Title : Wolf (The Black Cat)
Author : Raichi KrisTaoKaiSoo Fujoshi
Rated : T dalam perjalanan menuju M :""V
Pairing : All Couple EXO *Only Official couple, not Crack pair*
Genre : Romance, mystery, Supranatural, Fantasy
DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent. Saya hanya pinjam mereka untuk membuat fantasy saya menjadi terwujud di FF ini.
Summary : Dunia tidak akan pernah tenang. 4 sekawan tidak akan pernah tenang bersama hidup barunya ketika tahu satu tubuh tidak akan pernah merelakannya. "Dia disebut The Black Cat. Wolf, berhati-hatilah, karena ia bahkan lebih kuat dari kalian. Lebih dari apa yang kalian bayangkan."
Warning : BL/ BoysLove/Shonen Ai, YAOI. Miss typo(s), alur terlalu dipaksakan, gaje, bikin mual, EYD yang ngasal. I told you before, if you hate YAOI or IF You HATE me, better if you don't read my fanfic, okay?
NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS XD
Nah, mari kita langsung saja mulai FFnya ^^
tolong tetap beri saya review anda *bow*
.
.
Oke, tanpa banyak bacot, mari kita langsung saja.
.
.
.
.
DON'T LIKE, DON'T READ!
.
.
I TOLD YOU BEFORE!
.
.
IF YOU HATE YAOI, BETTER IF U NOT READ MY FIC!
Sekali lagi, fict ini hanya fiksi. Asli karangan. Kalau mau flame karena khayalan Rai, I don't care. I've warned you ^^
.
.
.
Sepasang mata sedang menutup, merasakan semilir angin yang lembut menghempas rambut berwarna hitam yang nampak lembut. Matanya terbuka. Menampilkan iris sehitam malam. Mata itu menatap langit sore tanpa halangan.
"Suho, kau masih ingin berdiam disana? Ini sudah akan gelap." Pria yang dipanggil Suho tadi menoleh dan tersenyum. Wajahnya yang lembut kini tersenyum menenangkan ketika mendengar satu suara yang selalu memanggil namanya.
Semenjak perang itu berakhir dan pertemuan kembali keduanya, Suho selalu ikut kemanapun Lay membawanya. Pengabdian Lay sebagai Pendeta pun juga sejujurnya membuat Suho bangga.
Keduanya tinggal di area pegunungan, hanya berdua. Tempat tinggal keduanya pun tak jauh dari pemukiman warga.
Suho berjalan mendekati Lay dan dengan tiba-tiba mengecup bibir Lay. Lay terdiam, wajahnya merona sempurna. Namun, senyum layaknya setipis benang terukir dibibir Lay dan akhirnya Lay merespon ciuman lembut itu. bukan ciuman penuh nafsu, hanya ciuman lembut. Tak lama, keduanya saling melepaskan diri. Senyum Suho terukir. Ia mengecup dahi Lay.
"Aku hanya sedang menikmati langit sore yang selalu membuatku nyaman. kehidupan baruku sangat membuatku bahagia." Suho berujar lembut. Lay tersenyum dan berjalan menuju pintu tersebut. Lay menutup pintu itu.
"Kau tahu? Meskipun kau menyukainya, kau harus tahu kalau angin malamnya akan membuatmu menggigil dan sakit. Kau sudah bukan Wolf sempurna, kau sudah menjadi manusia meski belum seutuhnya, kau bisa saja terkena Flu. Dasar, setidaknya meski wajahmu sudah tua, jangan jadi pelupa dan melupakan nasihatku." Lay mengomel sambil menyiapkan meja untuk keduanya makan. Suho tersenyum. Mata Suho melirik dan tersenyum kecil yang lebih mirip seringai ketika melihat sesuatu dipinggang Lay yang tak terikat sempurna.
Suho mendekati Lay dan memeluk pinggang Lay dari belakang. Wajah Lay memerah sempurna tatkala tangan kokoh dan melindungi itu melingkar dipinggangnya.
"Kau yakin yang pelupa hanya aku? Kau lupa mengikat celemekmu, sayang." Bisik Suho. Suho mengikatkan lembut tali celemek Lay dan berjalan menuju kulkas setelahnya. Meninggalkan Lay dengan wajah merah sempurna.
"Dasar si wajah tua mesum itu…" desis Lay sambil menahan malu dan rona wajahnya yang sudah bukan pink, merah lebih tepatnya. Dan Suho hanya bersiul kecil karena berhasil mengerjai sedikit manusia yang sangat ia cintai itu.
.
.
.
.
Seorang gadis nampak tengah membaca sebuah buku tebal. Wajahnya yang lembut dan dewasa nampak mengerut. Nama gadis itu adalah Ashley. Wajahnya nampak sangat kelelahan. Beberapa buku yang menjadi refrensinya nampak tidak memuaskannya.
Kamarnya yang luas dengan nuansa Art Deco nampak redup dan hanya disinari cahaya dari lampu di meja tempatnya membaca tumpukan buku itu.
Ashley menghela nafas, lelah. Beberapa kali pikiran buruk berlalu dikepalanya. Kadang, menjadi ketakutan tersendiri. Jendelanya terbuka, menampilkan hamparan kota Roma dimalam hari. Kota yang digadang-gadang dibangun dalam waktu satu malam, menjadi tempatnya tinggal kali ini.
Ingatannya memutar layaknya film strip lama. Ashley tak akan melupakan kenangannya di Forks saat itu. Dan kenangan itu memutar saat Yunho yang terbangun karena kotak music pemberian Thusa. Ia tak akan pernah melupakannya. Namun, ada sedikit yang mengganjal dirinya kali ini. Bagaimana bisa Yunho memiliki ciri khas wajahnya? kalau pun kebetulan, bagaimana bisa?
Ingatannya kali ini memutar pada foto keluarga yang dibakar ibunya dulu. Sebuah foto keluarganya, namun ada sosok lelaki kecil disana. Ia tak jelas melihat wajahnya karena bagian wajahnya telah dibakar. Kedua orangtuanya mengatakan, ia adalah anak tunggal.
Kembali, otaknya berpikir. Bagaimana Angelica sekarang? Ia sudah mendapatkan guci milik Aquarius. Apakah keinginannya tercapai? Pikiran ini banyak memenuhi dirinya semenjak ia pindah ke Roma.
Matanya menangkap pemberitaan pada surat kabar harian yang belum ia sentuh sama sekali. Tangannya mengambil surat kabar itu dan membaca headline yang terpampang jelas.
PEMBUNUHAN MISTERIUS TERJADI DI ISTANA EMAS NERO.
apa ini adalah tanda adanya psikopat yang berkeliaran?
Mata Ashley menatap serius. Bagaimana bisa?!
Matanya membaca dengan cepat berita pada surat kabar itu. Disurat kabar itu dikatakan telah ditemukan sosok mayat lelaki berusia sekitar 45 tahunan yang ternyata adalah petugas keamanan disana. Dia dibunuh dengan tusukan benda tajam diperutnya dan hantaman benda tumpul pada bagian belakang kepala. Belum ditemukan siapa pelakunya, namun warga dihimbau untuk berhati-hati.
Sebab, penemuan mayat ini serupa dengan 3 mayat seminggu lalu. Seorang petugas keamanan di museum kota Roma yang mati terbunuh dengan cara yang serupa. 2 yang lainnya adalah warga sipil yang berkeliaran malam hari. Kemungkinan hanya warga yang berkeliaran tidak bisa tidur dimalam hari.
Ashley menutup surat kabarnya. Perasaannya sedikit tidak enak. Ia mulai menghidupkan laptopnya dan mulai menyambungkan ke internet. Jemari Ashley dengan lincah mengetik. Setelah tombol send ditekan, Ashley mematikan laptopnya.
.
.
Seoul, 01:35 waktu setempat.
Dini hari di Seoul dengan udara dingin yang menusuk kulit. Setiap tubuh pada jam ini, akan bergelung didalam selimut dan merasakan hangatnya dalam tidur nyenyak yang nyaman. tak terkecuali 2 sosok didalam selimut yang bergelung dengan kehangatan selimut.
RRRTTT…RRRTTT..
Suara ponsel menginterupsi dan cukup membangunkan sosok didalam selimut yang sedang menikmati kehangatan.
Jemari lentik keluar dari gundukan selimut. Tangannya menggapai ponsel yang terletak di meja dekat tempat tidurnya. Tangan lentik itu milik Luhan, lelaki manis berwajah lembut yang seorang kakak sepupu Ashley. Luhan menyalakan lampu di meja kecil itu. mau tidak mau, gerakannya membangun satu sosok yang ada didalam selimutnya.
"Ada apa, Lu?" tanya suara seorang pria yang tangannya melingkar dipinggangnya. Singlet hitam lelaki berwajah datar itu mencetak tubuhnya. Luhan sedikit melirik dan tersenyum.
"Maaf membangunkanmu. Sepertinya ada e-mail masuk ke dalam ponselku, Hun." Jawab lelaki manis bernama Luhan itu. Luhan membuka ponselnya dan menemukan adanya e-mail masuk dari Ashley. Sehun mengangguk dan kembali merebahkan kepalanya pada bantalnya.
Sehun semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Luhan dan membenamkan wajahnya pada rambut Luhan.
Luhan Oppa…ada beberapa kejadian pembunuhan disini…dan aku merasakan keanehan kembali…aku takut.
-Ashley
Luhan terdiam.
"Ada apa, Lu?" tanya Sehun yang menyadari diamnya Luhan. Luhan membalas e-mail Ashley dan langsung menutup ponselnya. Ia menghadap pada Sehun.
"Ashley…ia ketakutan. Katanya, ada beberapa kasus pembunuhan di Roma, dan dia merasa aneh dengan hal tersebut. Aku sudah menenangkannya." Jawab Luhan. Sehun mengangguk mengerti. Ia mengecup puncak kepala Luhan dan kembali tidur. Luhan mematikan lampu dan mulai memejamkan matanya.
Belum lama keduanya kembali memejamkan matanya, mata Sehun terbuka dan langsung berwarna merah. Ia bangkit dengan cepat dan membuka jendela kamar Luhan. Luhan kaget dengan tindakan Sehun yang tiba-tiba itu.
"Ada apa, Hun?" tanya Luhan kaget. Mata Sehun yang berwarna merah kembali hitam, tak lama matanya berwarna perak. Kembali seperti saat ia menjadi Wolf. Matanya kembali menjadi hitam.
"Aku…merasakan aura yang tidak beres..ia sedang memperhatikan kita…" desis Sehun. Sehun menutup kembali jendela itu dan berjalan mendekati Luhan. Luhan menenangkan dengan mengusap punggung Sehun. Sehun sudah berubah, kalau dulu rambutnya berwarna perak maka sekarang ia berani mengecat rambutnya menjadi hitam legam. Ia justru nampak lebih tampan dengan rambutnya yang berwarna gelap.
"Mungkin karena kau kelelahan, menjadi model tentu bukan hal yang mudah..tidurlah..aku juga harus istirahat cukup untuk acara pembukaan itu, kan?" Sehun mengangguk. Ia mengecup pipi Luhan dan berbaring kembali.
Ketika kedua tubuh itu telah tertidur kembali, sesosok bayangan terbang melintasi jendela Apartement keduanya.
.
.
.
TBC
.
.
Hoho~ segini dulu pengenalannya. Wkwkwk~
Setelah mempertimbangkan, karena banyaknya yang minta penjelasan dan kelanjutan WOLF…sepertinya tidak salah melanjutkannya, LOL.
Setelah saya sadari, akhir fict Wolf terlalu menggantung. Semoga dengan hadirnya Wolf : The Black Cat bisa mengobati rasa penasaran kalian, yah.
Rai sudah mengumpulkan paling banyak pertanyaan di kolom review untuk chapter terakhir Wolf kemarin.
Di fict Wolf : The Black Cat ini akan banyak tokoh baru. Baik OC ataupun tokoh dari BB ataupun GB. #bilangajamalasnyaribanayaknamabarubuatOClol
Kalau chap ini dapat sambutan yang meriah, Rai lanjut :"V /flakk
Oke, please review. Saran dan kritik membangun sangat diharapkan.
Sign,
Raichi
