shikamaru dan Chouji. Setelah melihay akhir dari acara malam ini, mereka bertiga memutuskan untuk berpisah dan pulang kerumah masing masing.

Saat ini Naruto tengah berjalan sendiri dijalanan konoha yang sudah sangat sepi, dan hanya dirinya lah satu satunya orang dijalanan itu. Naruto berjalan dengan penuh kebahagiaan sambil membawa sebuah kantung berisi kotak hadiah dari sang Hokage tadi. Dia tak sabar ingin menceritakan semua pengalaman malam ini kepada ibu dan adiknya yang tak bisa menonton acara tadi karena Menma sedang sakit.

Saking bahagianya Naruto, dia sampai lupa akan semua penderitaan dan rasa sakit dihatinya. Seakan semua itu telah dihangatkan oleh pertunjukan kembang api yang megah tadi.

Naruto menghentikan langkahnya kala sampai didepan halaman sebuah rumah sederhana yang tak lain adalah rumah dirinya dan juga keluarganya sendiri. Sedikit kecewa ketika sampai disana, pasalnya rumah sudah terlihat gelap gulita dari luar, merasa bahwa semua orang disana sudah lelap tertidur. Atau setidaknya itulah yang Naruto pikirkan.

KRIET..

Naruto membuka pintu utama bercat hijau gelap dirumah miliknya itu. Yang pertama dilihat Naruto adalah ruangan yang gelap disana sini. Kaki Naruto melangkah berniat menuju suatu ruangan dimana adiknya tidur, Naruto ingin melihat keadaan adik kembarnya sebelum dirinya terbuai dalam alam mimpi nanti.

Tapi langkah Naruto terhenti ketika kaki tak beralas miliknya merasa menginjak sesuatu yang basah dan kental. Berjongkok dan menyentuh sedikit benda cair itu dengan tangan kananya. Lalu menempatkan tangannya itu didepan hidung. Bau aneh tercium dihidung Naruto. Bau ini sangat khas dan Naruto sangat hafal betul benda apa yang diciumnya sekarang.

"I-ini... Darah.."

Perasaan Naruto langsung berubah dari penuh kebahagiaan menjadi shock dan penuh kekhawatiran. Pasalnya tak hanya satu, tapi darah itu tercium dan terasa berceceran disembarang tempat didalam rumah Naruto.

Dengan pikiran yang was – was Naruto berlari menuju suatu ruangan, yakni ruangan tempat ibunya tidur.

BRAK!

Naruto membuka dengan sangat kasar pintu kamar Khusina, hingga membuat salah satu engsel pintu sederhana itu lepas dari tempatnya. Pandangan Naruto menelusuri setiap sudut ruangan dengan teliti. Tapi dirinya tak mendapati sosok sang ibu didalam sana.

Naruto segera berlari kearah ruangan lain. Disaat panik seperti ini hanya satu ruangan lagi yang ada dipikiran Naruto, yakni kamar adiknya, Uzumaki Menma.

"Semoga kachan dan Menma ada disana, dan semoga mereka baik saja." Doa Naruto dalam hati ditengah kepanikan yang melanda dirinya.

BRAK!

Pintu kembali terbuka. Kali ini Naruto terpaksa mendobrak pintu kamar Menma hingga pintu itu roboh, pasalnya pintu kamar adiknya itu dikunci sehingga tak bisa dibuka.

Tampaknya doa pertama Naruto terkabul, yakni ibu dan adiknya berada disana. Tapi sayangnya doa keduanya tidak. Ibu dan adiknya saat ini terikat oleh rantai chakra berwarna biru. Dan keadaan kedua orang itu benar benar jauh dari kata baik.

Mata Naruto beralih dari sosok ibu dan adiknya kearah empat sosok lain berjubah hitam yang berdiri disekitar ibu dan adiknya dengan menatap datar kearah dirinya. Naruto tak tahu wajah ketiga orang yang memakai jubah karena mereka memakai topeng mirip topeng ANBU.

Tapi satu sosok lagi terlihat jelas wajahnya. Naruto benar benar terkejut melihat sosok didepannya. Sosok yang berdiri beberapa meter didepan dirinya memiliki rambut hitam kusut, tanda 'x' dibagian dagu dan mata kiri berwarna hitam dan mata kanan bermata merah darah, Sharingan. Yang membuat Naruto lebih terkejut adalah lengan kanan orang itu berwarna putih dan disana terdapat wajah sang Shodaime Hokage serta banyak sekali Sharingan yang tertanam disana. Dan tentu Naruto kenal betul siapa sosok itu, karena dia sering membaca buku tentang sejarah serta petinggi desa Konoha. Dan orang didepannya saat ini adalah salah satu dari orang penting di Konoha. Dialah sang pemimpin organisasi ANBU NE, Shimura Danzo.

Mata Khusina melihat kedatangan Naruto membelakak sempurna. Wajah sedihnya bertambah dengan ekspresi super terkejut dan penuh kekhawatiran.

"Naruto apa yang kau lakukan disini!? Cepat lariii!" Khusina berteriak sekuat tenaga. Linangan air mata terlihat jelas diwajah cantik miliknya. Membuat Naruto sangat bingung dengan situasi sekarang ini.

"T-tapi kenapa..? Ini rumah kita, dan kita berhak tinggal disini. Lalu kenapa aku harus pergi. A-ap yang sebenarnya terjadi disini?" tanya Naruto dengan polosnya. Bagi bocah 10 tahun seperti dirinya keadaan seperti ini terlalu rumit untuk dipahami. Sementara Danzo memberi kode rahasia pada anak buahnya. Anak buah Danzo mengangguk dan segera melaksanakan perintah sang atasan.

SET.. SET.. GREP..

Sepersekian detik kemudian tubuh Naruto didekao oleh dua orang ANBU NE, membuat Naruto tak bisa bergerak karenanya. Naruto mencoba berontak tapi sia sia, pegangan kedua ANBU itu terlalu kuat untuk bocah seukuran Naruto.

"A-apa yang sebenarnya terjadi? Ke-kenapa kachan terikat? dan k-kenapa Menma tak sadarkan diri?" Tanya Naruto setelah menyerah akan usahnya untuk melepaskan diri. Mata Naruto tertuju kearah ibunya dengan tatapan super bingung. Sedangkan ibunya tak menjawab dan justru menangis dalam diam.

Danzo hanya tersenyum sinis sambil menatap Naruto. Tangan kanan miliknya tergerak mengambil tongkat miliknya yang terjatuh dibawah kakinya.

"Akan aku jelaskan bocah."

Naruto langsung beralih ke Danzo. Pandangannya benar benar dipenuhi kebingungan dan tanda tanya besar.

"Ibumu adalah mantan jinchuriki Kyubi, dan sekarang adikmu lah yang menjadi jinchurikinya. Aku berniat melepaskan penderitaan adikmu dengan mengambil Kyubi dan memindahkannya ke dalam tubuhku. Dan untuk mengendalikan Kyubi aku butuh petunjuk dari seorang mantan jinchuriki seperti Khusina. Tapi sayangnya dia menolak, dan semua orang yang menentang perintahku pasti mendapat hukuman. Yaitu, MATI!"

Mata Naruto membulat sempurna, dia tak percaya akan apa yang ia dengar. Ibunya akan dibunuh, dan adiknya pun juga. Perasaan khawatir dan takut kehilangan bergabung menjadi satu, menimbulkan perasaan lain dihati Naruto. Yakni, perasaan benci.

"Apa maksudmu!? Jelas kachanku menolak! Jika kau mengambil Kyubi dari dalam tubuh Menma maka dia pasti akan mati! Dan ibuku pasti tak akan mau melatih orang yang membunuh anaknya sendiri!" bentak Naruto dengan tatapan penuh kebencian kearah Danzo. Berbagai emosi negatif bercampur dihatinya, membuat Naruto benar benar tak terkendali. Dan Danzo malah menyeringai melihat ekspresi Naruto itu. Seakan rasa sakit dihati Naruto adalah sebuah tontonan banginya.

"Ternyata kau pintar bocah. Itu semua memang benar, tapi ini semua demi... Kebaikan desa Konoha." Ucap Danzo dengan seringain iblis dibibirnya.

Naruto yang mendengar semua itu langsung naik darah. Semua emosi di dalam hatinya membuat chakra nya meningkat, sehingga tekanan atmosfer disekitarnya memanas. ANBU yang menyekap Naruto sedikit kaget ketika meraskan chakra mengerikan Naruto. Tapi semua itu tertutup dibalik topeng yang mereka kenakan.

Dan kini kebencianya keoada Konoha yang berusaha dia hilangkan justru semakin bertambah. Entah kenapa ketika menyadari bahwa keluarganya akan dikorbankan untuk kebaikan Konoha, dirinya tidak terima. Padahal setelah itu dirinya pasti disanjung oleh warga desa. Tapi hidup dengan kemewahan dan kemegahan tanpa adanya ikatan antar keluarga adalah hal yang menyakitkan. Dan Naruto tak mau itu terjadi.

"Kurasa kau sudah paham, jadi ma-"

SRET! GREP! GREP!

Danzo menghentikan ucapannya. Dia merasakan rasa sakit hebat serta tekanan chakra luar biasa disampingnya. Menoleh dan Danzo membelakkan matanya sempurna kala melihat rantai rantai keluar dari punggung Khusina dan mengikat sera mencengkram kuat tubuhnya dan ke 3 ANBU bawahannya.

"B-bagaimana kau bisa..?"

"Hah...hah.. Ini adalah chakra terakhirku, dan aku akan gunakan untuk melindungi kedua putraku..." Khusina menjeda sebentar kalimatnya karena harus menyeka darah yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya sudah kehabisan chakra dan jika terus memaksa untuk menggunakan jutsu maka inilah akibatnya. "...Naruto... Hah..hah.. Kasan tak akan bertahan lama.. Hah.. Hah.. Jadi, bawa adikmu dan larilah.. Pergilah dari Konoha, dan pastikan bahwa kalian berdua akan tetap hidup.."

Naruto hanya bisa membulatkan matanya tak percaya. Inikah akhirnya? Dirinya dan adiknya sudah hidup sangat menderita dan penuh rasa sakit, dan sekarang dia dan adiknya akan hidup seorang diri tanpa ada kasih sayang orang tua. Hidup ini kejam, sungguh kejam.

Naruto dengan mata berkaca kaca menahan tangis yang ingin keluar mengangguk dan mulai mendekati tubuh adiknya yang terkulai tak sadarkan diri dilantai. Meskipun Danzo mencoba menghalangi Naruto tapi tidak berhasil karena jeratan rantai Khusina yang menahannya. Dan Khusina tersenyum tulus meskipun keadaannya saat ini sangat memprihatinkan. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan kunai, wajah putihnya dipenuhi noda darah disana sini, dan tubuhnya pun sudah terasa tak bisa digerakan. Tapi semua itu seakan tidak terasa ketika merasa usahanya selama ini tak akan sia sia, setidaknya dia bisa melindungi kedua putranya.

Naruto mengangkat dan membawa tubuh Menma dalam gendongannya. Kemudian mulai berjalan pergi keluar kamar. Ketiga ANBU dan Danzo hanya bisa menatap pasrah kepergian kedua bocah itu. Meskipun mencoba memberontak tapi jeratan rantai Khusina masih terlalu kuat untuk diputuskan.

"Uhuk.."

Khusina yang merasa sudah kehabisan chakra mulai lemas dan muntah darah. Tubuhnya jatuh kelantai dan rantai yang menjerat keempat manusia disekitarnya mulai melemah karena pasokan chakra yang kurang. Danzo tentu tak bodoh dan melewatkan kesempatan ini. Dia dengan segera melepaskan satu tangannya dan mengambil sebuah katana dari balik jubahnya.

"Rasakan ini dasar wanita sialan!"

Katana Danzo melesat ke arah tubuh bagian belakang Khusina yang celahnya terbuka lebar. Tepatnya dibagian kirinya.

SLEB..

"Argh!"

Katana itu dengan mulus menembus punggung kiri Khusina hingga keluar ke tubuh bagian dada kirinya. Khusina mencoba tetap bertahan dengan rantai rantai miliknya, meskipun seharusnya saat ini dia sudah mati karena jantungnya sudah berlubang. Tapi rasa sayang seorang ibu membuat Shinigami yang sudah didepan matanya mengundurkan waktu kematiannya, walau hanya beberapa detik.

Naruto mendengar sebuah teriakan wanita berhenti berlari dan menoleh kebelakang. Dan ketik menoleh mata Naruto kembali dibuat membulat sempurn. Dari tempatnya berdiri terlihat jelas keadaan didalam kamar adiknya karena pintu penghalang sudah roboh.

Air mata Naruto tak dapat dibendung lagi kala melihat keadaan mengenaskan dari sang ibu. Khusina saat ini tengah berdiri sekuat tenaganya dengan beralaskan kedua lututnya yang sudah berlumuran darah. Berbagai kebencian Naruto terkumpul ketika melihat dada kiri Khusina yang tertembus sebuah katana hitam. Dan Naruto semakin menangis penuh kesedihan saat melihat ibunya itu mencoba tersenyum tulus kepadanya dan menatap penuh kasih sayang Naruto ketika kematian yang sudah didepan mata. Senyuman tulus dan penuh kehangatan Khusina bermakna harapan jika dua putranya itu akan tetap hidup dan suatu hari nanti akan hidup bahagia.

Seolah mengerti akan harapan ibunya, Naruto segera berbalik dan kembali berlari keluar rumah dengan berlinangan air mata. Berniat pergi meninggalkan Konoha dan memenuhi harapan ibunya.

Naruto pergi meninggalkan Khusina, Danzo serta ketiga ANBU yang masih terikat oleh rantai didalam kamar Menma. Tak lama, tubuh Khusina jatuh kelantai dan tergeletak tak berdaya disana. Perlahan rantai pun menghilang, menandakan bahwa sang pengguna telah kehabisan chakra atau telah mati. Danzo menggeram kesal dan segera memerintahkan ke 3 ANBU nya untuk mengejar targetnya. Para ANBU pun mengangguk dan segera menghilang dalam kepulan asap.

In the Konoha Forrest..

Naruto berlari sekencang yang ia bisa dengan berlinangan air mata penuh kesedihan. Dia masih setia menggendong adik kembarnya yang masih tak sadarkan diri dipunggungnya.

"Akan aku balas kau Danzo. Akan aku bunuh kau."

Itulah kata kata yang mewarnai acara pelariannya sejak tadi. Dihati Naruto saat ini hanya berisi kesepian dan kepedihan yang luar biasa sakitnya. Semua kebahagiaan yang dialami nya beberapa menit lalu terbakar oleh api kebencian. Dalam hati dan pikirannya hanya ada satu kata, BALAS DENDAM.

WUSH..WUSH..WUSH..

Naruto kini terhenti oleh tiga ANBU yang sebelumnya berada di rumahnya. Ketiga ANBU itu mulai mengeluarkan kunai mereka dan menatap membunuh Naruto.

"Serahkan adikmu bocah! Kalau tidak kau akan mati!"

"Diam!"

Ancaman sang ANBU sama sekali tak berpengaruh pada Naruto saat ini. Sorot mata Naruto dingin dan datar. Tak ada kehangatan sama sekali yang terpancar disana. Yang ada hanyalah rasa ingin membunuh. Dan para ANBU sedikit takut melihatnya, tapi tak terlihat karena wajah mereka tertutup topeng.

"Katakan padaku apa yang terjadi pada kachanku!"

ANBU itu segera sadar dan kembali tenang seperti semula.

"Heh, wanita jalang itu? Dia sudah mati!"

Naruto menggeram marah mendengar jawaban sang ANBU. Bola matanya berubah menjadi semerah darah dan memiliki tiga tomoe didalamnya. Menatap ke 3 ANBU dengan tatapan haus akan darah.

"TAK AKAN KUMAAFKAN!

Dengan itu Naruto melesat dengan kecepatan bagai kilat dan menerjang salah satu ANBU dengan kunainya. Menancapkan kunai itu ke jantungnya, membuat darah mengalir deras dan ANBU itu mati seketika bersimbah darah.

Naruto menatap depannya dan mendapati hanya ada satu ANBU yang sudah melompat kebelakang. Dari belakang Naruto merasakan sebuah chakra kuat mengarah kekepalanya. Naruto mencoba menghindar, namun gagal karena tubuhnya sudah terlalu lelah untuk melakukannya. Dan Naruto hanya bisa pasrah menanti kematiannya. Atau setidaknya itu yang dia pikirkan.

SWUZ..

ZLEBB!

Naruto membuka matanya merasa ada yang aneh dengan kematian nya. Bibirnya kaku tak mampu berkata berkata melihat pemandangan didepan mata yang menusuk hatinya itu. Mata Naruto membulat sempurna untuk kesekian kalinya kala melihat Menma melindungi dirinya dengan tubuh berdiri menghadap dirinya. Mata Naruto mulai meneteskan air mata ketika melihat kunai berlapis chakra petir menembus jantung adiknya. Dan sekali lagi hati Naruto serasa dihujani ribuan katana yang menembus setiap centi hatinya.

"Ni-nisan.. Nisan harus tetap hidup.. Jangan sia siakan pengorbananku dan kachan.. Selamat tinggal nisan.."

Tubuh Naruto langsung serasa lemas ketika mendengar pesan terakhir adiknya sebelum tubuh adiknha itu jatuh tak bernyawa ditanah. Segala rasa penyesalan dan berbagai emosi negatif kembali memenuhi hatinya. Tak lama kemudian tubuh mungilnya jatuh menyusul tubuh Menma yang tewas bersimbah darah. Sesaat sebelum pingsan Naruto melihat sekilas sebuah bola api besar melesat kearahnya dan sesosok benda biru melintas didepannya.

SWUSH..

BLARR!

Terjadi ledakan cukup besar diposisi Naruto saat ini. Menghasilkan debua tanah yang menutupi daerah sekitarnya. Kedua ANBU itu tersenyum puas melihat Naruto tak bernyawa. Atau setidaknya itulah yang ada dipikiran mereka.

Tapi mereka salah.

Berfikir untuk segera melapor pada Danzo bahwa misi mereka telah selesai mengambil tubuh kedua bocah itu untuk dibawa kehadapan Danzo, kedua ANBU NE itu tentu tak menyangka jika dari kepulan debu itu terlihat sosok monster berbentuk kerangka manusia raksasa berwarna biru yang melindungi tubuh kedua bocah Uzumaki itu dari serangan mereka tadi.

Didalam monster biru itu terdapat sosok dengan sekujur tubuh tertutupi oleh jubah hitam. Di gelapnya malam itu terlihat jelas mata merah darah dengan pola khusus didalamnya sedikit bersinar dan berputar dengan liarnya. Membuat sekujur tubuh kedua ANBU itu kaku seketika.

Sosok misterius itu mulai membuka jubah yang menutupi kepalanya. Hal pertama yang dilihat para ANBU adalah rambut hitam panjang dan mata merah bak iblis dari neraka. Kedua ANBU itu hanya bisa membelakak kan mata mereka kala melihat jelas rupa sosok itu.

"Ingat aku hm..?"

Ucap sosok itu dengan seringaian evil dibibirnya. Lalu menggerakan tangan monster biru miliknya untuk naik keudara. Mengangkat tinggi sebuah pedang yang digenggam tangan tengkorak biru itu.

"Tapi sayang, itu adalah ingatan terakhir kalian."

Dengan itu pedang raksasa itu bergerak mendekati kedua ANBU yang hanya bisa terpaku ditempat menunggu kematian yang hanya tersisa beberapa detik lagi. Pedang besar monter itu menebas dengan gaya horizontal tepat dileher kedua ANBU itu. Membuat kepala mereka terpisah dari tubuhnya. Dan dapat dipastikan mereka berdua telah mati.

Sosok itu tersenyum sinis melihat jasad kedua ANBU itu, lalu mengalihkan pandangan kearah tubuh Naruto dan Menma.

Ada sedikit rasa kasian kala melihat keadaan kedua bocah itu. Dia hanya tak menyangka apa yang dialami bocah bocah itu. Di moment yang seharusnya penuh kebahagiaan dan kesenangan, tapi malah berganti menjadi tragedi berdarah seperti itu.

Dari belakang sosok itu muncul sebuah makhluk mirip tanaman Venus Trap dari dalam tanah dengan tenang.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini Madara-sama..?"

"Tinggalkan bocah yang sudah mati, tapi aku akan membawa si bocah pirang itu.." dia menjeda kalimatnya untuk memberi kesempatan pada matanya untuk berputar dengan liarnya. "..aku merasa ada sesuatu yang istimewa dari bocah itu.."

Uzumaki home..

"Danzo-sama, saya ingin melaporkan bahwa ketiga ANBU yang anda kirimkan untuk mengejar dua bocah itu ditemukan tewas mengenaskan di hutan Konoha.."

Danzo yang mendengar laporan ANBU NE yang berlutut dihadapannya hanya duduk tenang diatas ranjang kamar Menma. Dibawah kakinya ada sosok tubuh wanita berambut merah yang tergeletak tak bernyawa dengan kondisi bersimbah darah.

"Kau lihat Khusina? Anak anakmu benar benar merepotkan.."

Danzo lalu menoleh dan balik menatap bawahan didepannya itu.

"Lalu bagaimana dengan Kyubi?"

"Dia baik saja Danzo-sama, kami sudah memindahkannya ke markas dan siap untuk dipindahkan kedalam tubuh anda.."

Danzo tersenyum bagai evil. Seringaian penuh kelicikan tak dapat disembunyikannya. Akhirnya rencananya selama ini berhasil. Dan tak lama lagi tujuannya akan tercapai.

"Bagus, segera setelah aku meninggalakan tempat ini, bakar rumah ini dan hapus semua jejak serta bukti bukti tentang kejadian malam ini.."

"Ha'i"

Dan malam itu pulalah malam paling menghebohkan di Konoha. Malam ketika rumah keluarga Uzumaki dikabarkan terbakar hebat, dan dilaporkan tak ada yang selamat dalam kebakaran itu.

Malam itu pula seluruh warga desa bersorak bahagia dan menggelar pesta hingga pagi tiba untuk menyalurkan kebahagiaan mereka. Tapi mereka hanya tak tahu kebenarannya. Dan mereka tak akan menduga apa akibat dari perbuatan mereka malam ini dan hari hari sebelumnya.

.

To be Continue

.

A/N: hello readers, gimana kabarnya? Sehat? Baik? Semoga aja begitu.

Belajar dari kesalahan serta pengalaman pengalaman distory pertama saya, saya memutuskan untuk membuat fict ini dan untuk chap depan dijamin alurnya gak bakal kecepetan. Dan story nya gak akan dipaksakan.

Dan ehm, seperti biasanya, saya mau minta pendapat tentang story ini. Apakah fict ini keren? Apakah fict ini mainstream ? Dan apakah fict ini patut dilanjutin?

Dan saya juga mau minta saran untuk alur kedepannya. Meski saya sudah punya konsepnya tapi saya ingin tahu pendapat para readers. Siapa tahu bisa digabungkan dan menghasilkan alur yang gak biasa dan menarik. Jika berkenan bisa menyampaikan melalui review atau juga bisa pm saya.

Dan saya juga sangat suka diberi maupun menjawab pertanyaan readers. Jadi jangan sungkan dan jangan malu untuk menanyakan hal yang membingungkan tentang story saya ini. Pasti saya jawab jika saya tahu.

O saya hampir lupa. Mohon maaf jika ada kata kata yang salah ketik, pasalnya saya mengetik fict saya ini HP berukuran pas pasan. Jadi agak risih. Tapi jika kebanyakan typo harap lapor supaya author tahu dan dapat membenahi dichap kedepannya.

Dan ya Cuma segitu saja pesan dari saya. Thanks for reading my story.

Review please

SEE YA

28-03-2017