I Can Show You, Why do Love You

Chapter 1: Meeting..

Author : Aya Kuchiki

Disclaimer : punya Ay lah, tolong… digebukin fansnya om tite

Iye2.. Ni punya om tite kubo, Ay cuma author imut

Yg minjem tokoh2nya ditimpuk sandal ma om tite

Pairing : IchiRuki 4 ever

Tadinya pengen bikin oneshoot, tapi kayanya bukan deh. Hiks….

Oiya, ini adalah RUKIA'S POV.

Kalau ada POV lain, akan ada !

Okkkkkk!! R&R ok!

.: Cahpter One .:

Aku termenung sambil melihat ke arah langit dari jendela yang berada tepat di sebelah tempat dudukku. Indah sekali langit hari ini, tapi kenapa seperti ada yang hilang ya? Rasanya ada bagian dari hidupku yang hilang, terhapus entah oleh apa. Padahal kehidupanku cukup bahagia, ya walaupun kedua orang tuaku meninggal sejak ku kecil, tapi aku mempunyai kakak yang sangat menyayangiku, teman2 yang setia padaku, prestasi akademikku pun cukup baik, tapi aku seperti kehilangan sesuatu yang berharga.

" Anak2, hari ini kita kedatangan murid baru dari Kyoto. Segera perkenalkan namamu."

" Namaku Kurosaki Ichigo.". Anak yang cukup aneh, batinku saat ini karena warna rambutnya seperti jeruk tapi namanya stawberry. Hahaha,, tanpa sadar aku tersenyum.

" Kurosaki, kau bisa duduk di belakang Kuchiki san.". Loh, namaku ko disebut. Oiya, pantas saja. Karena bangku yang kosong, hanya tinggal bangku di belakangku. Saat dia, ehm.. maksudku Kurosaki, menuju bangkunya, aku melihat dia menatapku dengan tajam. What's the hell?? Ada apa denganku? Kenapa dia menatap sisnis begitu padaku. Dasar strawberry aneh..

Saat istirahat

" Rukia, ke kantin yu!"

" Aku tidak lapar Momo, kau ke kantin duluan saja ya, tidak apa kan?"

" Ya sudah, kau ingin menitip sesuatu?"

" Ehm.. tidak usah. Terima kasih.". Momo lalu pergi ke kantin bersama Tatsuki. Hbufh.. sepi, nyaman. Aku memang lebih menyukai susana sepi , berada di keramaian membuatku ingin menedang semua orang yang ku temui.. Lagi2 aku memandang langit, indah.. Tapi aku merasakan ada yang kurang? Hah,, ada apa sih denganku ini? Apa yang kurang sih?! Bisa stress aku! Aku lalu memutuskan untuk ke perpustakaan, aku ingin mendapat suasana yang lebih sepi, dan perpustakaan adalah tempat yang paling bagus.

Aku mulai mencari tempat nyaman untuk membaca. Aku menemukan temapt di ujung perpustakaan.' Tempat yang bagus'. Aku mencari buku apa yang akan ku baca. Aku tidak menyadari bahwa daritadi ada yang terus mengamatiku. Aku lalu mencoba mengambil novel 'Memories'. Tapi karena tempatnya yang cukup tinggi, aku tidak bisa mengambilnya, walaupun aku sudah berusaha dengan melompat, tetap saja tidak bisa.

" Ini..".

" Eh.." ternyata strawberry itu, maksudku Kurosaki yang mengambilkan buku itu untukku.

" Kau tetap sama seperti dulu, bahkan kau tetap midget. Hehe..", dia mengucapkannya dengan pelan tapi masih bisa terdengar olehku. Midget??!! Kurang ajar!

" Heh, kau bilang apa barusan?!"

" Apa? Aku tidak bilang apa2.", dia mengucapkan hal itu dengan tampang innoncent, membuatku ingin menghajarnya di tempat.

" Jangan bohong strawberry?!"

" Strawberry?? Dasar midget.". dia lalu berjalan dan pergi meninggalkan aku. Aku tidak terima.

" Hei, jeruk purut tunggu! Kau tidak boleh pergi seenak jidatmu?!", aku berusaha mengejarnya. Dan tanpa ku duga, dia berbalik dan menarik tanganku, dia menarikku ke tempat yang sangat sepi yang berada di bagian belakang perpustakaan.

" Apa maumu?", tanyanya setelah melepaskan tanganku.

" Apa maumu? Harusnya aku yang bertanya seperti itu baka?!", aku benar2 kesal dengan kelakuan anak baru ini.

" Kau ingin tau mauku?", dia mendekat padaku. Aku terdesak dan bersandar di dinding, sial tidak ada jalan lain lagi. Perlahan2 dia mendekatkan wajahnya padaku, dan.. TIDAKKK!!!!! Dia menciumku! Kurang ngajar! Tapi, kenapa ini? Kenapa aku tidakmenolaknya? Kenapa aku merasa senang dengan ciuman ini, aku merasa nyaman, aku merasa mendapatkan kembali sesuatu yang sepertinya hilang dari memoriku. Ada apa ini? Kenapa seperti ini? Kenapa rasanya hidupku sekarang lengkap? Apa ini adalah bagian yang hilang dari diriku? Apa laki2 ini, Kurosaki Ichigo adalah bagian yang hilang dari hidupku?

Setelah menciumku sekitar 3 menit, dia mengakhiri ciumannya, dan membisikkan sesuatu di telingaku.

" Aishiteru Rukia.". Aku benar2 terkejut, kaget, tentu saja! Bagaimana tidak, ini hari pertama aku mengenalnya, dia lalu menciumku dan menyatakan cinta padaku, hanya ada satu hal di otaku, dia pasti gila! Tapi, lagi2 aku merasakan ini adalah sesuatu yang selama ini ku tunggu. Kenapa? Siapa Kurosaki Ichigo sesungguhnya?! Setelah membisikan kata itu, dia lalu pergi meninggalkan aku.

" Tunggu Ichigo!". Ichigo? Kenapa aku memanggilnya dengan nama depan? Seperti aku sudah lama mengenalnya dan terbiasa memanggilnya dengan nama itu.

" Ada apa?" dia berbalik menghadapku seolah2 tidak pernah terjadi apa2.

" Apa maksudmu dengan semua ucapan dan tindakanmu?!"

" Maaf, aku tidak mengerti maksudmu.", dia memasang kembali wajahnya dengan tampang TIDAK TAHU APA2, membuatku benar2 ingin menghajarnya. Aku lalu menendang kakinya,dan tidak mungkin.. kakiku langsung berdarah..

" Aww…"

" Rukia,,", dia terlihat sangat khawatir, yang terakhir ku lihat adalah wajahnya yang mengkhawatirkan diriku. Dan semuanya menjadi gelap.

Saat aku membuka mataku, aku sudah berada di tempat asing, tunggu bukankah ini adalah atap sekolah? Kenapa aku ada di sini? Bukankah harusnya tadi aku ada di perpustakaan. Lalu aku melihat apa yang menjadi penyangga tiduku, dada bidang seorang laki2. Jangan2?

" Hei, kenapa aku ada disini?"

" Kenapa? Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau tiba2 tidur dalam pelukanku?". Aku pun tersadar bahwa posisiku masih berada dalam dekapan Ichigo.

" Kau..", aku melepakan diriku dari dekapan Ichigo, Ichigo hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban atas pertanyaanku.

" Kenapa aku bisa ada di sini, Ichigo?"

" Sudah ku bilang tadi kau tertidur dalam pelukanku, makanya aku membawamu ke sini, aku tidak ingin mengganggu tidurmu,", ucapnya sambil tersenyum jahil.

" Jangan bohong jeruk!", tunggu, aku ingat, tadi aku menendang kakinya dan kakiku langsung berdarah, aku memandang !! Kakiku sama sekali tidak terluka. Ini tidak mungkin, aku yakin tadi kakiku mengeluarkan darah yang cukup banyak.

" Aku tidak bohong."

" Aku ingat, bagaimana kakiku bisa menjadi seperti ini?! Tadi kakiku berdarah, tapi sekarang kakiku sama sekali tidak berdarah dan tak ada luka sedikitpun."

" Kau bermimpi,"

" Aku tidak bermimpi! Jelaskan padaku Ichigo, apa yang sebenarnya terjadi!?" Aku benar2 tidak tahan, aku harus mendapatkan jawaban atas apa yang terjadi hari ini padaku.

" Aku tidak tau."

" Siapa kau sebenarnya Ichigo?!"

" Kau benar2 tidak ingat padaku ya?". Tunggu, apa maksud ucapannya? Kenapa ia berbicara seolah-olah aku sudah lama mengenalnya?

" Apa maksudmu?"

" Sudahlah bukan apa2.", dia lalu berdiri dan lagi2 pergi meninggalkanku dengan ribuan pertanyaan di otakku yang tak dijawab olehnya. Aku berdiri mengejarnya dan menarik tangannya.

" Aww..", tangannya sangat dingin, saking dinginnya, aku seperti merasa memegang es.

" Kau tidak apa2?", wajahnya menunjukan sedikit kekhawatiran.

" Kenapa tanganmu sedingin itu? Siapa kau Ichigo ?"

" Sudahlah, cepat ke kelas sana." Dia lalu pergi meninggalkanku lagi.

" Kau harus menjelaskan semua ini padaku Ichigo?!", dia berbalik dan menatapku dengan tajam.

" Apa yang harus aku jelaskan Rukia?"

" Jelaskan apa yang terjadi, kenapa kau melakukan semua ini? Siapa kau sebenarnya?"

" Karena aku mencintaimu..", setelah mengucapkan itu dia langsung pergi lagi.

" Tunggu, kalau begitu jelaskan padaku, kenapa kau mencintaiku?!", Ichigo, jawab aku, pikiran ini memenuhi kepalaku, apa sebenarnya yang terjadi padaku, kenapa aku merasa kau adalah sesuatu yang pernah hilang dalam hidupku.

" Aku tidak bisa.."

" Kau harus bisa. Aku tidak suka ada orang yang tidak menjawab pertanyaanku!"

" Kalau begitu, kau harus mulai membiasakan diri tidak mendapatkan jawaban dariku atas pertanyaanmu.", dia tersenyum sambil meninggalkan aku. Aku terdiam, aku tidak tahu apa yang harus aku katakana padanya lagi. Aneh.. Siapa kau Ichigo, kenapa aku merasa sudah lama mengenalmu? Kenapa?!

" Kau tidak pernah berubah Rukia.."

Aku segera kembali ke kelas. Aku terlambat pada pelajaran Ochi sensei, menyebalkan! Aku terpaksa berdiri di koridor kelas sepnjang pelajarannya. Lihat saja! Gara2 Ichigo, aku jadi seperti ini. Akan ku balas dia.

" Rukia, kenapa kau terlambat tadi. Memangnya kau habis kemana sih?"

" Maaf Momo. Tadi aku ke perpustakaan, dan aku tertidur di sana.". Aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya pada Momo, lagipula aku sendiri tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Argh… Ichigo kurang ngajar!!

" Ya sudah, ayo kita pulang Rukia.", ajak Momo.

" Ayo.", aku berjalan pulang bersama Momo. " Oya, Momo. Apa tadi Ichigo kembali ke kelas setelah istirahat?"

" Hmm.. Ichgo?? Maksudmu Kurosaki kun?" . Momo memandang heran padaku.

" Ah.. Iya, maksudku Kurosaki.", ah dasar Rukia no baka, kenapa ku malah mengucapkan nama depan Ichigo.

" Ya, dia masuk lalu keluar lagi, sepertinya dia tidak enak badan lalu minta izin pulang pada Ochi sensei."

" Oh..", sakit? Cih, mana mungkin! Tadi saja dia baik2 saja!

" Oya, kenapa kau menanyakan Kurosaki kun, Rukia?"

" Ah,, tidak, aku hanya ingin tahu saja." Fuih,, hampir saja.

Aku merenung dalam kamarku, mengingat semua kejadian hari ini. Mulai pertemuanku dengan Ichigo di kelas, dia menatapku dengan tajam seolah kami saling mengenal satu sama lain sebelumnya, lalu sat di perpustakaan, kenapa dia menciumku?menyatakan cinta padaku ? Kurang ngajar memang, tapi kenapa aku senang? Kenapa aku bahagia, kenapa seakan akan itu adalah sesuatu yang kutunggu selama ini, kepingan dari kehidupanku yang pernah hilang? Kenapa? Arggghhhhh.. Ichigo no baka!

" Aduh.. Kenapa aku bisa lupa seperti ini?!", aku mendengan Hisana, nee san ku berteriak dari kamarnya. Aku lalu memutuskan untuk melihat ke kamarnya.

" Nee san, ada apa? Boleh aku masuk?"

" Eh, masuk Rukia. Maaf ya, aku jadi membangunkan tidurmu.". Aku memasuki kamar nee san ku, dia sedang duduk di depan komputer, sepertinya dia masih membuat cerita, maklum dia adalah penulis cerita bersambung di salah satu majalah.

" Tidak ko, aku tadi belum tidur. Nee san kenapa?"

" Huh, aku memang bodoh! Aku lupa belum memprint ceritaku untuk minggu ini. Padahal besok pagi aku harus menyerahkan print out nya pada bagian redaksi. Mereka tidak ingin dalam bentuk cd. Dan kau tahu, kertas habis. Aku benar2 bingung Rukia, apalagi tulisanku belum selesai karena mati lampu tadi semua yang ku tulis jadi hilang."

" Ya sudah nee san, biar aku yang pergi membeli kertas. Nee san teruskan saja menulisnya."

" Tapi Rukia, sekarang sudah jam 10 malam."

" Tenang saja nee san, tempatnya kan dekat, hanya di ujung jalan. Setelah membelinya aku akan segera pulang."

" Mmm.. Baiklah. Arigato Rukia."

" Hai.. Aku berangkat."

Aku berjalan menyusuri jalan di depan rumahku. Aku hanya tinggal berdua dengan nee san ku karena otosan dan okasan sudah meninggal sedari aku kecil, melihat mereka saja aku belum pernah, aku ingin melihat mereka, hmphh,, sepertinya itu tidak mungkin. Tapi aku percaya mereka akan selalu melihat dan menjagaku dari sana, di tempat yang akan kutuju setelah kontrakku di dunia habis. Tak terasa aku sudah tiba di stationery yang berada di ujung jalan. Tapi, celaka, ternyata tokonya sudah tutup. Aku melihat jam, ah sial, aku tidak membawa hp dan memang aku memang tidak pernah memakai jam tangan yang membuatku bergantung pada hp sebagai penunjuk wktu satu2nya dan sekarang hp itu tertinggal di rumah yang dengan sukses membuatku buta akan waktu saat ini. Jalan satu2nya adalah segera pergi ke toko di pusat kota yang buka 24 jam. Aku harus segera.

Ah, untung saja tokonya memang 24 jam dan aku berhasil mendapatkan kertas yang di butuhkan nee san. Aku harus segera pulang, nee san pasti cemas. Aku memandang sekeliling ku, pusat kota memang selalu ramai, tapi aku benci keramaian, apalagi keramaian yang ini, karena aku perkirakan ini hampir tengah malam dan banyak pemuda yang sedang mabuk di pinggir2 jalan. Kami sama lindungi aku.

" Hei, nona cantik. Ayo kesini, temani kami minum.". Aku mempercepat langkahku, berusaha menghindari dari para pemuda yang sedang mabuk itu. Tapi aku terlambat, tanganku ditahan oleh pemuda itu.

" Hei, lepaskan tanganku!" aku berusaha melepaskan tanganku. Cih sial, aku tidak akan bisa melawan mereka. Aku tidak mungkin melawan ketiga pemuda itu.

" Nona, jangan terlalu galak.", pemuda kedua menyentuh pipiku.

" Jangan sentuh aku!"

" Wow nona, kau semakin terlihat cantik saat marah!"

" Cih, mengganggu gadis yang berjalan seorang diri ya? Dasar sampah!". Aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang datang. Ichigo..

To be continue

Hah.. Lagi-lagi dipotong …

Maafkanlah author geblek satu ini yang ga pernah beres!!

Ya sudah,,, Ripiu aja deh..

Kasih saran ya..

Enaknya ni fic lanjutannya gimana??