Watashi No Hansamuna Seteppu No Chichi
Chapter 1
===o0o===
"aku tidak suka Okaa-san menikah dengannya"
"apapun yang terjadi Okaa-san akan tetap menikah dengannya"
"Okaa-san..tidakkah kau sadar, pria itu lebih cocok menjadi kakakku dari pada suamimu, dia terlalu muda untukmu, usia kami saja hanya terpaut tujuh tahun"
"…."
"Okaa-san.. kumohon, aku tidak mau menanggung malu karena Okaa-san menikahi pria itu"
"…"
"Okaa-san..?"
"Okaa-san akan tetap menikah dengannya.."
…
Sakura membuka matanya terbangun dari mimpi yang terasa nyata. Tidak, lebih tepatnya adalah memori yang selalu masuk kedalam mimpinya sejak ibunya meninggal 3 bulan yang lalu. Sakura mengusap wajahnya dengan sebelah tangan dan meraih handphonenya untuk melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00, waktunya ia untuk bangun, mandi dan bergegas ke sekolah.
Biasanya ibunya yang selalu membangunkannya di pagi hari, tapi semenjak ibunya pergi untuk selamanya Sakura harus mulai terbiasa bangun labih cepat karena dia ingin menghindari seseorang yang kemungkinan saat ini sedang berjalan menuju kamarnya.
CEKLEEEEKK.. tidak membutuhkan waktu lama, apa yang baru saja Sakura pikirikan pun terjadi. "Sakura bangun sudah pagi" suara bass seorang pria yang mengalun indah itu terdengar dari ambang pintu.
"aku sudah bangung" jawab Sakura ketus. Duduk dari posisinya yang tadi masih berbaring.
"Hn, bersiaplah kesekolah kalau begitu"
Suara pria itu menghilang dari ambang pintu, Sakura melongokkan kepalanya ke arah pintu lalu menoleh ke tempat tidurnya. Ia bangun dan mulai merapikan tempat tidurnya sendiri, biasanya Sakura akan melakukan ini setelah ibunya mengomelinya karena pergi tanpa merapikan tempat tidurnya. Tapi sekarang, ia merapikkannya sebelum ibunya melakukannya, atau ibunya tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.
Setelah merapikan tempat tidur Sakura bergegas mandi dan menyiapkan diri untuk berangkat kesekolah. Aroma wangi makanan tercium ketika ia masuk ke dapur, Sakura bisa melihat pria itu berdiri di dapur dengan celemek bercorak bunga. Pria yang usianya baru saja menginjak usia 24 tahun itu terlihat mempesona dengan balutan pakaian seperti apapun, bahkan dengan celemek bercorak bunga itu sekali pun. Tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang terpahat sempurna selalu membuat Sakura tidak bisa berpaling darinya. Pria itu memiliki daya tarik yang besar, selalu bisa menarik perhatian Sakura.
Pria itu tersenyum padanya ketika berputar dan melihat Sakura sedang memperhatikkannya. "selamat pagi sweetie pie, sarapan dulu"
"ne Tou-san.." Tou-san.. benar, begitulah Sakura seharusnya memanggilnya, karena pria mempesona ini adalah ayah-nya; ayah tirinya. Ibunya Haruno Mebuki memutuskan untuk menikah dengan laki-laki yang usianya berbeda sangat jauh. Sakura berusaha mati-matian untuk menentang pernikahan ini, karena tentu saja pria ini lebih cocok untuk menjadi kakaknya atau mungkin saja kekasihnya. Tetapi mungkin karena besarnya cinta diantara mereka berdua, mereka memutuskan untuk menikah.
Sakura duduk di atas kursi makan lalu merilik kearah ayah tirinya dalam diam. Uchiha Sasuke, adalah pria yang memiliki banyak sekali pekerjaan, sebagai pemilik sebuah perusahaan besar pria itu seharusnya saat ini duduk di atas kursi menunggu istrinya yang menyiapkan makanan, tapi herannya pria itu melakukan hal yang sebaliknya. Bangun lebih pagi hanya untuk menyiapkan sarapan untuk anak tirinya. Sakura yakin semua karyawan di kantornya pasti akan bengong jika mereka melihat direktur mereka berada di dapur sedang memasak dengan memakai celemek bercorak bunga. Sebesar itukah cinta pria ini kepada ibunya hingga ia rela melakukan hal ini?.
"hari ini kau pulang jam berapa?" Sasuke meletakkan panci sop Miso di atas meja dan menuangkannya di dalam mangkok milik Sakura.
"aku harus ketempat kursus setelah pulang sekolah, Tou-san tidak perlu menjemputku" jawab Sakura dingin.
Sasuke menatap Sakura. "sudah kubilang kan jangan memanggilku Tou-san"
"kenapa..? kau kan memang Tou-sanku, meskipun kau ayah tiriku"
Sasuke mengigit pipi bagian dalamnya, menatap Sakura dengan alis berkerut. "pulang dari tempat kursus jam berapa?"
"aku bisa pulang sendiri" bantah Sakura
"jam berapa?" Sasuke mengulangi dengan nada penuh penekanan yang tidak bisa dibantah lagi.
Sakura menatap Sasuke dengan berang, semenjak pria itu menjadi ayah tirinya Sakura selalu harus mematuhi apapun yang di perintahkan oleh pria itu. Setiap hari ia diantar dan dijemput kesekolah, membuat teman-temannya bertanya-tanya siapa Sasuke. Sakura harus diam membisu karena sama sekali tidak ingin memberitahukan siapapun bahwa Sasuke adalah ayah tirinya, memalukan? Bukan.. bukan karena Sakura malu, tapi karena Sakura tidak ingin teman-temannya tahu bahwa pria tampan dan mempesona ini adalah ayah tirinya, Sakura tidak ingin mereka tahu bahwa diam-diam ia telah jatuh cinta kepada ayah tirinya.
"jam 5" akhirnya Sakura pun menjawab pertanTuhann itu.
"euhm.. aku akan berada di depan tempat kursus tepat setelah kau selesai"
Sakura tersenyum sinis, tunggu saja karena kau tidak akan menemukan aku disana. Sakura hanya berbohong mengatakan bahwa ia harus pergi ketempat kursus. Sakura hanya beralasan agar Sasuke tidak pergi menjemputnya. Entah kenapa perasaan benci ini muncul lebih kuat dari biasanya, Sakura sebisa mungkin ingin menghindari Sasuke karena ia sadar telah jatuh cinta pada ayah tirinya. Sakura sadar, ibunya menikahi Sasuke pasti karena mereka saling mencintai, hingga akhirnya mengabaikan perbedaan usia yang besar itu. karena itu Sakura berusaha untuk mengabaikan perasaannya sendiri, ia tidak bisa menghianati ibunya dengan mengejar pria ini. Ia yakin ibunya yang berada disurga saat ini akan merasa sakit hati melihat pria yang dicintainya didekati oleh putrinya sendiri.
"Uchiha Sasuke" panggil Sakura, memang seperti itulah biasanya Sakura memanggil Sasuke. bukan Tou-san bukan juga kakak. "setelah Okaa-san meninggal tidakkah seharunya kita tinggal terpisah?. Kau tidak perlu bertanggung jawab mengurusku, aku bisa sendiri"
"Selama kau masih sekolah kau merupakan tanggung jawabku, terlebih lagi karena ibumu sudah meninggal" jawab Sasuke santai, tanpa menoleh ke arah Sakura sedikitpun. Sasuke tahu pembicaraan seperti ini tidak akan bisa dihindari cepat atau lambat.
"aku bisa tinggal di tempat saudara ibuku yang lain, tidak harus denganmu"
"ibumu tidak memiliki keluarga"
"Okaa-san punya satu adik"
"adik yang suka mabuk-mabukan"
"itu lebih baik dari pada aku harus hidup bersamamu"
Sasuke menghentikan kegiatanya yang sedang mengunyah lalu menoleh kearah Sakura. "ibumu memintaku untuk merawatmu sebelum dia meninggal, dan itu akan kulakukan"
Sakura menggigit bibirnya menahan airmata yang hendak keluar disana. "kenapa tidak kau berikan saja aku satu rumah dan tinggalkan aku disana sendirian" desisnya.
"aku tidak bisa melakukan itu"
"kenapa tidak bisa?"
"karena aku menikahi ibumu itu artinya aku bertanggung jawab padanya juga pada dirimu. Dengan arti lain aku akan memastikan kesejahteraanmu, kebahagianmu dan juga kehidupanmu. Jangan banyak bertanya lagi Sakura, habiskan sarapanmu"
"tapi.."
"sudah cukup" Sasuke mengepalkan tanganya lalu memukul meja sedikit lebih keras. "jangan membantah lagi, kita akan tetap tinggal bersama"
Sakura diam tidak bisa berkutik lagi. Sakura mau saja tetap tinggal bersama Sasuke, tapi ia takut akan perasaannya kepada Sasuke yang semakin hari semakin kuat ini.
.
.
"Sakura-Tuhan.." Sakura menolehkan kepalanya kebelakang kearah sahabatnya yang berlari menghampirinya. "hari ini kau tidak dijemput?"
Sakura mencibirkan bibrinya kesal, pasti selalu ada yang bertanya seperti itu. "hari ini aku ingin pulang menaikki kereta saja"
"aaah.. sayang sekali, padahal aku ingin melihat pria yang misterius itu. apa kau tetap tidak akan bilang padaku siapa dia?. Kekasihmu atau kakak laki-laKurenaiu?"
"bukan siapa-siapa" jawab Sakura ketus. "Ino Pig.. bagaimana jika kita jalan-jalan ke mall hari ini?"
"Enak saja.. kita ada kursus hari ini, kau ingat? Sebentar lagi kita ada ujian"
"ayolah, belajar terus apa tidak membuatmu sakit kepala?",Ino mengerutkan alisnya, tentu saja siapa yang tidak pusing. "kajja, kita jalan-jalan dulu hari ini"
"eeiiss.. kau ini. jika aku dapat nilai kecil kau harus tanggung jawab ya?"
"Iya iya kau cerewet sekali sekarang kita shopping!" Sakura pun menarik tangan Ino, bergegas kearah mall terdekat. Ia ingin melupakan tentang Pria tampan yang menjadi ayah tirinya, ingin terbebas dari pria yang menjerat hatinya itu. Jika pria itu marah, ia bisa melakukannya nanti, apa-pun hukuman yang diberikan oleh Sasuke akan ia terima dengan senang hati. Yang pasti Sakura ingin menghindar untuk sementara waktu dari pria itu.
.
Ddrrrtt…dddrrrttt…dddrrrtt…
Hari menjelang malam Sakura masih asik bermain bersama dengan Ino, gadis itu sekali lagi memaksa sahabatnya untuk bermain ke game station terdekat, bermain sepuasnya dengan segala macam permainan disana.
"Sakura-Tuhan.. ponselmu terus bergetar dari tadi" Ino menoleh ke arah ponsel Sakura yang terletak di saku tas yang transparan, menampilkan sebuah nama yang tertera disana. "siapa itu Uchiha Sasuke?"
"bukan siapa-siapa.. Ino Pig, konsentrasi saja pada permainannya" teriak Sakura, mengimbangi suara musik yang keluar dari mesin permainan dan menggerakkan tangannya memukul kepala-kepala kodok yang muncul dari lubang-lubang itu.
Bukannya melanjutkan permainan Ino malah mengambil ponselnya sendiri. "Okaa-sanku menelponku Sakura-Tuhan, sudah waktunya aku pulang"
"sebentar lagi saja.. ayolah"
"Enak saja, Okaa-sanku bisa marah.. sudah ya Saku" Ino pun menyambar tasnya dan berlari keluar dari gametation itu. meninggalkan Sakura seorang diri.
Sakura berhenti bermain lalu menudukkan dirinya di bangku kosong yang terletak tidak jauh dari tempat bermain itu, tanganya terulur mengambil handphonenya. Matanya mengernyit melihat 50 panggilan tak terjawab dan puluhan SMS yang isinya sama.
From: Uchiha Sasuke
Anak nakal, kau dimana?
Angkat teleponku
Sakura.. angkat teleponnya, kau dimana sweetie?
Jangan membuatku cemas.. aku akan melapor ke polisi sekarang juga
Uchiha Sakura..! kau ingin membuatku mati muda?
Ya Tuhan, tidak bisakah kau menjawab teleponnya?
Sudah cukup aku akan melapor kepolisi
.
Sakura menarik sudut bibir kananya keatas, tersenyum sinis. Pria ini benar-benar total menjalani perannya sebagai seorang ayah. Benar-benar perhatian kepada anak perempuan satu-satunya. Sakura menggigit bibir bawahnya. Menyembunyikan kepalanya dilututnya menahan isak tangisnya, seandainya saja pria ini bukan ayah tirinya. "kenapa kau harus menikah dengan Okaa-san..? kenapae..? kenapa kau harus menjadi ayah tiriku?".
.
Setelah mengirimkan pesan balasan dimana Sasuke bisa menemukannya, Sakura pun bergegas ke pinggiran jalan di depan mall. Menunggu Sasuke datang menjemputnya, Sakura bisa melihat di dalam kepalanya kecemasan di wajah Sasuke saat ini. Tentu saja, siapa yang tidak akan merasa cemas jika anak dari wanita yang kau cintai menghilang tanpa kabar sedikitpun.
Sebuah mobil BMW berwarna hitam melaju pesat dari ujung jalan, dengan cepat pula mobil itu berhenti di hadapan Sakura. Pria bertubuh tinggi itu keluar dari mobil itu berlari menghampiri Sakura. Sakura melebarkan matanya terkejut mendapati pria itu basah kuyup, seperti baru saja keluar dari kolam renang atau baru saja di guyur oleh satu ton air.
"kenapa kau basah?"
"kemana saja kau?"
Secara bersamaan mereka menanyakan pertanTuhann yang berbeda. "aku memutuskan untuk merefresingkan diriku. Jadi aku bermain di mall" jawab Sakura santai.
"kau kan bisa menghubungiku"
"aku tidak mau diganggu"
"Uchiha Sakura… kau.."
"Uchiha Sasuke, kau harus ingat, aku bukan anakmu, kau tidak bisa mengaturku ini atau itu. aku bebas melakukan apapun juga"
"Sialan, Sakura.." Sasuke menyambar lengan atas gadis itu lalu mengguncangnnya keras, ekspresinya sarat akan kecemasan. "jika terjadi sesuatu padamu apa yang harus aku lakukan?"
"kau tinggal mengatakan pada Okaa-san di surga, bahwa anaknya adalah anak yang sangat nakal dan kau tidak bisa lagi mengurusnya" Sakura membalas tatapan Sasuke dengan berang.
Sasuke bernafas dengan cepat, menatap Sakura dengan emosi yang terpancar jelas dari matanya. Ia menarik Sakura mendekat padanya hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senci lagi. "jangan menguji kesabaranku. Aku sudah cukup menahan diri selama ini"
"lalu kenapa tidak kau buang saja aku"
"tidak akan pernah, seumur hidupku kau akan tetap tinggal bersamaku. Kau mengerti..?" Sasuke mengguncang Sakura sekali lalu menarik gadis itu bersamanya menuju kearah mobil. "mulai besok akan ada bodyguard kemanapun kau pergi"
"Apa..?"
"itu karena kau tidak patuh padaku"
"oh Tuhan.. tentu saja, maafkan aku karena tidak patuh.., Tou-san" jawab Sakura sinis ketika mengucapkan kata Tou-san.
Sasuke menoleh kearah Sakura dengan ekspresi keras. Sakura pun membalas tatapan itu dengan sama kerasnya seperti Sasuke. lama mereka saling bersikeras pada pendirian masing-masing. Sasuke yang pertama kali memutuskan untuk menyudahi perdebatan itu dengan membuka pintu mobil dan menyuruh Sakura masuk, setelahnya ia pun masuk ke dalam mobil.
Sakura bisa melihat kursi kemudi yang basah, sesaat ia lupa bahwa Sasuke datang dalam keadaan basah kuyup, apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu. "kau habis berenang dimana?" sindir Sakura.
"kau tahu, selagi kau asik bermain di dalam mall di luar orang-orang sedang kewalahan karena tiba-tiba hujan besar datang"
"di luar hujan?" Sakura membelalakkan matanya. 'dan kau basah-basahan mencariku?' batin Sakura, sebegitu cemaskah Sasuke pada Sakura?. Pada anak dari wanita yang dicintainya?. Sakura menolehkan kepalanya ke arah luar jendela. Memandang jalanan yang ternyata memang basah karena sempat terguyur hujan. Sakura sebisa mungkin menahan emosinya, ia merasa cemburu kepada ibunya yang sudah meninggal, cemburu karena tahu betapa besar Sasuke mencintai ibunya. Kenapa Sasuke harus mencintai ibunya sebesar ini?.
.
.
"haachiii…"
Sakura menoleh kearah Sasuke dengan sumpit berada di mulutnya, ini sudah kesepuluh kalinya Sasuke bersin. Setelah pulang dalam keadaan basah Sasuke tidak langsung mandi, pria itu langsung menuju keruang kerjanya dan bekerja hingga waktu yang tidak Sakura ketahui. Hingga keesokan paginya Sakura bangung dengan melihat pria itu sedikit pucat dan bersin-bersin selama menyiapkan sarapan pagi.
Sakura tidak mendapatkan hukuman karena kenakalannya kemarin, ia bersyukur karena Sasuke tidak marah besar, dan keesokan paginya masih bersedia menyiapkan sarapan untuknya. Sakura ingin sekali menyentuhkan tanganya di dahi lebar itu, tetapi ia bertahan hanya dengan memperhatikan gerak gerik Sasuke.
"hachiii.."
"kau sakit?" Sakura tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak bertanya.
"tidak" jawab Sasuke
"tapi kau terlihat pucat"
"aku tidak apa-apa Sweetie.. kau pulang jam berapa nanti?"
Sakura mengigit bibirnya. "seperti biasa" jawabnya.
"tunggu aku, dan jangan pergi kemana-mana lagi. mengerti?"
"ne.."
"Hacchiii.." Sasuke berdiri lalu berjalan mengambil air putih hangat, menuangkannya kedalam gelas lalu meneguknya pelan-pelan.
"sebaiknya minum obat" usul Sakura
"tidak perlu.. aku tidak apa-apa. kau sudah selesai sarapan?. Aku akan siap-siap, tunggu aku dimobil" setelah memberikan perintahnya, Sasuke pun pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian dengan pakaian kerjanya.
Sakura menunggu dengan sabar di mobil seperti yang di perintahkan oleh Sasuke, ia melirik kearah jam tangannya. Sudah hampir setengah jam tetapi pria itu tidak juga muncul. Sakura mengerutkan alisnya bingung, ia sudah terlambat, dan sebaiknya bergegas dengan pergi sendiri tanpa menunggu Sasuke, tapi kekhawatirannya kepada Sasuke lebih besar dari keinginannya untuk masuk ke sekolah, karena itu Sakura keluar dari mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Sakura menemukan Sasuke sedang berdiri di dalam kamarnya, tanganya menopang dirinya dengan bersandar di lemari. Berdiri dengan sambil mengusap pelipisnya, Sakura menelan salivanya melihat kemeja Sasuke yang tidak terkancing sepenuhnya. Pria itu terlihat sedang menahan sakit, keringat dingin pun keluar dari tengkuk dan kepalanya.
"Sasuke.." panggil Sakura.
Sasuke menoleh kearah Sakura dengan alis berkerut. "Tak apa, aku tinggal memakai baju" Sasuke sedikit terhuyung ketika hendak mengancingkan lagi sisa kancing kemejanya. Sakura berlari cepat kearah Sasuke lalu mengalungkan lengannya di seputar pinggang Sasuke, menahan pria itu agar tidak jatuh. Sakura menarik nafasnya tertahan merasakan tubuh Sasuke yang panas di balik kemejanya.
"sepertinya kau sakit, kau istirahat saja"
"tidak perlu, kau harus sekolah"
"aku bisa pergi sendiri"
"tidak perlu, aku akan mengantarmu"
"Uchiha Sasuke, diam dan dengarkan aku sekali saja" sentak Sakura. Sasuke mengerutkan alisnya mendengar sentakan itu, matanya menatap Sakura dengan pandangan buram, kepalanya serasa berputar dan bisa pingsan kapan saja. Sakura benar, ia tidak bisa pergi mengantar gadis itu jika tidak mereka akan mengalami kecelakaan karena Sasuke tidak bisa berkonsentrasi membawa mobil.
Sasuke pun pasrah ketika di tuntun ke arah tempat tidur, ia terbanting keras di atas tempa tidur. Erangan terlontar keluar dari mulut Sasuke, seumur hidupnya Sasuke jarang sekali sakit, ini pertama kalinya ia merasa tidak berdaya seperti ini.
Sakura mengerutkan alisnya melihat betapa lemahnya Sasuke saat ini. apa yang harus ia lakukan? Apa yang biasanya Okaa-sannya lakukan jika Sakura sakit?. Sakura menarik selimut dan menutupi tubuh Sasuke. Sasuke sudah memejamkan matanya, pelan-pelan Sakura mengulurkan tangannya ke arah kepala Sasuke. ia ragu sejenak tetapi tetap memutuskan untuk menyentuh dahi itu.
"panas" desis Sakura. Sakura hendak memutar tubuhnya ketika tangan Sasuke menahan pergelangan tangannya.
"hati-hati disekolah eoh? telepon aku jika ada apa-apa" bisik Sasuke dengan mata masih terpejam.
Sakura mengerutkan alisnya sambil mengigit bibirnya. Meskipun dalam keadaan panas dan sakit pria ini masih menghawatirkannya?.
Setelah terlepas dari tangan Sasuke, Sakura pun mengambil thermometer dan kompres, melupakan kewajibannya yang harus berangkat ke sekolah Sakura pun menjaga dan merawat Sasuke dengan masih menggunakan seragam SMA nya. Seperti yang sering ibunya lakukan pada Sakura, Sakura pun memberikan Sasuke obat lalu mengusap tubuh Sasuke yang basah.
Sasuke sempat terbangun ketika Sakura menggantikan pakaiannya, pria itu tidak bertanya kenapa Sakura masih di rumah bukannya ke sekolah. Pria itu hanya menatap Sakura selama gadis itu membuka pakaiannya dan memakaikan pakaian yang baru. Dengan wajah yang memerah Sakura berkonsentrasi mengusap tubuh basah Sasuke yang berkeringan dengan kain basah. Matanya sesekali menoleh kearah Sasuke yang menatapnya lekat.
Sasuke langsung memejamkan matanya lagi ketika sudah merasa nyaman karena berganti dengan pakaian kering. Sakura pun menghembuskan nafasnya lega. Memeriksa panas tubuh Sasuke yang sudah menurun, dan iapun bergegas memasakkan bubur untuk Sasuke.
.
Menjelang malam Sakura masuk ke dalam kamar Sasuke dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur yang ia masak di campur dengan sayuran dan kaldu ayam. Sakura menghampiri Sasuke dan meletakkan nampan itu di atas nakas. Yang terletak di sebelah tempat tidur Sasuke.
Sasuke membuka matanya lalu menoleh kearah Sakura.
"makan buburnya, agar kau cepat pulih" ujar gadis itu, duduk di tepian tempat tidur dan membantu Sasuke duduk bersandar di tempat tidur. "kau bisa makan sendiri?" tanya Sakura canggung. Sasuke hanya menatap Sakura dengan pandangan kosong, sebagai jawaban ia belum terlalu kuat mengangkat mangkuk bubur.
Sakura pun tersenyum pelan, lalu mengambil mangkuk, menyendok sedikit bubur lalu meniupkannya sebelum menyuapi Sasuke. Sasuke menerima suapan itu dengan lemah dan menelan pelan buburnya, matanya tidak lepas sedetik pun dari wajah Sakura.
"kau tidak sekolah?" tanya Sasuke setelah suapan keempat.
Sakura menggelengkan kepalanya menjawab pertanTuhann itu.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu bolos" ujar Sasuke tulus.
"tidak perlu.. aku melakukan ini karena kita mencintai orang yang sama." Sasuke menaikkan alisnya bingung. "kau merawatku karena rasa cintamu kepada Okaa-san, begitu juga denganku. Aku tidak akan membiarkan pria yang dicintai oleh Okaa-san sakit tanpa dirawat sedikit pun"
Sasuke memejamkan matanya lalu membukanya, kepalanya bersandar pada bantal di belakangnya. "lagi" ujar Sakura menyodorkan satu sendok bubur lagi.
"tidak.." Sasuke mengelak dari sodoran sendok itu. "keluarlah Sakura"
"kenapa..? tapi, kau harus menghabiskan bubur ini"
"keluarlah.. tinggalkan aku"
Sakura bingung, kenapa tiba-tiba Sasuke menyuruhnya keluar? Apa karena baru saja ia menyinggung perihal ibunya?. Apa Sasuke tiba-tiba saja dilanda perasaan rindu pada ibunya?. Tidak ingin membuat Sasuke kesal, Sakura pun keluar dari kamar itu, meninggalkan bubur yang masih mengepulkan asap itu.
.
Setelah mandi dan berganti pakaian Sakura memasak nasi goreng untuk dirinya sendiri, sepanjang hari telepon di rumah berdering, beberapa pegawai Sasuke menanyai kabar pria itu. Mereka sama sekali tidak terdengar terkejut ketika Sakura yang menjawab telepon-telepon itu. Di rumah besar ini sebisa mungkin Sakura tidak mengangkat teleponnya, karena ia tahu yang menelpon pasti berkepentingan kepada Sasuke.
Sakura tidak pernah tahu, apakah orang-orang tahu Sasuke menikahi ibunya. Hidup berdua saja dengan Sasuke membuatnya menyimpuklan tidak ada yang tahu tentang keberadaanya, karena itu Sakura cukup terkejut mendapati orang-orang itu tidak kaget mendapati dirinya menjawab telepon Sasuke.
Sakura membuka perlahan pintu kamar Sasuke, melongkokkan kepalanya ke dalam, melihat Sasuke sedang terlelap dalam tidurnya. Sakura masuk dengan langkah yang perlahan agar pria itu tidak terbangung, tangannya menyentuh kedahi Sasuke untuk kesekian kalinya hari ini. Sakura tersenyum dan bernafas lega karena panasnya sudah turun. Sakura duduk di tepian tempat tidur dan memeriksa pakaian Sasuke. Jika basah ia harus menggantikannya lagi. Ada sedikit perasaan kecewa di hati Sakura karena pakaian itu tidak basah. Sakura cukup menyukai kegiatan menggantikan pakaian Sasuke.
Seharusnya Sakura keluar setelah memastikan pria itu baik-baik saja, tetapi gadis itu masih bergeming disana, menatap wajah damai Sasuke yang sedang tidur. Memperhatikan dengan seksama bentuk mata, hidung dan bibir pria itu. Selama ini Sakura tidak berani memperhatikan Sasuke seperti ini, karena itu Sakura tidak ingin melepaskan kesempatan ini.
Sasuke bergerak sedikit, membuat Sakura Harus menahan nafas, takut pria itu terbangung. Beruntungnya Sakura pria itu sama sekali tidak membuka matanya, Sakurapun kembali melanjutkan kegiatannya memandangi wajah Sasuke. Sakura tersenyum kecut memikirkan betapa beruntungnya ibunya karena mendapatkan cinta dari pria ini. Perasaan iri dan cemburu itupun kembali muncul di benaknya. Sakura pun bertanya-tanya seperti apa Sasuke memperlakukan ibunya? Apa Sasuke mencium ibunya? Apa mereka sering bercinta?. Sakura pun menoleh kearah tempat tidur yang kosong disebelah Sasuke. Jika mereka bercinta mereka pasti melakukannya disini. Pikirnya..
Sakura menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran itu. ia tidak bisa membayangkan ibunya berada di bawah kekuasaan Sasuke, Sakura benar-benar merasa iri dan cemburu kepada ibunya. "kenapa harus Okaa-san..?" sekali lagi Sakura mempertanyakan hal itu.
"Uchiha Sasuke, kenapa harus Okaa-san? Bukan aku?" Sakura menahan getaran hebat dari tubuhnya, airmata jatuh di pipinya, merasakan sesak di dadanya karena rasa cemburu. "kenapa kau bertemu dengan Okaa-san terlebih dulu..?" Sakura tertawa miris. "aah.. tidak perlu.. jika kau bertemu denganku lebih dulu kau mungkin tidak bisa mengelak mencintai Okaa-san bukan?. Karena cinta tidak pernah bisa diduga" Sakura mengusap airmata di pipinya, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Tuhanh.. siapa yang mengira jika cinta juga datang padaku" Sakura menyentukan satu jarinya dipelipis Sasuke. pria yang terlelap seperti bayi itu sama sekali tidak terganggu oleh sentuhan dan suara Sakura. "Tou-san.." bisik Sakura, "apa aku salah jika jatuh cinta padamu?.. apa aku salah jika mencintai pria yang di cintai oleh Okaa-san..?" airmata kembali jatuh dipipinya. "Tou-san.. jawab aku.."
Sasuke diam, tidak terbangun sedikitpun. "jika kau tahu aku mencintaimu apa yang akan kau lakukan?. Mengusirku, karena aku telah menghianati Okaa-san..?. Jika benar begitu maka kau harus tahu agar kau mengusirkan dan aku bisa jauh darimu hingga perasaan ini sirna dengan sendirinya.." Sakura tidak berhenti menangis, berbisik dalam keheningan malam di sebelah Sasuke yang tertidur. "tapi aku ragu perasaan ini bisa menghilang.. Tou-san bagaimana ini..?"
Sakura menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menyembunyikan isak tangisnya. Sakura menarik nafas panjang lalu mengusap airmatanya, menoleh kearah Sasuke yang masih terlelap. Dengan berani Sakura membungkuk di atas Sasuke, berhenti di wajah Sasuke beberapa senti menatap wajah malaikat Sasuke. Sakura memejamkan matanya menyentuhkan bibirnya di atas bibir Sasuke untuk beberapa detik. "I love you my step Father". Bisikan itu di ucapkan dengan sangat pelan, hingga hanya Sakura yang bisa mendengarnya.
Sakura menjauhkan wajahnya kemudian berjalan ke luar kamar lalu menutup pintu secara perlahan. Sudah di putuskan, Sakura akan tetap mencintai Sasuke sebagai ayah tirinya. Tidak peduli apapun yang terjadi nanti. Sakura akan tetap memendam perasaannya, agar bisa terus berada di dekat Sasuke.
.
.
Sasuke bangun keesokan paginya dalam keadaan yang sudah kembali sehat. Tidak ada suhu badan yang panas lagi atau pun kepala yang berdenyut pusing. Pagi ini ia bisa beraktifitas seperti biasanya. Sasuke keluar dari kamarnya setelah mandi dan memakai celana kain serta kaos putih. Langkahnya berhenti ketika melihat gadis bertubuh ramping, dengan rambut merah muda panjangnya terurai di punggungnya. Seragam SMA nya tertutupi celemek bercorak bunga. Gadis itu bersenandung pelan sambil mengaduk panci beraroma sup ayam bercampur gingseng.
"kau bangun lebih pagi hari ini" Sasuke mengejutkan gadis itu. Sakura memutar tubuhnya cepat menghadap kearah Sasuke. Gadis ini terlihat cantik seperti biasanya. "kau masak apa sweetie pie..?" ujarnya, menghampiri Sakura.
Mata Sakura tidak lepas dari Sasuke. "sup Tomat, itu untukmu. Bagaimana keadaanmu?"
Sasuke melongokkan kepalanya ke arah panci lalu menunduk agar bisa menatap wajah Sakura, yang tingginya hanya sebatas lehernya. "tidak pernah lebih baik dari hari ini" jawabnya sambil menyunggingkan senyum yang membuat jantung Sakura hampir saja melompat dari dadanya. "aku tidak tahu kau bisa memasak".
"kau tidak pernah tahu, karena Okaa-san yang selalu masak, lalu setelah Okaa-san meninggal kau yang memutuskan untuk meneruskan pekerjaan Okaa-san" Sakura berputar dan kembali mengaduk isi dari panci itu.
"perlu ku bantu?" Sasuke mendekat pada Sakura, membuat jarak yang sangat dekat hingga dadanya hampir mengenai punggung Sakura.
"tidak perlu, Tou-san duduk saja" jawab Sakura gugup.
Sasuke mengertukan alisnya mendengar gadis itu memanggilnya Tou-san. Sakura terlihat berbeda, lebih ceria dan lebih membuka diri dari biasanya. Tidak ada kata-kata ketus atau-pun ekspresi dingin, tapi yang mengganggu Sasuke adalah gadis itu memanggilnya Tou-san. Mungkin kemarin Sakura memanggilnya Tou-san karena gadis itu ingin menyindir Sasuke, tapi hari ini gadis itu terdengar serius memanggilnya Tou-san.
"hari ini aku akan mengantarmu sampai ke kelas dan bertemu dengan gurumu untuk meminta maaf karena kau sudah bolos kemarin" Sasuke duduk dengan pandangan tidak lepas dari Sakura.
"ne.." jawab Sakura patuh. "ini di makan" Sakura mengulurkan sup itu di depan Sasuke lalu ikut duduk bersama pria itu. "selamat menikmati Tou-san" selesai memberikan ucapan selamat makan kepada Sasuke, Sakura pun mulai menyantap sarapannya. Tidak menyadari sama sekali tatapan menyelidik dari Sasuke.
Sasuke menata Sakura bingung. "kenapa kau berubah pagi ini?"
"Ha..?" Sakura menoleh kearah Sasuke dengan mulut penuh. "itu karena aku sadar akan kesalahanku, Tou-san sakit kemarin karena mencariku di bawah guyuran hujan, belum lagi. Tou-san sudah banyak berkorban untukku. Aku tahu Tou-san banyak menghabiskan waktu di rumah karena tidak bisa membereskan pekerjaanmu di kantor, kau harus mengantar dan menjemputku, memasak makan malam untukku sampai pekerjaanmu terbengkalai. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih selain menjadi anak yang berbakti padamu"
"Sakura…"
"karena itu, Tou-san.. mulai sekarang, Tou-san tidak perlu mengurus makanan untukku, biar aku yang masak untuk kita berdua. Aku juga bisa mengurus rumah. Aku akan menjadi anak yang manis.. tidak akan nakal lagi"
"Sakura.."
"nee Tou-san.."
Sasuke mengeraskan rahangnya. "jangan memanggilku Tou-san"
"tapi kau memang ayahku"
"hanya ayah tiri, jadi berhenti memanggilku Tou-san"
"kenapa..?"
Sasuke tersenyum kepada Sakura, "karena aku terlalu muda untuk di panggil Tou-san, benar kan?"
Sakura ikut tersenyum kepada Sasuke. "benar, jadi.. aku akan memanggilmu seperti biasa saja"
"itu lebih baik" Sasuke mengangguk menyetujui.
"jadi.. Uchiha Sasuke.. kita berteman?" Sakura mengulurkan tangannya ke depan untuk berjabat tangan.
"teman" Sasuke pun menyambut uluran tangan Sakura. "habiskan makananmu sweetie, aku harus menemui gurumu karena kemarin kau membolos"
"Um.."
.
.
Setibanya di sekolah Sasuke menemui wali kelas Sakura dan menjelaskan alasan kenapa Sakura tidak masuk sekolah. "aah.. jadi Sakura tidak masuk sekolah kemarin karena harus merawatmu yang sedang sakit" guru Kurenai.
"yee.. seperti itulah.."
"jika saya boleh tahu apa hubungan kalian berdua?"
Sasuke menaikan alisnya, apa yang harus ia jawab?. Berkata jujur bahwa ia adalah ayah tiri dari Sakura?.
"dia ayah tiriku.." jawab Sakura. Sadar bahwa Sasuke tidak akan menjawab pertanTuhann guru itu.
Sasuke menolehkan kepalanya kearah Sakura, terkejut tentu saja, ia tidak mengira Sakura akan berkata sejujur itu.
"oo.. benarkah.." guru Kurenai memandang Sasuke dari atas kebawah. Ayah tiri Sakura muda sekali pikirnya. "baiklah, terima kasih atas penjelasannya, untuk Sakura yang sekarang sedang di masa tingkat akhir memang tidak boleh membolos"
Sasuke kembali menoleh kearah guru itu lalu menganggukkan kepalanya. "mohon bimbingannya untuk Sakura"
.
Selesai menemui sang wali kelas, Sasuke pun keluar bersama dengan Sakura. "terima kasih karena mau menemui guruku" Sakura berhenti tepat dibelakang Sasuke yang berjalan didepannya. Sasuke pun berhenti dan memutar tubuhnya.
"memang sudah seharusnya bukan?" jawab Sasuke.
Sakura menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. "malam nanti biar aku yang masak, kau bisa santai bekerja jika punya"
"Hn.."
"Ja ne.. hati-hati menyetirnya"
"Hn.. belajar yang rajin"
Sakura memutar tubuhnya lalu berjalan kearah kelasnya, Sasuke menatap lama punggung Sakura yang menjauh sebelum akhirnya ia pun berjalan keluar dari sekolah itu, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara seorang pria memanggil nama Sakura.
"Sakura-Chan.." Sasuke memutar tubuhnya melihat ke arah pria yang memanggil Sakura, seorang pemuda yang memakai seragam yang sama dengan Sakura. "kau sudah sembuh?" pemuda itu pun menghampiri Sakura yang berhenti setelah namanya dipanggil.
"aku tidak sakit" jawab Sakura
"ooh.. mereka bilang kau sakit, aku hendak mengunjungimu begitu tahu kau sakit, tapi aku tidak tahu rumahmu, sebenarnya kau pindah kemana sih?"
Sakura tertawa ringan lalu menggelengkan kepalanya. "jika kuceritakan kau tidak akan percaya"
"ooh.. kenapa? Memangnya kau pindah kemana?"
"ke sebuah istana megah" Sakura merentangkan tangannya lebar sambil meneruskan langkahnya menuju kelas.
"Tuhan….. ceritakan padaku!" pemuda itupun berjalan mengejar Sakura, setelah berhasil mengejar Sakura, pemuda itu mengalungkan lengannya dibahu Sakura, lalu mereka masuk kedalam kelas bersama-sama.
Sasuke berdiri cukup lama setelah kedua orang itu masuk ke dalam kelas, entah apa yang ia pikirkan saat itu namun ekspresi wajahnya terlihat benar-benar tidak suka dengan apa yang baru saja ia lihat.
.
.
.
"tuan Uchiha ada yang ingin bertemu dengan anda"
Sasuke melirik ke arah pintu dimana saat ini sekretarisnya sendang berdiri diambang pintu. "siapa?"
"Haruno Sumru"
Sasuke mengerutkan alisnya mengenali nama itu, ia tidak akan ragu lagi siapa yang datang padanya di jam kerja dan apa maksud kedatangan dari orang itu. "persilahkan masuk" dengan kasar Sasuke meletakkan pulpen yang tadi di pegangnya di atas meja lalu berdiri dan memutari meja kerjanya. Sasuke mendudukkan pantatnya di tepian meja kerjanya dan melipat kedua tangannya menanti kedatangan tamu tidak di undang itu.
Pintu ruang kerjanya terbuka dan menampilkan sosok seorang pria bertubuh lebih pendek dari Sasuke, dengan rambut raven yang acak-acakan dan baju yang berantakan. Wajahnya di tumbuhi oleh beberapa bakal jenggot, terlihat kasar dan lelah.
"ada apa lagi?" tanya Sasuke sinis
"Tuhan.. adik ipar macam apa yang menyambut kakak iparnya seperti itu?"
"cihh.. jangan berbasa-basi, langsung saja Haruno Sumru"
"aku butuh uang" akhirnya pria itu pun menyampaikan dengan gamlang maksud kedatangannya.
"dengar, aku bukan bank yang bisa kau mintai uang setiap kali kau butuh uang untuk mabuk-mabukan"
"kau tahu, kakakku yang cantik selalu memberikan uang padaku, jadi seperti Sakura yang menjadi tanggunganmu sudah seharusnya kau juga menanggungku, berikan uang padaku"
"semasa hidup Mebuki tidak pernah memberikanmu uang, kau tidak perlu mengarang cerita"
"ciih.." Sumru meludah kesal kearah kanan, matanya menatap berang Sasuke. tapi ia tidak akan menyerah, ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan sebotol soju ataupun bir. "baiklah, jika kau tidak mau memberikan uang padaku, aku yakin keponakanku yang cantik bersedia memberikan sedikit uangnya padaku"
Sumru memutar tubuhnya lalu melangkah pergi setelah mengatakan ancamannya. Sasuke melangkah lebar dan menahan Sumru dengan mencengkeram pundak pria itu, dengan ekspresi keras dan marah Sasuke mengeluarkan dompetnya dari kantung celana dan mengeluarkan beberapa puluh won. Dengan sigap Sumru mengambil dompet Sasuke dari tangan Sasuke dan mengeluarkan semua uang Sasuke.
Sumru tersenyum puas melihat banyaknya uang yang ada ditangannya, diberikannya lagi dompet yang sudah kosong itu kepada Sasuke. "bauklah.. nee.. aku akan datang lagi jika uang ini habis" setelah memberikan cengiran yang menjijikkan pria itupun pergi dari ruangan itu. Sasuke mengeram kesal sambil menyisir jari-jarinya kerambutnya yang berwarna biru donker. Selalu berakhir seperti ini jika ia harus berhadapan dengan adik dari mendiang istrinya.
.
.
"Sakura-Chan.. kenapa kau terburu-buru sekali?" suara Ino mengalun dari kejauhan, Sakura harus memutar kepalanya agar bisa melihat Ino yang berlari mengejarnya.
"aku harus cepat, aku sudah dijemput"
Ino tiba disebelah Sakura dengan nafas yang menderu cepat, butuh waktu bagi Sakura untuk menormalkan kembali nafasnya. "hari ini aku bosan, ayo kita bolos lagi seperti kemarin".
"Ya ampun., aku bisa dimarahi"
"dimarahi siapa? Pamanmu?" Ino mengerutkan alisnya bingung, ia tahu ibu Sakura sudah meninggal dan Sakura tidak memiliki siapa-siapa lagi selain pamannya yang sudah mabuk-mabukkan. "jadi kau tinggal bersama pamanmu?"
"tidak perlu.. aku tinggal dengan ayah tiriku"
"Apa..!?
"ceritanya panjang Ino Pig, dan aku tidak mau menjelaskannya" . 'karena itu menyiksaku' batin Sakura. "yang pasti, pria yang sering kau lihat menjemputku itu adalah ayah tiriku"
"APA…?"
Sakura memejamkan sebelah matanya mendengar teriakan kaget dari Ino, ia tahu semua akan bereaksi seperti itu, bukan karena ternyata ia memiliki ayah tiri, tapi karena ayah tirinya masih sangat muda.
"sudahlah, aku tidak ingin dimarahi lagi hari ini, aku pergi dulu.. Sampai jumpa Ino Pig" Sakura pun berlari meninggalkan Ino yang masih terkejut di tempatnya berdiri. Sakura tersenyum miris melihat keterkejutan Ino, seandainya saja Sakura memperkenalkan Sasuke sebagai pacarnya itu akan membuat hatinya lebih bahagia dari pada seperti saat ini. rasanya seperti mengumumkan bahwa ada batasan antara dirinya dan Sasuke. hanya ayah dan anak.
"heeii.. gadis manis kau mau kemana terburu-buru?" sekali lagi seseorang memanggil Sakura, Sakura menolehkan kepalanya ke samping, ke arah pria yang menghentikan laju sepedanya tepat di sebelah Sakura.
"aa.. Sai aku harus segera pulang"
"naiklah.. kuantar" tawar pria yang di panggil Sai itu.
"aku sudah dijemput"
"dijemput? Apa pria yang sering menjemputmu itu?"
"oo.."
"pacarmu?"
"tidak perlu.. dia.. "
"Sakura..." pria itu memotong kalimat Sakura, seolah-olah tidak sabaran karena tiba-tiba pria itu merasa takut, takut di dahului oleh seseorang. "bagaimana kalau kita berpacaran saja?"
"nee..?" Sakura melebarkan matanya terkejut, ini pertama kalinya ia mendengar seseorang mengajaknya berpacaran, terlebih lagi yang mengajaknya dalah temannya sendiri, teman yang selalu ada bersamanya sejak ia kecil.
"sudah lama aku ingin mengatakannya padamu, tapi akhir-akhir ini sepertinya kau susah di dekati dan aku tidak tenang setiap kali melihatmu di jemput oleh pria yang membawa mobil. Aku sudah sangat ingin menanyaimu tentang hal ini, tapi aku takut kau akan mengejekku. Tapi, jika aku tidak mengatakannya aku juga takut tidak akan punya kesempatan lagi. meskipun kau menolakku, aku tetap ingin kau tahu perasaanku padamu, aku menyukaimu"
Sakura mengerjabkan matanya berkali-kali, ekspresinya benar-benar tidak terbaca, terkejut tentu saja, Syok sudah pasti. "kau punya cara aneh untuk mengungkapkan perasaan" jawab Sakura gugup.
"jadi? Kau mau..?"
"aku.." Sakura menggerakkan bola matanya dengan resah, meskipun ia tahu ia mencintai Sasuke tapi jika ada seseorang mengajaknya berpacaran seperti ini pun tetap membuat Sakura gugup. "ini terlalu cepat"
Sai tersenyum. "kalau begitu pikirkan dengan baik ne.. aku tunggu jawabanmu" setelah itu pun Sai pergi dengan mengayuh sepedanya, meninggalkan Sakura yang masih terdiam bengong. Sama seperti halnya Ino yang ia tinggalkan tadi dibelakangnnya. Sakura mendengus pelan, entah knapa hari ini sepertinya adalah hari yang penuh dengan kejutan untuk beberapa orang.
Sakura pun memutar tubuhnya dan terkejut karena kepalanya berbenturan dengan dada seorang pria yang berdiri tepat dibelakangnya. "Kyaa.. Tuhan.. kau mengagetkanku" teriak Sakura pada pria yang ternyata adalah Uchiha Sasuke.
"pacarmu?" tanya Sasuke sinir, matanya tidak lepas menatap Sai yang menjauh bersama sepedanya.
Sakura menghembuskan nafasnya, kenapa sepertinya hari ini orang-orang terus mengajukan pertanTuhann padanya. "bukan, tapi dia baru saja memintaku untuk menjadi pacarnya" jawab Sakura jujur.
"lalu apa jawabanmu?" tanya Sasuke penasaran.
"aku belum menjawabnya, mendadak sekali aku jadi bingung" Sakura pun terkekeh pelan karena rasa malu, ia merasa berpuas diri, ternyata dirinya cukup lumayan disukai bukan? Buktinya Shimura Sai menyukainya.
"tolak saja"
Sakura mengerjapkan matanya menoleh kearah Sasuke. "menolaknya? Kenapa..? ini pertama kalinya ada pria yang mengajakku berpacaran, tidakkan itu membuatmu juga ikut senang? Anak tirimu ini cukup laku Uchiha Sasuke, seharusnya kau mendukungku untuk menerimanya"
"aku tidak akan mendukungmu untuk berpacaran"
"kenapa..? aku juga ingin menikmati masa muda, ingin tahu seperti apa rasanya berpacaran"
"tidak sekarang, kau masih kecil"
"Apa..? Tuhan.. apa aku terlihat kecil untukmu Tou-san?. lihat tinggiku saja melewati batas bahumu, aku tergolong tinggi bukan? Aku bukan anak kecil lagi" Sakura mengulurkan tanganya di atas kepalanya mengukur tingginya dengan Sasuke.
"dengar bagiku kau masih seorang bocah, karena di bantalmu masih ada iler, kau juga harus di bangunkan setiap pagi, kau juga masih hobi nonton film kartun dan kau juga masih memakai celana dalam bergambar hello kitty"
"Tuhan… Uchiha Sasuke…" Sakura membekap mulut Sasuke dengan tangannya, terlalu terkejut dengan apa yang baru saja Sasuke katakan, bagaimana mungkin Sasuke tega mengatakan hal itu sesantai itu. baginya Sasuke yang melihat celana dalamnya saja sudah memalukan apa lagi pria itu harus mengatakannya.
"aku sudah bilang kan pakaian dalamku akan kucuci sendiri"
"aku tidak mencucinya, kau menjemurnya di kamar mandi, bagaimana mungkin aku tidak melihatnya, celana dalam hello kitty, bra yang berenda di.."
"Pantat ayam.. berhenti bicara" sekali lagi Sakura membekap mulut Sasuke dengan tangannya.
Sakura mengerutkan alisnya kesal, ia selalu lupa untuk mengambil celana dalam yang ia jemur di kamar mandi, Okaa-sannya selalu menegurnya karena hal itu. di lihat oleh Sasuke benar-benar hal yang memalukan. Dengan wajah yang sudah memerah Sakura pun melepaskan tangannya yang membekap mulut Sasuke. Baiklah, pria itu sudah melihat pakaian dalamnya bukan? Sakura tidak harus merasa malu lagi setelah ini.
"kau lihatkan kan, kau masih bocah untuk berpacaran"
"tapi ada satu hal yang kau lupakan" potong Sakura, Sasuke menaikkan alisnya bertanya. "kau lupa aku sudah mendapati tamu setiap bulan dan kau juga lupa, aku sudah punya payudara" jawab Sakura dengan wajah yang merah, sudah terlanjur, sekalian saja ia buat malu dirinya sendiri.
Sasuke terdiam mendengar jawaban dari Sakura, ia tidak menyangka Sakura akan mengatakan hal seperti itu. "kau melihat Bra ku bukan? Jangan lupa jika bra itu juga punya isinya"
Sasuke otomatis menurunkan pandangan matanya dari wajah Sakura keleher dan tiba di tempat yang disebut oleh Sakura isi dari bra itu tadi. Sasuke tersedak pelan lalu menolehkan kepalanya kesamping. Melihat Sasuke salah tingkah Sakura pun berpuas diri, Sasuke boleh saja menganggap Sakura masih kecil karena ia masih sekolah tapi pria itu tidak tahu bahwa anak muda jaman sekarang lebih gamlang dan lebih berani.
"sudah.. pokoknya kau belum boleh berpacaran"
"aku tidak akan mendengarkanmu"
"jika kau tidak salah pagi tadi kau bilang mulai hari ini kau akan patuh padaku"
"kecuali yang ini"
"Uchiha Sakura.." tegur Sasuke tegas
"Uchiha Sasuke" Sakura pun membalas panggilan Sasuke
"kau boleh pacaran setelah kau lulus Sekolah, itu pesan dari ibumu. Kau mengerti?"
Sakura terdiam, dan mau tidak mau ia pun patuh karena Sasuke menyebutkan tentang ibunya. "ya sudah.. aku mengerti"
Sasuke tersenyum senang. "Baiklah.. kita pulang"
"malam ini kau mau makan apa Uchiha Sasuke?"
"apa yang bisa kau masak?"
"Sup Tomat"
"itu saja.."
"aku juga bisa masak ramen"
"Hn semua juga bisa memasak ramen"
.
.
TBC…
Haloha ini Fic Republish dari kak MyLittleChick yang berpair Cho Kyuhyun Shin Nara. Ok akhir kata RnR. Semakin banyak kalian Review semakin cepat saya edit dan saya publish. Ok see you
