# LIVE IN BIRD CAGE #

Chapter1:

Bird Cage

Disclaimer:

Kuroshitsuji©Yana Toboso

Live In Bird Cage©Kim Victoria

Genre:

Hurt/Comfort, Family

Rating: T

.

.

.

Don't Like? Don't Read!

.

.

.

A/N:

I no comen for this, only to the poin. Songfic with song Lucifer remix by Shinee, i'm while crazy now. Enjoy reading minna.

.

.

.

Chapter1

Bird Cage

.

.

.

Bagaimana jika hal-hal yang kau sukai itu sesuatu yang dilarang?. Apakah kau akan merutuki semua orang yang menganggap hal yang kau sukai itu sampai kapan pun atau membencinya?. Itu terserah padamu, tapi hal itu sungguh terjadi padaku. Ya...semua hal yang aku sukai dilarang. Ingin sekali aku rasanya membakar rumahku, lalu ikut terbakar didalamnya.

Aku Ciel Phantomhive, seorang gadis remaja berumur 15 tahun. Setiap harinya aku akan merasa kesal. Itu dikarenakan semua hobi, dan hal-hal yang aku sukai dilarang oleh orang tuaku. Apa mereka tidak sadar, mereka sudah membuat anak-nya ini seperti hidup dalam sangkar?. Aku memang berterimakasih pada mereka, karena telah membuatku bisa berada di dunia ini, tapi pelarang mereka yang sangat aku benci.

Hobiku adalah menyanyi, menulis, mendengarkan, menggambar dan membaca, begitu lah penjelasan ambigu-nya. Aku sangat suka menyanyi dikarenakan memang suraku yang menurutku, bagus.

Sayangnya, suara bernada tinggi milikku ini selalu jadi bahan ledekan dan ejekan orang tuaku sendiri. Apa mereka pikir ini lucu?, mereka selalu berkata "Kau ini mau jadi penyanyi?, suaramu terlalu jelek." Siapa yang tak kesal mendengar perkataan yang sungguh menusuk hati ini?. Setiap aku mendengarnya pasti aku cuma diam, tapi jika sudah ada di kamar. Aku pasti akan meninju bantalku sampai memakan waktu setengah hari.

Hobi keduaku adalah menggambar. Aku terus berangan-angan suatu saat nanti aku bisa menjadi seorang mangaka di negara matahari terbit. Setiap ada waktu senggang di kelas aku pasti menggambar sketsa-sketsa wajah karakter anime yang aku sukai. Seperti Naruto, dan Sasuke dari anime naruto. Atau bembuat sketsa-sketsa pakaian. Jika guru menjelaskan pelajaran yang menurutku membosankan dan tidak penting, aku pasti melakukan hobiku yang satu ini.

Namun saat pulang sekolah, tepatnya di rumah aku tidak akan bisa leluasa untuk melakukan hobiku tuaku sangat menentang keras hobiku ini.

Aku juga tidak tau kenapa, tapi yang jelas dengan ini rasa benciku bertambah pada mereka. Khususnya ayahku yang sangat membenci anime. Mereka selalu berkata, "Kalau memang kau suka melukis, lebih baik kau masuk ke sekolah kesenian dan jangan ke sekolah pariwisata yang tidak ada hubungannya dengan kebiasaanmu mencoret-coret kertas itu." Arrr...ini makin membuatku jengkel!. Pasalnya ini hanya hobi yang ingin aku kembangkan. Tapi mereka menyangkut pautkannya dengan bidang studiku.

Jadi hanya di waktu tidak ada ayah saja aku mempunyai waktu untuk mengambar. Ibuku memang tak terlalu melarang hobiku ini, tapi jika melihatku setiap hari melakukanya bisa saja buku sketsaku di buang olehnya. Alhasil setiap malamnya aku hanya tidur empat jam karena ingin melaksanakan hobiku ini.

Hobi ketigaku adalah membaca komik dan cerpen elektronik yang aku download di hpku. Sekali saja ayah memergoki aku membaca komik apa pun itu, pasti ayah akan membakar atau mensobek-sobeknya. Seperti halnya yang terjadi pada kakakku Lizzie.

Kak Lizzie pernah sekali ketauan memabaca komik dikamarnya yang menyebabkan nilai ulanganya menurun, dan langsung membakar komik itu di halaman rumah. Apa itu masalah, jika nilai ulanganmu berkurang walau hanya sedikit?. Hal ini juga yang menyebabkan aku berhati-hati menyembunyikan semua komikku di bawah kasur.

Sedangkan tentang cerpen elektronik itu, aku rutin selalu membacanya di hp jadulku setiap tiga hari sekali. Mereka juga marah-marah. Mereka bilang, "Kau itu seperti baru saja memiliki hp, padahal sudah dari lama kau memilikinya." Itu sebenarnya salah mereka tidak mau membelikanku sebuah modem untuk browsing di internet, aku memang sudah mempunyai dua komputer, dua printer dan satu laptop tapi, apa gunanya jika tak dilengkapi dengan modem?. Mereka terlalu pelit dan hanya memikirkan hal yang rumit.

Mereka tidak tau jika efek membaca cerpen elektronik yang ada di hpku itu berdampak besar. Nilai ulangan bahasaku jadi sempurna. 9,9. Nilai yang paling tinggi untuk pelajaran bahasa dibandingkan dengan semua teman-temanku di kelas. Karena hobiku ini lah aku terus jadi siswi kebangga-an guru bahasa karena, cerpen dan puisi-puisiku yang diaku-i kwalitasnya oleh guru itu.

Hobi keempatku mendengarkan. Aku sangat menikmati mendengarkan lagu melewati radio yang ada di hpku. Lagu-lagu yang tak akan pernah habis untuk aku download karena saking banyaknya. Dipagi hari aku sengaja terus-menerus bangun jam 4.30, untuk stand by mendengarkan saluran radio yang aku sukai, sampai jam 7.30 am.

Orang tuaku terus saja memarahiku dan mewanti-wanti diriku, bahwa aku perempuan dan harus bisa bangun pagi. Ah...mereka tak tau aku ini selalu tidur empat jam dan bangun jam setengah lima pagi. Kadang-kadang aku juga bisa bangun jam satu pagi jika tak melakukan hobi menggambarku.

Bisa juga aku mendengarkan radio dari jam sembilan sampai jam dua belas malam atau lebih dan tidur jika merasa sudah letih. Dengan kebiasaanku ini aku jadi terbiasa untuk tidur hanya empat jam. Tapi jika aku benar-benar sudah letih dan lunglai, aku pasti akan memilih tidur seharian saat libur dari pada membantu orang tuaku di rumah.

Mereka tak tau jika dengan mendengarkan radio aku bisa selalu bisa mendapatkan imformasi terbaru yang menyamai temanku yang mengetahui informasi itu melalui internet.

Hobi kelimaku menulis. Aku sering menikmati waktu senggang di rumah dengan menulis cerpen di komputer lalu meng-updatekan-nya ke sebuah situs di internet. Hanya hobiku yang satu ini saja yang aku bisa lakukan terang-terangan. Hampir setiap pulang sekolah atau libur aku menghabisakan waktu lima setengah jam di depan komputer.

Orang tuaku juga marah. Mereka bilang aku kurang pergaulan. Itu salah mereka yang terlalu mengekangku!. Tidak boleh berjalan-jalan di luar rumah, tidak boleh mampir ke rumah teman, kerena menurut mereka menyesatkan, tidak boleh mempunyai facebook, karena menurut mereka bisa menjerumuskan aku dalam pergaulan bebas. Jadi apa yang saja yang bisa aku lakukan di rumah?, bengong saja begitu?.

Lain lagi dengan semua hal yang aku sukai. Aku sangat menyukai lagu-lagu Kpop, Jpop dan DJ. Mereka sangat tidak bisa membaca isi hatiku. Mereka bilang, "Selera lagumu jelek sekali, lebih bagus lagu-lagu S*ela*n 7.". Arr...meraka itu tak tau perkembangan jaman!, jelas band yang mereka bilang itu penjualan copy cd-nya lebih sedikit dari para penyanyi Kpop dan Jpop, dan musik DJ lebih disukai semua orang di dunia.

Jika sudah mengusut tentang lagu kesukaanku ini, aku pasti akan beradu mulut selama satu jam dengan orang tuaku itu. Aku rutin selalu untuk Itu pun aku selalu mencari celah untuk keluar dari rumah. Dan kira-kira selalu memakan waktu dua jam, termasuk untuk mengupdate semua cerpen-cerpenku.

Tapi sesampainya dirumah aku pasti akan dimarahi habis-habisan. Mereka selalu saja tak bisa mengerti aku. Jika memang ingin melihatku setiap saat dirumah belikan saja aku modem!. Aku ini sudah melakukan semua perintah mereka kecuali untuk yang satu ini karena rasa sesak yang aku rasakan dirumah karena terhimpit larangan-larangan yang seperti sangkar burung yang makin lama mengecil dan tak akan muat lagi untuk burung yang ada di dalamnya karena terus berkembang dan besar.

Sebagai anak mereka aku merasa ini terlalu mengekangku yang sudah berumur 15 tahun. Lihat aku sudah dewasa sekarang bukan anak-anak lagi!. Mereka memang sudah melimpahkan semua kasih sayang dan memberikan semua keperluanku (kecuali modem tentunya). Tapi pelarangan mereka yang membuatku benci setengah mati pada mereka.

Dan ada lagi satu larangan yang selalu membekas di pikiranku. Tidak boleh berpacaran kecuali sudah berumur 22 tahun!. Mereka sangat kukuh dengan satu larangan ini apa pun yang terjadi. Mereka sering berkata, "Jika kau lebih memilih berpacaran dalam umurmu sekarang, lebih baik kau berhenti bersekolah dan langsung menikah." Mungkin bukan aku saja yang berpikir bahwa larangan yang satu ini sangat kejam.

Tidak taukah mereka, jika berpacaran itu bisa menjadi suatu yang positif dan meningkatkan warna hidup seseorang yang monoton. Sama halnya seperti perkerjaan menjadi sales. Kita menawarkan barang pada pembeli, sama halnya seperti kita menyatakan cinta kita pada seseorang. Itu sebenarnya sebuah patokan. Seberapa berharganya kita dimata orang lain.

Begitu juga dengan pekerjaan orang-orang di bidang pariwisata. Mereka menyambut orang-orang asing ke daerah asal mereka dengan senyum. Menawarkan sejuta pemandangan baru pada para turis asing. Dan diakhirnya mereka akan mendapatkan bayaran sebagai tanda terimakasi atas jasa dan keloyalitas mereka.

Ini juga sama dengan pernyataan cinta. Kita menyatakan cinta pada orang yang baru mengisi hati kita dengan senyum penuh arti, orang baru yang ada di dalam hidup kita. Menawarkan rasa cinta yang ada di hati kita ke orang itu. Dan diakhiri dengan bayaran tercapainya rasa cinta kita pada orang itu lalu menjalani hidup bersama.

Sama bukan?, ini lah pelajaran yang aku dapat dari memantau semua orang yang kebebasannya tak terkekang seperti aku. Namun ada orang yang terlalu bebas dan tidak mau memikirkan sebab akibat terlebih dahulu sampai mereka terjerumus dalam pergaulan bebas.

Ini lah yang ditakutkan orang tuaku. Aku tau mereka menyanyangiku, tapi tak usah lah mereka mengekangku seperti ini. Aku hidup di negara metropolitan tapi aku merasa seperti berada pada jaman romusa. Akan kah suatu saat nanti aku bisa bebas dari sangkar ini?, hanya Tuhan yang tau nasibku kedepanya.

Mulai sekarang sebenarnya aku terus menasehati diriku sendiri. Pada saat aku menikah nanti dan mempunyai anak, aku tidak akan mengekangnya dalam beberapa hal. Yaitu hobi-nya, hal-hal yang disukai-nya, dan kebebasannya.

Tiap orang berhak atas kebasan hak hidupnya. Aku akan berusaha untuk melengkapi semua kebutuhannya, dan melengkapi-nya dengan pendidikan sesuai jalur yang dipilihnya. Tidak seperti aku sekarang. Aku masuk dalam dunia pariwisata itu di kerenakan semua hal yang bisa menunjang hidupku telah dikekang.

Bisa saja bila aku disekolahkan di Jepang, aku bisa menjadi mangaka bahkan memiliki sebuah anime karyaku sendiri atau menjadi seorang . Jika hobiku menulis cerita tidak dilarang, aku bisa mencoba mengirimkan hasil karyaku ke sebuah agensi penerbit, dan kemungkinan aku bisa menjadi pengarang novel yang digemari anak-anak muda.

Atau jika aku bisa bersekolah di korea bisa saja aku menjadi penyanyi terkenal. Hanya saja orang tuaku tidak membekaliku dengan pemdidikan yang baik, dan membuatku harus memilih jalan yang mereka tentukan walau aku terpaksa.

Inilah kehidupanku yang terkekang di dalam sangkar. Tak bisa keluar kandang sampai umurku cukup. Apa boleh buat, aku hanya bisa berharap pada raja malam dan angin yang berhembus, untuk memberikan aku sedikit kebebasan yang akan menghiburku di sela-sela keterpurukanku.

.

.

.

To Be Continue_

.

.

.

A/N: Ini hanya sekedar curhatan dariku. Semua isi fic ini mencerminkan kehidupanku yang benar-benar terkekang habis-habisan. Maka dari itu saya jadi super katrok mengenai internet dan semacamnya. Hidup saya nelangsa, bagi readers yang sudi memberikan review, tolong berilah saya semangat untuk hidup. Akhir kata, sampai jumpa pada chapter selanjutnya.