Prince

Park Woojin X Park Jihoon

Genre: Romance, Royal AU.

Warn: !!BL, !!Some words in English Language

By. Senlgi

Happy Reading!

Pangeran.

Satu kata yang dapat menimbulkan berbagai topik default lainnya, entah itu positif maupun negatif. Banyak orang katakan menjadi pangeran itu adalah hal yang paling tidak nikmat di dunia, kau terpilih dilahirkan dari darah Raja dan kau akan meneruskan tahta ayahmu, mengendalikan beberapa kepemilikan ayahanda.

Hidupmu akan rumit karena tidak bebas dari segala hal, konon katanya.

Masih di Pangeran. Kau pasti bisa mendapatkan segala kenikmatan yang kau inginkan tanpa bersusah payah berusaha, kau pasti bisa berbelanja seenaknya, kau bisa makan sepuasnya, kau bisa menikahi Tuan Putri atau Pangeran lainnya. Hal itu semua mimpi lelaki di Negeri ini.

Pangeran itu sempurna, konon katanya.

Anak dari Raja Park adalah lelaki yang memiliki paras yang manis nan tampan, Pangeran di Negeri ini. Pangeran Jihoon.

Jihoon adalah Pangeran yang sungguh rendah hati. Menghabiskan waktu belajarnya di sekolah umum, bukan di sekolah privat. Jihoon selalu tersenyum ramah kepada orang disekitarnya, Jihoon sangat dicintai oleh banyak orang, hampir tidak ada satu pun siswa tidak mendekatinya ketika saat Jihoon sekolah dulu. Kini sang Pangeran lebih fokus untuk membantu sang Raja.

Jihoon dikaruniai berparas yang sangat memabukkan banyak orang. Berkali-kali Jihoon mendapatkan surat cinta, pernyataan cinta, cokelat-cokelat, dan hadiah. Ia menolaknya.

Walaupun begitu,

Jihoon juga manusia, memiliki perasaan. Iya.

Jihoon pernah menaruh rasa cinta di seorang pemuda di sekolahnya dulu atau mungkin sampai sekarang. Pemuda itu tidak terlalu tampan, wajahnya lumayan. Pemuda itu sangat dingin, tidak pernah menyapa Jihoon kecuali pada saat guru menyuruhnya. Hanya pemuda itulah yang tidak begitu perduli akan posisi Jihoon sebagai Pangeran.

Jihoon suka itu.

Pemuda itu selalu membawa rekorder musik di tangannya, mendengarkan lagu dari mp3 itu dengan earphone. Pemuda itu seringkali bermain futsal dengan teman sepergaulannya. Pemuda itu memiliki kulit yang tidak terlalu putih, kulitnya sedikit gelap. Yang lebih membuat Jihoon menyukainya pemuda itu adalah senyuman khasnya, saat lelaki itu tertawa atau tersenyum sumriah, gigi gingsulnya itu membuat Jihoon tersipu.

Saat melihat pemuda itu rasanya Jihoon melihat ombak lautan yang bergelombang beraturan tenang, hal itu membuat Jihoon damai. Melihat pemuda itu bagaikan damai.

Jihoon tidak pernah memiliki kesempatan untuk berbicara dengan pemuda itu karena biasanya orang yang mengajaknya terus-terus untuk berbicara lebih duluan. Pemuda itu jarang memperlihatkan wajahnya di sekolah. Jihoon bahkan tidak tau siapa nama pemuda tersebut.

Itu sudah lewat dua tahun yang lalu dan Jihoon masih menaruh rasa kepada sang pemuda itu.

Seringkali ketika Jihoon memiliki waktu luang, ia menggambar skektsa dari wajah pemuda itu di buku gambarnya. Seperti sekarang ini.

"Pangeran Jihoon" panggil salah satu pelayan di kastil, menginterupsi Jihoon yang sedang menggambar.

Jihoon menutup buku gambarnya, berhenti untuk menggambar, menoleh memberikan senyuman yang ramah kepada pelayan itu.

"Anda di panggil oleh Raja untuk makan malam bersama keluarga Raja Kang" Lanjut pelayan itu.

"Thank you, Mrs. Park"

Jihoon berdiri, merapikan jas setelannya.

"Saya akan mengantar anda, Tuan Jihoon"

"Itu sangat baik, Mrs. Park, tapi saya tidak perlu, saya bisa sendiri"

Jihoon membungkuk kepada Mrs. Park itu sebelum pergi.

Jihoon berjalan menuju ke ruang makan. Jihoon berhenti pas di depan pintu yang tertutup itu, dapat mendengarkan suara tawa kecil dan percakapan di dalam ruang tersebut. Jihoon berdehem jengkel karena ia tau alasan dari makan malam bersama ini bertujuan untuk menjodohkan Jihoon dengan anak dari Raja Kang.

Menurutnya ia bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain, Ayahnya seharusnya tidak perlu mencampuri urusan pribadi percintaan Jihoon. Jihoon tidak begitu naif, ia akan berinisiatif menolak perjodohan konyol ini jika ada yang membawa-bawa kata 'jodoh'.

Jihoon membuka kenop pintu itu. Pintu itu terbuka dan semua mata ada pada dirinya. Semua orang di dalam ruangan berhenti berbicara karena melihat Jihoon yang berjalan dengan elegannya ke samping Ayahnya.

Ayahnya lalu berdiri dan tersenyum. Berdehem sekilas untuk mendapatkan perhatian.

"Tuan dan Nyonya, perkenalkan anak saya, Pangeran Jihoon"

Jihoon membungkuk kepada semua orang yang duduk di meja makan. Tidak ada yang membalas salam bungkuk dari Jihoon, mereka lebih mengangukkan kepalanya sekali dan memberikan senyuman tipis.

Tidak memiliki tata krama, pikir Jihoon.

"Kau bisa duduk tepat di hadapan lelaki bersurai Hazel kecokelatan"

Jihoon menuruti perintah Ayahnya. Duduk di depan lelaki bersurai Hazel kecokelatan itu. Lelaki itu sangat tampan, bahunya sangat besar sepertinya lelaki itu lebih tua darinya.

"Perkenalkan anakku juga, Pangeran Daniel"

Wanita itu mengelus surai lelaki itu sembari berbicara.

"Saya harap kalian berdua bisa akur dengan cepat" Sambung wanita itu.

Nampaknya Pangeran Daniel itu memberikannya senyuman yang begitu hangat, matanya menyipit seperti bulan sabit dan dua giginya bak kelinci itu ia perlihatkan. Tampan iya tampan, Jihoon akui.

Jihoon membalasnya dengan senyuman ramahnya.

Keluarga Jihoon dan keluarga Kang menyantap makanannya. Raja Park dan Ratu Kang membahas hal-hal yang lumayan konyol dan Jihoon tidak perduli. Ia hanya duduk menyantap makanannya, menunggu kapan makan malam ini akan berakhir karena Jihoon tidak sabar melanjutkan gambaran-gambaran lainnya.

Dua puluh menit berlalu dan percakapan diantara kedua orang itu tidak kunjung berhenti.

Jihoon melirik jam tangannya. Ia sungguh bosan tapi senyumannya masih terpahat baik di wajahnya.

"Can you give me a tour in here" Ucap Pangeran Daniel.

Jihoon tidak terlalu mendengarkan ucapannya.

"Pardon?"

"Aku bilang, apa kau bisa memberiku sedikit tur di kastil ini"

Jihoon tersenyum.

Mungkin ia bisa melarikan diri dari ruang makan.

"Of course"

Suara kursi itu berdenyit karena Jihoon berdiri dan disusul oleh suara kursi lainnya yang berasal dari kursi Daniel membuat kedua orang yang larut dalam percakapannya itu menoleh melihat mereka.

"Kalian ingin kemana?" Tanya Ratu Kang.

"Saya akan memberikan tur kecil untuk anak anda, Pangeran Daniel"

"Oh, begitu"

"Kalau begitu, kami permisi sebentar" Jihoon membungkuk permisi kepada mereka berdua sebelum pergi. Daniel ragu untuk membungkuk tapi di ujungnya ia tidak membungkuk, hanya memberikan senyuman.

Jihoon dan Daniel berjalan bersampingan.

"Jadi, seperti yang anda lihat, tempat ini adalah ruang figura.. lukisan-lukisan wajah dari semua Raja, anda jug—"

"Bisakah kau tidak memakai embel 'saya', 'anda' itu terdengar aneh"

Sejenak Jihoon terkejut, apa orang ini tidak diajar tata krama di sekolah?

Jihoon mendengus, "Manners maketh Man" Ujarnya tegas.

Jihoon kembali berjalan lebih dahulu, Daniel terpukau dengan ucapan Jihoon yang begitu bijak. Sangat menarik baginya.

Daniel melongo di tempat. Jihoon menoleh, "Masih ada banyak ruangan yang harus saya perlihatkan, maka dari itu cepatlah sedikit"

Daniel langsung mengikuti Jihoon. Semua ruangan kecuali ruangan privat, Jihoon perlihatkan kepada Daniel.

Daniel melarangnya memakai bahasa yang formal nan baku tapi Jihoon tidak memiliki intensi untuk meruntuhkan bahasa yang ia gunakan.

Mereka duduk di bangku taman.

"Aku belum mengenalmu jauh lebih dalam, you have to know that I really want to know about you more deep" Kata Daniel.

"What do you want to know about me?"

"Semua"

Jihoon mendengus kesekian kalinya. Menurutnya perkataan Daniel itu konyol dan sedikit kuno.

"Baiklah, saya akan berusaha"

"Kau tidak ingin mengenalku juga? Lebih dalam?"

Percaya diri yang berlebihan. Betapa arogannya.

"Saya ingin, tapi tidak terlalu dalam"

"Interesting"

"Apa yang menarik?"

"Sikapmu, bukankah sedikit berlebihan? Kau bisa bicara non-formal kepadaku, itu tidak apa-apa"

"Sepertinya itu tidak sopan, apalagi untuk pertemuan pertama"

Daniel bungkam.

Ada sesuatu di Jihoon yang ia ingin gali dari dirinya. Seperti penasaran dari wujud asli di belakang topengnya. Daniel ingin tau sikap Jihoon kalau menjadi Jihoon, bukan Pangeran Jihoon.

"Maaf saya mengganggu kalian, Raja Park memanggil kalian" Ucap Mrs. Park.

Mereka pun berdiri, tidak lupa Jihoon membungkuk ke Mrs. Park sebelum pergi berpamitan.

Daniel kagum dibuat Jihoon. Apa kekurangan dari Jihoon ini? Etikanya tidak perlu ditanyakan. Wajahnya bagaikan malaikat. Tinggi badan yang lumayan cocok untuk seumurannya. Proporsi tubuhnya yang tidak terlalu kurus maupun kekar.

Bisa-bisa Daniel jatuh hati kepada Jihoon.

Daniel dan Ratu Kang berpamitan kepada Jihoon dan Raja Park.

"Kami akan datang beberapa hari lagi, aku harap Pangeran Jihoon menyukai kedatangan kita" Ujar Ratu Kang.

"Saya menikmati kunjungan anda ke kastil kami, saya juga harap Daniel dan saya bisa menjadi rekan yang baik" Responnya.

Ratu Kang tersenyum, senyumannya sangat mirip dengan Daniel.

"Baiklah kalau begitu, sampai berjumpa nanti"

Pintu mobil limosin itu di tutup langsung oleh Jihoon sendiri, sedikit membungkuk ke arah mobil itu.

"Apa yang aku katakan, etika dan tata kramanya sangat beredukasi kan?" Ujar Ibu Daniel ke anaknya.

Mereka pun pergi.

Jihoon dan Ayahnya kembali masuk ke dalam kastil. Ayahnya masuk ke dalam kamarnya lebih dahulu. Jihoon berjalan menuju ke kamarnya, Jihoon harus berjalan melewati kamar Mrs. Park untuk menaiki anak tangga. Jihoon berhenti saat melihat sosok punggung lelaki yang berjalan memakai pakaian yang begitu bebas di kastil, bajunya kemeja merah bermotif persegi, jeans biru gelap dan sepatu putih. Dilengkapi oleh jalan yang begitu santai dan tali earphone yang meggantung di telinganya.

Mungkin saja lelaki ini anak dari Mrs. Park karena hanya Mrs. Park memiliki kamar yang terletak di bawah tangga.

"Permisi, anak Mrs. Park" Panggil Jihoon.

Lelaki yang merasa terpanggil itu menghentikkan langkahannya. Perlahan lelaki itu melepaskan earphonenya.

"Ada peraturan di kastil bahwa pelayan harus memakai seragam yang ditetapkan setiap waktunya" Sambung Jihoon.

"Maaf kan saya, Pangeran Jihoon"

Suaranya lumayan familiar.

Lelaki itu membalikkan badannya dengan hati-hati. Menatap mata Jihoon.

"Saya tidak akan melakukannya kedua kali"

Bibir Jihoon terbuka kecil, ia sangat terkesiap melihat lelaki di depannya.

Lelaki itu adalah pemuda yang Jihoon sukai sejak dulu.

Love isn't something you find

Love is something that finds you.

TBC

Maaf kalau plot dan jalan ceritanya membosankan.

Semoga kalian suka cerita ini seperti cerita lainnya.

By. Senlgi