~.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:!08*80!:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.~

"Kau tahu, aku begitu merindukan saat-saat bersama kita.."

"Kau sudah punya istri dan anak, ingat?"

~.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:!08*80!:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.~

Destiny (Sequel of Hurt) Part 1 of 2

Author: Cho Eun Hye / LKyuLala

Main Cast: 2PM Wooyoung, 2PM Nickhun

Main Pair: KhunWoo / KhunYoung

Genre: Romance

Rating: PG-15

Desclaimer: they belong to each other. But Wooyoung is mine! Yeah! And this fict belong to me.

Warning: YAOI! Don't Like? Read it first, then you'll know you like it or not. I recommend to you to read "Hurt" before you read this fic.

~.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:!08*80!:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.~

17 Februari, 2013

7 tahun setelah kelulusan. Nickhun mengedarkan pandangannya, mencoba untuk menebar senyum ke sana-sini. Bukannya ingin terbar pesona atau apa. Ia hanya berusaha bersikap seramah mungkin dengan teman-teman SMA-nya. Oh, melihat mereka seperti itu rasanya Nickhun ingin kembali ke masa sekolahnya dulu. Di mana ia dan kawan-kawannya pernah saling mencontek, membolos pelajaran, dan masih banyak lagi.

"Nickhun-ah!" teriak seseorang menginterupsi kegiatannya.

Nickhun mengedarkan pandangannya, mencoba mencari asal suara. Oh, Eunjung. Ia melihat Eunjung melambai padanya. Nickhun tersenyum dan membalas lambaian tangan Eunjung. Dan oh! Siapa itu di sampingnya?

Jang Wooyoung...

Mendadak Nickhun sangat ingin menghampiri mereka —atau mungkin Wooyoung. Ia menggendong gadis kecil di sampingnya serta menggandeng gadis dewasa untuk menghampiri mereka.

Annyeong.." sapa Nickhun ramah seraya membungkukkan sedikit badannya.

"Omo, lucu sekali. Ini putrimu?" tanya Eunjung seraya mengacak-acak rambut bocah kecil dalam gendongan Nickhun.

"Ya. Namanya Lilia." Jawab Nickhun, "Ayo beri salam pada ajumma dan ajussi!"

Namun tampaknya Lilia sama sekali tidak berminat untuk memberi salam pada teman-teman ayahnya. Ia justru malah menenggelamkan wajahnya di dada bidang ayahnya. Nickhun tahu gadis dalam gendongannya ini merupakan sosok yang begitu pemalu.

Taecyeon tertawa, "Kenapa putrimu pemalu begitu? Tidak sepertimu! Hahaha!" canda Taecyeon

Nickhun tertawa pula seraya mendekap Lilia lebih dekat lagi, "Entahlah. Ia selalu begini dengan orang lain. Tapi jangan tanya kalau sedang di rumah. Dia bisa menjadi sosok yang sangat berisik."

"Hey! Wooyoung-ah! Mana suamimu?" tanya Eunjung kemudian.

Nickhun tampak mencuri pandang ke arah Wooyoung. Dengan harap-harap cemas ia menunggu jawaban yang akan Wooyoung lontarkan. Mungkinkah Wooyoung sudah menikah? Dengan siapa? Pertanyaan itu terus berputar dalam benak Nickhun.

"Ah, itu. Aku belum menemukan yang cocok saja..." jawab Wooyoung dengan sedikit gelagapan.

Bolehkah Nickhun merasa sedikit senang? Jujur saja selama 8 tahun ini setelah ia dan Wooyoung putus, Nickhun selalu mengharapkan kehadiran Wooyoung di sampingnya. Ia sangat merindukan pemuda itu. Sangat. Ia tidak perduli dengan kalimat yang Wooyiung pernah ucapkan padanya. Ia hanya ingin Wooyoung. Egoiskah? Bolehkah ia bersikap egois seperti itu? Namun tampaknya Tuhan tak pernah mengijinkannya. Terbukti, Wooyoung tak pernah kembali padanya.

Eunjung terkejut, "Aigoo... Kamu manis seperti ini seharusnya bisa dengan mudah memilih..."

"Ah, tampaknya aku dan Wooyoung harus segera berpamit. Aku baru ingat kalau kami punya janji dengan client setengah jam lagi. Anyyeong.." pamit Taecyeon seraya menarik Wooyoung pergi.

Jujur saja, Nickhun sedikit kecewa. Bahkan sampai sekarang Taecyeon dan Wooyoung selalu bersama. Kenapa bukan dirinya?

.:.:.:!*!:.:.:.

Dengan langkah sedikit tergesa Nickhun menuju ruang meeting. Oh, salahkan pekerjaannya yang begitu banyak sehingga ia harus begadang semalaman. Alhasil, ia bangun kesiangan dan terlambat seperti ini.

CEKLEK

Dengan pasti Nickhun membuka pintu ruang meeting itu. Ia membungkuk meminta maaf, "Maafkan saya..."

Seluruh hadirin yang ada di ruangan itu menanggapinya dengan senyuman dan membalas salam Nickhun. Segeralah Nickhun duduk di kursinya dan rapat pun dimulai.

Sedikit bosan, Nickhun mengedarkan pandangannya menyapu beberapa hadirin yang ada di ruangan itu. Oh-oh!

'Jang Wooyoung' batin Nickhun seraya memandang pemuda yang duduk jauh darinya.

Oh, bagai kejatuhan buah simalakama, minggu lalu baru saja ia bertemu dengan Wooyoung di pesta reunian sekolahnya. Dan sekarang? Ia satu proyek dengan Wooyoung! Oh, jangan salahkan ia kalau sekarang juga ia ingin melompat saking senangnya.

Nickhun kembali mengedarkan pandangannya. Ia mencoba mencari Taecyeon yang ia ketahui selalu membuntuti di manapun Wooyoung ada.

Gotcha! Tak ada Taecyeon di ruangan ini.

"Selanjutnya kita akan mendengarkan presentasi dari Jang Wooyoung-ssi. Silahkan Wooyoung-ssi..."

Wooyoung membungkuk memberi hormat dan berdiri di samping proyektor. Sebelum memulai presentasinya, ia sempat melirik ke arah Nickhun. Mendadakjantungnya berdetak begitu cepat. Bisa dibilang grogi. Padahal yang seperti ini bukan Cuma satu kali ini ia lakoni. Apa karena ada Nickhun?

"Anyyeong. Nama saya Jang Wooyoung." Wooyoung menelan ludahnya begitu menyadari Nickhun memandangnya sedari tadi. Oh, sebenarnya bukan hanya Nickhun yang memandanginya terus, melainkan seluruh hadirin yang ada di situ. Tapi kenapa yang ia takutkan adalah Nickhun? "Seperti yang kita ketahui, iklan memanglah media dalam mempromosikan suatu produk. Dengan iklan yang menarik serta unik, masyarakat akan cenderung tertarik untuk mencoba produk yang kita tawarkan. Maka dari itu, saya akan mempresentasikan konsep iklan perusahaan kami."

Nickhun tersenyum menatap Wooyoung. Ia sama sekali tak memperdulikan apa yang Wooyoung ucapkan. Ia menelusuri seluruh apa yang bisa ia lihat dari Wooyoung. Matanya yang sering mengerling nakal, bibirnya yang menggoda, leher jenjangnya, rambutnya yang hitam sedikit panjang terjuntai, dan banyak lagi. Tak banyak yang berubah dari Wooyoung sejak mereka berpisah. Kecuali bagian hitam di bawah matanya. Sepertinya Wooyoung bekerja terlalu keras 8 tahun belakangan ini. Atau mungkin Wooyoung terlalu sering —ehem— melakukan 'itu' —seperti pengakuan Wooyoung 8 tahun lalu.

'Positive thinking, Nickhun. Positive thinking' Nickhun mencoba mensugesti dirinya sendiri.

.:.:.:!*!:.:.:.

"Nickhun, banyak yang harus kau bicarakan dengan Wooyoung-ssi mengenai proyek kali ini. Kau harus bekerja sama baik dengan Wooyoung-ssi dalam pembuatan iklan ini." Ujar Junho, pimpinan dari proyek kali ini, sekaligus orang yang dekat dengannya.

"Kapan aku bisa mulai melakukannya?" tanya Nickhun kemudian.

"Secepat yang kau bisa. Ingat deadline kita, okay?"

"Hm!" jawab Nickhun menyanggupi.

Oh, nampaknya kisah Nickhun setelah ini akan cukup menyenangkan.

.:.:.:!*!:.:.:.

"Wooyoung-ssi, hari ini ada meeting dengan Nickhun-ssi jam 4 sore nanti." Ujar Dara

"Eh, mwo?" Wooyung sempat terkejut tatkala Dara menyebutkan nama 'Nickhun' di depannya, "Er, di mana?"

"Nickhun-ssi bilang dia akan menjemput anda di kantor."

"Oh..." Wooyoung mengangguk. Terbesit rasa takut di hatinya. Entahlah, ia merasa takut kalau ia tak bisa menerima kenyataan jikalau Nickhun sudah berkeluarga, mungkin.

"Terimakasih, Dara-ssi..." ucap Wooyoung kemudian sebelum wanita itu meninggakan tempatnya bekerja.

'Profesional, Wooyoung. Ini tidak boleh dikaitkan dengan urusan pribadi, okay? Lagi pula ini akan cepat selesai. Ya, cepat selesai.' Batin Wooyoung

.:.:.:!*!:.:.:.

"Langsung saja Nickhun-ssi..." ujar Wooyoung begitu mereka sudah sampai di cafe yang mana adalah tempat yang Nickhun rencanakan untuk meeting bersama Wooyoung. Dan hey, hanya berdua. Entahlah, Wooyoung begitu merasa takut. Karena kalau ia boleh berfikiran, er, ia merasa seperti berkencan dengan Nickhun saja. Bagaimana kalau tiba-tiba Victoria datang dan memergokinya berdua dengan Nickhun? Kemudian istri orang didepannya ini menampar dan menyiramnya dengan air, serta mengatainya sebagai perebut suami orang? Oh, lupakan! Ia benar-benar tak ada niat untuk merebut Nickhun.

"Kenapa kita tidak memesan sesuatu dulu? Lagi pula, sudah lama tak bertemu, rasanya rindu juga. Aku jadi ingin mengobrol sedikit." Ujar Nickhun seraya tersenyum manis, "Er, pelayan!"

"Kau mau pesan apa?" tanya Nickhun kemudian pada Wooyoung

"Apa pun."

Nickhun tersenyum, "Berikan kami 2 ice cream jumbo terlebih dahulu."

Sang pelayan mengangguk seraya tersenyum manis dan meninggalkan mereka berdua.

"Kau suka apa yang kupesankan?" tanya Nickhun lagi

Entahlah, Wooyoung merasa seperti Nickhun sengaja menyindirnya atas apa yang terjadi di masa lalu. Oh ayolah, mungkin saja Nickhun hanya kebetulan ingat dengan hidangan favoritnya. Hanya kebetulan.

"Hm." Jawab Wooyoung singkat, "Oh, bisakah kita mulai sekarang?"

Nickhun menggeleng, "Aku sudah bilang pada atasanmu untuk 'menculikmu' sampai waktu kerjamu hari ini berakhir. So, tak perlu khawatir jika atasanmu akan memarahimu. Ia justru sangat senang saat aku bilang kita akan mendiskusikan proyek ini. Dia bilang, kau ini gudangnya ide perusahaannya. Jadi, aku harus menjagamu baik-baik. Hahaha!" kelakar Nickhun, "Kalau boleh tahu, er, benarkah kau belum memiliki kekasih?"

Wooyoung mendongakkan kepalanya menatap Nickhun, "Bukan urusan anda, Nickhun-ssi.."

"Hey, kenapa begitu formal? Kenapa tidak bersikap santai saja, mungkin seperti dulu saat kita masih sepasang kekasih. Itu lebih menyenangkan."

Mendadak Wooyoung berdiri, "Kalau anda memanggil saya hanya untuk membicarakan hal yang tidak penting seperti itu, lebih baik kita sudahi saja pertemuan ini, Nickhun-ssi!" oh, tampaknya emosi Wooyoung benar-benar sudah mencapai ubun-ubunnya.

"Ani. Aku hanya ingin bernostalgia..."

"Kalau begitu saya pergi. Selamat sore, Nickhun-ssi..." pamit Wooyoung.

"Aku bisa melaporkanmu pada atasanmu kalau kau telah bertindak tidak sopan pada client. Hm? Bagaimana?"

Wooyoung berbalik dan memandang Nickhun seolah ia berkata 'Apa?', sebelum ia memutar bola matanya dan duduk kembali di depan Nickhun.

"Pesanan anda datang, tuan.." interupsi sang pelayan seraya membawakan pesanan Nickhun.

"Terimakasih banyak" ucap Nickhun saat pelayan itu melenggang pergi.

.:.:.:!*!:.:.:.

Hari merangkak larut. Jam yang melingkar di tangan Nickhun bahkan sudah menunjukkan pukul 9 lebih. Tidak terlalu larut sih bagi ukuran mereka berdua. Hanya saja, mereka sudah bersama di cafe itu sejak sore tadi. Mungkin 4/5 jam mereka di sana. Entahlah, Nickhun bahkan lupa pukul berapa tepatnya karena ia langsung menjemput Wooyoung di kantornya seusainya ia berurusan dengan Junho di proyek yang lain.

Wooyoung dan Nickhun berjalan beriringan menuju apartemen yang Wooyoung tinggali. Jalanan masih cukup ramai. Nickhun hanya bermaksud untuk mengantar Wooyoung pulang sebagai ucapan terimakasih. Ia pikir, berjalan bersama seperti ini lebih romantis. Mengingatkannya waktu masih di bangku sekolah dulu.

"Kau tahu, aku begitu merindukan saat-saat bersama kita.." ujar Nickhun tanpa canggung sedikitpun.

"Eh?" Wooyoung terkesiap. Ia bahkan reflex menjauhkan tubuhnya dari Nickhun.

"Hahaha! Kenapa memangnya? Ada yang aneh?"

"Kau sudah punya istri dan anak, ingat?" ujar Wooyoung

"Tidak!"

Mata Wooyoung membulat, "Apa maksudmu dengan tidak ingat kalau kau sudah punya istri, hah?"

Nickhun memegangi lengan Wooyoung, berusaha untuk menghentikan langkah mereka berdua. Sontak Nickhun menarik Wooyoung hingga jarak keduanya semakin dekat saja.

"Aku tidak ingat karena aku memang tidak pernah menikah, Wooyoung-ah..." bisik Nickhun sedikit seduktif

Wooyoung sedikit bergidik kala nafas Nickhun mengenai lehernya. Oh ayolah, dadanya bahkan berdetak kencang. Sangat kencang.

'Tuhan, apa salahku?' batin Wooyoung kalut

"Apa maksudmu? Kau mengajak Victoria dan Lilia ke reuni sekolah kita" gumam Wooyoung

"Aku hanya memintanya berpura-pura menjadi istriku, kau tahu?"

"Bagaimana dengan perjodohanmu?"

"Keluarganya membatalkan perjodohan sialan itu."

Tiba-tiba akal sehat Wooyoung kembali dengan sendirinya. Buru-buru ia menyentakkan dirinya menjauhi Nickhun seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dan bergumam.

"Salah, salah. Ini salah." Gumamnya seraya meninggalkan Nickhun dengan langkah cepat.

"Ya! Wooyoung-ah! Tunggu aku!" teriak Nickhun.

.:.:.:!*!:.:.:.

Taecyeon melirik jam dinding dengan cemas. 09.49. Wooyoung belum juga pulang. Kemana saja anak itu? Bahkan handphonenya pun tidak dapat dihubungi.

"Aish!" Taecyeon mengacak rambutnya frustasi.

TOK! TOK!

Taecyeon terkesiap. Mungkin saja itu Wooyoung. Buru-buru ia berlari ke arah pintunya.

"—aish! Sudah kubilang, kan, jangan ikuti aku. Ck!" gerutu Wooyoung samar

CKLEK!

"Wooyoung-ah, dari mana saja kau?" tanya Taecyeon khawatir.

Mendadak Nickhun terkesiap ketika melihat pemuda yang membukakan pintu barusan adalah orang yang paling ingin ia benci dan ia hindari sepanjang hidupnya.

Oh-oh! Ada apa maksud pertanyaan Taecyeon pada Wooyoung barusan? Er—

"—kau tinggal bersama dengan orang ini?" tanya Nickhun tak suka

Wooyoung mengangguk, "Aku tinggal dengan Taecyeon hyung. Memangnya kenapa?"

"Ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang, kid!" perintah Taecyeon dingin

Hey—siapa yang dipanggil Taecyeon dengan 'Kid' barusan? Nickhun kah?

"Tanpa kau suruh pun aku akan pulang." Ujar Nickhun seraya berbalik pergi.

Aish, Taecyeon tadi benar-benar mengganggu saja. Tapi paling tidak, ia sudah tahu di mana Wooyoung tinggal sekarang.

.:.:.:!*!:.:.:.

"Darimana saja kau?" tanya Taecyeon seraya menghangatkan sup yang ia beli tadi sore, "Kau tahu, aku menunggumu dari tadi. Kutelponpun handphonemu tidak aktif. Kenapa?"

"Orang itu mengajakku pergi" jawab Wooyoung seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Taecyeon mengangkat sebelah alisnya. Aneh.

"Maksudku Nickhun" seloroh Wooyoung, "Dia mengajakku untuk berdiskusi tentang detail konsep iklan produk perusahaannya."

"Sampai semalah inikah?"

"Hm. Dia mengajakku berbicara banyak hal"

"Oh"

"Dan lagi pula baterai handphoneku sudah habis sejak sore. Mian aku tak menghubungimu dahulu." Wooyoung tersenyum manis

"Hm. Aku mengerti." Ujar Taecyeon. Dirangkulnya bahu Wooyoung, "Makanlah, nanti dingin lagi."

Terimakasih banyak, hyung! Kau memang yang terbaik!"

Taecyeon hanya tersenyum simpul. Kalau Wooyoung mengatakan bahwa ia yang terbaik, mengapa sampai sekarang pun Wooyoung tak mau bersamanya yang notabene mencintainya sejak dulu?

.:.:.:!*!:.:.:.

"Kau tinggal dengan beruang besar itu? Bagaimana bisa?"

"Kalau iya memangnya kenapa? Apa itu masalah untukmu?" jawab Wooyoung sekenanya

Nickhun mengacak rambutnya frustasi, "Kau sungguh-sungguh tidak berkencan dengannya, kan?"

"Itu bukan urusanmu."

Lagi-lagi Nickhun menampakkan wajah frustasinya, "Aish, jawab aku dengan benar, Jang Wooyoung!"

"Aku sudah berusaha menjawab pertanyaanmu sebisaku. Jangan memaksaku" ujar Wooyoung datar tanpa memperdulikan Nickhun yang sudah nampak sangat putus asa.

"Aish. Aku lupa ada janji dengan Taecyeon hari ini." Tukas Wooyoung panik. Diliriknya jam tangannya, "Ah, telat 30 menit. Aku harus pergi. Sampai jumpa!"

Hati Nickhun mencelos mendengar nama orang yang paling tak ingin ia temui. Yaish. Nickhun tak akan melarang Wooyoung pergi andaikata yang Wooyoung temui itu bukan Taecyeon. Bagaimana kalau ternyata Wooyoung sekarang menyukai Taecyeon? Bukan dirinya?

"Ya! kita belum selesai, Wooyoung-ah!" seru Nickhun, "Aku akan melapor pada bosmu kalau kau meninggalkanku seperti ini."

Wooyoung membalikkan tubuhnya sebentar dan menghampiri Nickhun. Ia mensejajarkan wajahnya hingga membuat Nickhun cukup terkejut.

"Aku yakin kau tak akan setega itu melakukannya padaku. Iya, kan?" gumam Wooyoung seraya menepuk-nepuk pipi Nickhun dan berbalik pergi.

"Aish! Dia menggodaku."

.:.:.:!*!:.:.:.

"Nickhun, besok kau ada waktu, kan?" tanya Ibu Nickhun dengan penuh harap

"Jangan bilang ibu akan menyuruhku untuk kopi darat dengan wanita-wanita asing itu lagi. ck! Aku lelah, bu. Besok adalah hari libur, bisakah aku memilih untuk istirahat di rumah saja?"

"Tidak, Nickhun. Ibu yakin kau akan menyukainya." Ujar Ibunya penuh keyakinan, "Kau harus menemuinya besok."

Nickhun memutar bola matanya, "Terserah ibu saja."

~,:,:,:,:,:,:,:,:,:,:!08*80!:,:,:,:,:,:,:,:,:,:,~

TBC

~':':':':':':':':':!08*80!':':':':':':':':':~

Well, bagaimana? Saya sudah berjuang keras untuk menyelesaikan fic ini. Dan ini sangat sulit mengingat saya sangat sibuk bahkan sering pulang malam dan jarang di rumah. Kekeke~

Mungkin part ini terasa begitu membosankan. Tapi yah, saya berusaha sebisa saya untuk menyuguhkannya kepada pembaca sekalian. Semoga kalian menyukainya. Tapi saya tidak berjanji jika part 2 tidak akan membosankan. Hanya saja, saya berjanji kalau part 2 nanti mungkin akan lebih terasa konfliknya. Dan maaf saja kalau alurnya terlalu cepat. Itu kelemahan saya dan saya tengah berusaha memperbaikinya. :D

Thanks to:

Reita | minIRZANTI | Rainy Hanazawa | balloon | KhunLily | GaemGyu Yeoja | KhunToria Never End

Balasan review "Hurt" :D

Reita : Anyyeong Reita-ssi. Sampai di sini pun Nickhun tetep nggak tahu alasan kenapa dulu Wooyoung ninggalin dia. Hehehe~ bagaimana sequel kali ini? Apakah sudah menjawab kekecewaan atas "Hurt"? aku harap iya. Hehehe~ terimakasih sudah bersedia membaca. :D

minIRZANTI : hmm... Wooyoung sama Nickhun pisah. Tapi di sini mereka ketemu lagi, kan? Walaupun nggak yakin nanti bakalan barengan lagi apa enggak. Hehehe~ Terimakasih sudah bersedia membaca~

Rainy Hanazawa : jujur Rainy-ssi. Saya sempat membaca ff-mu. Tapi entah saya sudah review apa belum, saya pun lupa. Tapi kalau ternyata belum, saya akan mereview. Kamu adalah salah satu author favorit saya untuk fanfic KhunYoung ini. Hehehe~ Bagaimana? Di sini mereka udah ketemu lagi kan? Tapi yah, begitulah, belum yakin apakah mereka bisa bersama, atau enggak. Masalah alur yang terlalu cepat, itu memang kelemahan saya yang paling jelas karena saya memang lebih suka bikin one shoot ketimbang chaptered. Biar nggak "Ngutang" akhirnya. Jadinya, alur di cerita saya cenderung cepat. Tapi tetap saja saya sedang berusaha untuk memperbaikinya. Hehehe~ maaf sekali kalau tidak sesuai harapan. Terimakasih karena sudah menyempatkan diri untuk membaca.

Balloon : hm, saya tidak terlalu tahu menahu mengenai genre. XD Tapi saya memang suka membuat fict bergenre semacam ini. Bukan berarti saya tipe orang yang melankolis lho~ hahaha! (nggak ada yang nanya) Well, ini adalah part pertama dari sequel yang sempat saya janjikan. Bagaimana? Apakah mengecewakan. Semoga saja tidak. Hahaha! Terimakasih sudah berkenan untuk membaca.. :D

KhunLily : bukankah setiap cerita harus ada kata "Fin", KhunLily-ssi? Kalau tidak ada tentu saya yang jadi pusing. Bahkan manusia pun butuh kata "Fin". :D maafkan saya, saya tidak terlalu pandai dalam membuat fict chapetered. Hm, seperti jawaban di atas, saya takut "Ngutang". Tapi saya sudah memenuhi permintaan anda, bukan? Ini bukan lagi one shoot. Tapi two shoot. XD #plak! Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca. :D

GaemGyu Yeoja : bagaimana, Gaemgyu Yeoja-ssi? Apakah sudah cukup puas dengan part 1 ini? Saya harap iya. Hehehe. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana untuk memuaskan pembaca. Inilah yang terbaik yang dapat saya lakukan. Semoga memuaskan. Terimakasih sudah mau menyempatkan diri untuk membaca. :D

KhunToria Never End : saya mengerti betul posisi anda. Hanya saja, bukankah di atas, bahkan di summary sudah tertulis kalau ini KhunYoung? Kalau menurut anda KhunToria itu real, silahkan. Itu pendapat anda. Tapi tetap saja saya menyukai pair ini. Apa itu sebuah masalah? Well, terimakasih sudah bersedia untuk membaca. :D

At least, mind to review?