my second fic JJR... teracuni rayuan para senpai n reader bwt ngisi fandom ni, wkwkwk... dan faktanya, saya bahagia bisa nulis disini *otak mesum bekerja*
Entah kenapa...saya kepikiran untuk membuat pair HiroXaAki...(Gomenasai Nowaki sayang *ditendang Nowaki`s FG*). Sorry, sorry, disini tetep HiroXNowa kok! HiroXAki nya cuman friendship! (buru2 ngeralat sebelum dibakar reader)
Wokeh! mari baca n jangan lupa tinggalkan review anda!
SCANDAL
by : Argentum F Silver-chan
Siapa kau, yang berada di hatiku
Yang meleburku dalam candu
Dalam cinta yang kurasa tak semestinya
Enyahlah, kau hanya masa lalu yang menyiksa
Hiroki menggeliat, mencoba merenggangkan tulang punggungnya yang terasa begitu kaku. Matahari pagi ini terasa begitu bersahabat. Ah, nampaknya Nowaki sudah beranjak terlebih dulu daripada dia, seperti biasa.
"Nowaki... " panggilnya. Terdengar sahutan dari arah dapur apartemenya. Sahutan lembut dari sang seme yang Ia sayangi. Seme bertubuh gagah dan berambut indigo gelap tampan itu tersenyum lembut ke arah Hiroki, senyum yang entah bagaimana selalu sukses mencetak semburat kemerahan di wajah manis sang asisten dosen.
"Kau mau sarapan apa Hiro-san?" tanya Nowaki.
"Apa sajalah!" sahut Hiroki sedikit ketus, mencoba menyembunyikan raut wajahnya. Ia beranjak ke kamar mandi, meninggalkan sang seme sendirian di dapur.
"Hari ini Hiro-san libur?" tanya Nowaki.
"Ya!" sahut Hiroki dari arah kamar mandi. Terdengar pula gemericik air mendominasi dari dalam. Nowaki melayangkan pandanganya ke jendela, menatap langit pagi yang biru cerah. Ia tersenyum, menyusun sebuah plan di kepalanya.
"Hei Nowaki?" mendadak suara Hiroki menginterupsi, "Kau juga libur ya?"
"Ah, tidak, aku berangkat ke rumah sakit sebentar lagi. Ah, Hiro-san, sepertinya aku ada waktu luang hari ini. Mau makan malam di luar bersamaku?"
Hekkhh! Busa pasta gigi nyaris melesak ke tenggorokan Hiroki ketika Ia mendengar ajakan itu. Sejenak, Ia teringat bahwa Ia pernah hendak dinner dengan Nowaki saat seme nya itu ulang tahun, tapi batal. Hiroki memutar bola matanya, mencoba berpikir sebentar.
"Serius? Nowa?" tanya Hiroki dengan kening berkerut. Tapi hanya selang sedetik, Nowaki sudah menyusulnya ke kamar mandi.
"Aku serius. Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kapan-kapan kita butuh menghabiskan waktu berdu..."
JBUAKKK!
Sang asisten dosen tempramen melemparkan kaki jenjangnya ke wajah dokter muda itu, menghempas tubuh gagah Nowaki menghantam dinding kamar mandi yang dingin dan lembab.
"KITA SUDAH MENGHABISKAN WAKTU BERDUA SETIAP MALAM!" seru Hiroki, emosi, tapi tetap tak bisa menyembunyikan rona merah di kedua pipi mulusnya. Sekilas, Ia mengingat kapan terakhir kali menghabiskan MALAM nya dengan sang seme.
"Ugghh... tapi...ayolah Hiro-san..." ucap Nowaki, memohon seraya mengusap kepalanya bekas terbentur, "tak apa bukan? pergi dengan Hiro-san menyenangkan,"
Deg! jantung Hiroki berdebar. Ia tersenyum tipis. Seulas senyum yang manis, tapi Nowaki tak menyadarinya. Hiroki mencoba menguasai dirinya sejenak dan menatap Nowaki -pandangan intens yang menggoda.
"..." Hiroki memberi jeda, "Yaah... kalau itu maumu, Nowaki,"
Grebbb! tanpa aba-aba, tangan kekar Nowaki melingkari leher Hiroki seketika. "AKU CINTA PADAMU HIRO-SAN"
"Hekkhhh! Nowakiii biarkan aku bernafaasss..."
Hiroki menghempaskan tubuhnya di sofa. Cih, sepi rasanya tanpa Nowaki di rumah. Lelaki itu biasanya menjadi tempat curhat dan berbagi cerita yang menyenangkan. Tapi apa boleh buat, pekerjaan membuat mereka jarang bertemu setiap harinya.
Hiroki menekuni buku tebalnya, mencoba menyelami apa yang tertulis disana. Perlahan, matanya meredup. Ah, itu... itu buku yang dibelikan Akihiko untuknya. Usami Akihiko, lelaki yang diam-diam punya kedudukan 'istimewa' di hati Hiroki. Entahlah... mungkin lebih istimewa dibandingkan Nowaki...
Hanya saja... hanya saja Akihiko juga orang pertama yang mengajarkan Hiroki betapa sakitnya cinta. Ketika orang yang kita cintai ternyata tak berpaling pada kita. Cih...
Ting! Tong!
terdengar denting bel pintu utama apartemen Hiroki. Hiroki agak terkejut mendengarnya. 'siapa itu?' pikirnya seraya berjalan mendekati pintu.
Ting! Tong!
bel berdenting lagi.
"Iya, sebentar," ucap Hiroki agak tidak sabar. Perlahan Ia memutar handle pintu dan membukanya...
Deg! Sosok yang tadi menekan bel itu menatap Hiroki lurus dengan mata dingin ber-iris violet eksotis. Dialah lelaki berambut perak yang dipikirkan Hiroki barusan.
"Aki...Akihiko?" tanyanya agak kaget.
"Hai. Lama tak bertemu," ucapnya. Datar tanpa nafsu. Kening Hiroki berkerut heran, membalas tatapan lurus sang novelis besar itu.
"Ya, lama tak bertemu. Ah, ada apa?" tanyanya, masih dengan kening berkerut.
"Hari ini kau libur bukan? Mau main keluar denganku?" tanya Akihiko. Pertanyaan yang mendadak membuat Hiroki syok. APA? Hiroki nyaris menjerit dalam hatinya.
"M...masuklah dulu," ucapnya, sedikit kikuk. Mereka berdua melangkah memasuki ruangan yang tidak terlalu luas itu.
"Berantakan," komentar Akihiko datar ketika melirik tumpukan buku-buku tebal yang menggunung di setiap sudut ruang. Apa boleh buat, Hiroki memang pecinta sastra klasik yang...ehm... ekstrim?
"Ya? kau kemari mau apa? Mencerca tempatku? Tempatku memang berantakan!" Hiroki menyahut kesal.
"Ah, tidak. Aku mau mengajakmu keluar. Aku akan mulai menulis buku baru hari ini, tapi aku jenuh. Temanku (UKE KU) menyarankan agar aku ganti suasana, jadi kupikir, aku ingin mencoba menulis di alam terbuka. Kau mau menemaniku?"
Deg!
Tanpa sadar, ada rona merah di wajah Hiroki. Ia kaget, namun perasaan ini lebih mirip perasaan senang. Akihiko? Mengajaknya pergi keluar?
Mata Hiroki meredup. Sejenak, ada sebuah memori hangat melintas di kepalanya.
Hari yang indah. Hiroki kecil menyandarkan tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah di sebatang pohon besar. Ia menyamankan dirinya dalam kehangatan matahari dan hembusan angin musim semi yang menyenangkan.
"Aku mengantuk," keluh Akihiko seraya mengucak matanya. Mata bening yang menjadikan bocah cilik ini terlihat sangat imut.
"Tidurlah. Udaranya nyaman kok," ucap Hiroki, "Kau sih... menulis terus!"
Akihiko menutup bukunya yang meletakanya di sisi kanan, kemudian berbaring, "Sebentar...aku memikirkan lanjutan cerita yang bagus..." ujarnya. Hiroki melirik sahabatnya itu. Ah, seperti biasa, Akihiko tak pernah tersenyum. Hiroki tidak tau apa yang dipikirkan anak itu.
"Mau cari inspirasi dimana?" tanya Hiroki pelan. Akihiko membuka matanya sedikit, menampakan bola mata indahnya.
"Tidak usah. Aku mau disini saja. Hiroki masih mau menemani aku kan?" Akihiko setengah berbisik. Suaranya rendah, terdengar seperti memohon. Hiroki agak terkejut mendengarnya. Keduanya saling bertatapan, hangat.
Hiroki berpaling. "Ya. Aku akan menemani Akihiko," ucapnya, berdebar. Mendadak, Akihiko bangkit dari posisinya dan meraih kembali buku kesayanganya. Tangan mungilnya bergerak cepat, menulis rangkaian kata-kata...
"Sudah menemukan lanjutanya?" tanya Hiroki.
Akihiko menoleh dan tersenyum kecil, "Ya," bisiknya, "berkat Hiroki...aku menemukan ide yang bagus!"
"Hiroki!" suara Akihiko memecah lamunan Hiroki tentang masa kecilnya yang indah.
"Ah...iya?"
"Bagaimana?" tanya Akihiko lagi. Hiroki berpikir sejenak. Ah... apakah Nowaki akan marah? Mustahil...Nowaki tak akan tau kalau aku pergi dengan Akihiko... pikirnya.
"Jadi...?"
"Ya, umm...boleh lah! memang kau ada rencana mau kemana?" Hiroki menyahut. Akihiko mengangguk dan mengatakan bahwa Ia hendak ke areal perbukitan di distrik lain. Disana lebih segar daripada di kota. Mungkin Ia akan lebih santai menulis disana.
"Kau yakin aku tak mengganggumu?" ucap Hiroki seraya mengenakan jaketnya dan berjalan perlahan di belakang sahabat kecilnya itu.
"Tidak masalah. Aku baru mulai menulis. Aku tidak ingin terlalu memforsir pikiran, jadi kupikir, ada bagusnya juga mengajak seorang teman... iya kan, Hiroki?"
Ada sesuatu yang mulai menusuk ulu hati sang Devil Kamijou. Ah... benarkah? Hiroki gelisah untuk sesaat.
'Akihiko, apakah...apakah kau punya perasaan terhadapku? Aku yang menyayangimu, bahkan sejak kita masih anak-anak?'
Matahari mulai beranjak ke puncak langit. Sportcar merah Akihiko terus melaju, membawanya dan Hiroki melesat pergi. Sementara Akihiko terus berkonsentrasi pada jalan di depanya, Hiroki menenggelamkan dirinya kedalam novel lama yang sengaja Ia bawa. Berulangkali Akihiko mengingatkanya agar Ia tidak membaca di dalam mobil, tapi Hiroki menuli akan peringatan itu.
"Itu merusak matamu," ucap Akihiko untuk kesekian kalinya.
"Jangan berisik," balas Hiroki ketus. 'Jangan terlalu baik padaku, Akihiko -kau kan tak punya perasaan cinta padaku, kau juga tak pernah memahami perasaanku padamu' tambah Hiroki dalam hati, 'meski aku telah memiliki Nowaki di sisiku'
Sportcar merah itu terus melaju, membelah atmosfir jalanan yang berbaur dengan monoksida, menuju suatu tempat jauh disana...
awal sebuah skandal mengerikan yang mengacam hubungan Hiroki dengan seme nya...
Jika hati ini bicara
Kuyakin ia takkan berdusta
Tentang perasaan cinta yang sesungguhnya
Tentang aku dan dirinya
.
Berkabut sunyi aku berdiri
Menanti malaikat singgah memberi ketegaran
Aku mengharapkan dirimu yang kutau takkan kembali
Meninggalkanku disini, dalam gundah dan keraguan
.
Apakah cinta ini sanggup terbagi dua?
TBC
Gajeness abalness de el el... terserah dech, pokoknya inilah isi kepala sayya, wkwkwkwk...
Fanfic ini kuberikan kepada seorang senpai yg (diam2) q syangi v^^v
