Disclamer: Vocaloid punya Yamaha
Title: Angel's Song
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Family
Rated: T
Warning: AU, OOC
Angel's Song
Mentari telah menerangi langit pagi dan angin pagi berhembus dengan sejuknya. Langkah kaki seorang gadis mungil berambut kuning membawanya menuju sebuah taman yang cukup sepi. Mata biru gadis itu melihat sekeliling taman itu.
"Bagus. Sedang sepi." gumam gadis itu senang.
Tidak lama gadis itu mulai bernyanyi, dia sangat menikmati lagu yang dibawanya. Maklum salah satu hobi gadis itu adalah bernyanyi di taman. Tentu tidak jarang orang-orang melihatnya bernyanyi, dan mereka tertarik dengan suara gadis itu yang indah.
Akhirnya dia telah selesai membawakan lagu itu. Senyum terlihat di wajah gadis itu. Tiba-tiba terdengar tepukan yang meriah. Gadis itu menoleh ke asal suara itu dan melihat dua orang gadis sedang berjalan ke arahnya.
"Seperti biasa, kau selalu menyanyi disini Rin." ujar gadis berambut hijau tosca diiringi dengan anggukan kepala seorang gadis berambut hijau.
"Kau benar Miku. Suaramu juga bagus Rin-chan." ujar gadis berambut hijau itu senang.
"Terima kasih, Miku dan Gumi." ujar gadis berambut kuning yang bernama Rin.
Kedua gadis itu yang bernama Miku dan Gumi tersenyum ke arah Rin. Rin juga membalas senyuman mereka. Rin senang ada temannya yang mengakui dirinya jago menyanyi. Karena keadaan di ruamhnya tidak memungkinnya.
"Rin-chan kenapa kau selalu berlatih menyanyi disini?" tanya Gumi tiba-tiba. "Kan dilihat banyak orang."
Rin hanya tersenyum saja ke arah Gumi. Dia terlihat manis jika tersenyum. Miku yang melihat kedua temannya itu juga tersenyum.
"Aku lebih suka menyanyi disini. Lebih tenang," jawab Rin. "Kalau ada orang yang melihatnya, aku merasa berterima kasih mereka kagum dengan suaraku."
"Hehe...Itu baru Rin." ujar Miku sambil menepuk pundak Rin. Rin kembali tersenyum begitu juga Gumi. Karena Miku dan Gumi ada urusan mereka berdua pamit pada Rin dan meninggalkan Rin sendiri di taman itu. Rin juga berjalan pulang menuju rumahnya, setidaknya dia ingin beristirahat sebentar.
.
.
.
"Kau baru pulang, Rin?" tanya seorang wanita berambut coklat pendek yang tampaknya baru saja selesai memasak.
"Iya, Okaa-san." jawab Rin pelan sambil merebahkan dirinya di atas sofa miliknya. Rin mencari-cari majalah fashion dan hanya melihat-lihatnya sejenak. Di majalah itu banyak sekali foto ibunya, maklum ibunya adalah seorang model terkenal.
"Bagaimana penampilan Okaa-san di majalah itu?" tanya ibu Rin.
"Bagus..." jawab Rin pelan.
Di majalah itu tertulis dengan jelas nama Meiko Sakine, yang adalah ibu Rin. Wanita berambut coklat itu mampu membedakan waktu untuk berkarir dan waktu untuk anaknya. Terlihat dari luar Meiko adalah wanita yang baik tapi dia memiliki kisah hidup yang cukup rumit.
Bahkan Rin sendiri tidak terlalu tahu siapa ibunya sebenarnya, ibunya jarang sekali bercerita mengenai ayahnya. Meiko bilang ayahnya sudah meninggal saat dia masih kecil dan Rin sendiri tidak terlalu ingin memusingkan hal itu.
Rin melihat ibunya telah bersiap-siap dengan memakai mantel di badannya. Tampaknya kali ini Rin akan sendiri lagi di rumah. Rin meletakkan majalah yang dibacanya dengan malas dan hanya menatap ibunya datar.
"Mau kerja?" tanya Rin.
"Iya. Selama dua hari ini Okaa-san tidak pulang. Kamu baik-baik di rumah ya." jawab Meiko sambil mengecup pelan dahi anaknya itu. Rin tetap tidak bergeming dan hanya mengangguk kecil lalu Meiko berjalan pergi dari rumah itu.
"Hah..."
Rin hanya menghembuskan nafasnya dan mata birunya kembali berkutat pada majalah fashion tadi. Meski Meiko itu ibunya entah kenapa dia dan ibunya terasa jauh. Hubungan mereka kurang terlalu baik.
"Ah...Aku merasa jauh sekali dengannya..." gumam Rin.
Keesokannya Rin berangkat ke sekolah dengan malas. Langkah kakinya membawanya langsung menuju kelasnya. Rin berusaha menunjukkan wajah yang ceria ketika bertemu dengan teman-temannya.
"Pagi semua..." sapa Rin ketika masuk ke kelasnya.
"Pagi..." balas Miku, Gumi dan beberapa teman-teman yang lain. Rin langsung menuju bangkunya dan terdiam saja. Miku yang agak heran melihat tingkah Rin langsung menghampirinya.
"Rin, kamu kenapa?" tanya Miku.
"Apa maksudmu?" tanya Rin balik.
"Tampaknya kamu kurang bersemangat."
Rin hanya tersenyum saja. Dia langsung menepuk pundak Miku dan hanya tertawa saja. Miku sampai kaget melihat tingkah Rin yang berubah drastis itu.
"Hahaha...Aku baik-baik saja, Miku. Kamu jangan khawatir." ujar Rin sambil tertawa.
Miku hanya tersenyum tipis saja, dia khawatir pada Rin. Tapi bukan Miku kalau tidak percaya pada temannya, Miku berusaha percaya pada Rin.
.
.
.
Waktunya pulang sekolah tiba, Rin langsung pulang menuju rumahnya. Tapi dia menyempatkan mengunjungi taman yang selalu menjadi tempatnya berlatih menyanyi. Rin hanya tersenyum tipis melihat keadaan taman yang sedikit ramai itu.
"Tumben taman ini ramai." gumam Rin sambil berjalan mengelilingi taman itu. Rin melihat banyak anak kecil yang bermain disana atau beberapa pasangan yang sedang duduk-duduk saja di bangku taman.
Rin juga berjalan ke salah satu bangku di taman itu dan hanya duduk santai disana. Mata birunya menatap ke arah langit senja yang tampak indah. Senyum terlihat di wajah Rin.
"Kapan terakhir kali aku melihat langit senja bersama Okaa-san?" gumam Rin.
Mata biru Rin terlihat sendu, kesedihan mulai terlihat di wajahnya. Iya, dia merasa kurang diperhatikan oleh Meiko. Mereka jarang sekali berkomunikasi di rumah, padahal dia tidak memiliki yang lain kecuali ibu dan teman-temannya.
Air mata mulai mengalir di kelopak mata Rin. Buru-buru Rin menghapusnya dengan tangannya.
"Duh...Kenapa aku menangis?" ujar Rin heran sambil berusaha menghapus air matanya. Ketika Rin masih berusaha menghapus air matanya tiba-tiba ada tangan seseorang yang terulur di hadapannya sambil memberikan sapu tangan.
"Jangan menangis." ujar pemuda itu.
Rin hanya menerima sapu tangan dari pemuda itu dan langsung menghapus air matanya. Pemuda itu langsung duduk di sebelah Rin dan menatapnya dalam diam. Tidak lama Rin selesai menangis dan langsung diam.
"Terima kasih." gumam Rin.
"Sama-sama." jawab pemuda itu. Rin dari tadi belum melihat wajah pemuda yang memberinya sapu tangan. Rin langsung menoleh ke arah pemuda itu dan betapa terkejutnya ternyata wajah pemuda itu mirip sekali dengannya.
"EH?" jerit Rin kaget. Tentu saja teriakan Rin itu menarik perhatian. Rin sampai menutup mulutnya dan hanya berpura-pura tidak mengetahui yang terjadi. Orang-orang juga tidak mempedulikan lagi. "Kenapa bisa begini? Kau terlalu mirip denganku!"
"Kau kira aku tidak kaget mendengar teriakanmu." ujar pemuda itu.
"Lalu kenapa?"
Pemuda itu hanya menatap wajah Rin datar sambil sesekali tersenyum. Memang benar tampilan fisik mereka serupa. Berambut kuning, warna mata biru, wajah juga hampir sama. Benar-benar kebetulan yang mengejutkan.
"Kenapa wajah kita bisa serupa seperti ini?" tanya Rin heran.
"Mungkin ini yang disebut kalau kau akan bertemu dengan kembaranmu di luar sana." jawab pemuda itu.
"Mana mungkin."
"Kau lihat buktinya kan?"
Rin hanya diam dan dia merasa ucapan pemuda di sampingnya benar, mau menyangkal seperti apapun tetap yang terlihat mereka sangat mirip. Padahal mereka tidak saling kenal dan bukan anak kembar.
"Namamu?" tanya pemuda itu.
"Rin, Rin Kagamine." ujar Rin.
"Len, Len Shion."
"Namamu unik ya?"
"Haha..."
Rin dan Len tertawa kecil dan mereka mulai mengobrol mengenai banyak hal, terutama tentang diri mereka. Karena langit juga sudah mulai gelap, Rin langsung berpamitan.
"Len, aku pulang dulu. Sampai jumpa." ujar Rin.
"Mau kuantar?" tanya Len.
"Tidak usah. Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Tidak apa-apa. Ayo."
Rin akhirnya menurut saja pada Len dan membiarkan Len mengantarnya pulang. Selama di perjalanan angin malam terasa lebih dingin, Rin sedikit menggigil karena dinginnya angin kali ini. Len langsung melepaskan jaket yang dipakainya dan memakaikannya pada Rin.
"Len? Kau?" tanya Rin.
"Tidak apa. Kau lebih membutuhkannya." jawab Len sambil menggengam tangan Rin. Len tahu kalau sekarang ini Rin sedang kedinginan dan dia berusaha menghangatkannya. Jantung Rin entah kenapa berdetak lebih cepat dari biasa. Tapi Rin tidak ingin memusingkannya.
Akhirnya mereka berdua telah sampai di rumah Rin. Len segera melepaskan tangannya dari tangan Rin dan berjalan pulang.
"Begitu masuk kau langsung minum sesuatu yang hangat, Rin." ujar Len.
"Ok!" jawab Rin sambil tersenyum. "Oh ya, jaketmu?"
"Kau bawa saja. Besok aku akan menemui lagi."
"Baiklah."
Rin segera masuk ke rumah dan Len beranjak dari rumah Rin. Entah kenapa Len merasa Rin itu menarik perhatiannya, gadis yang unik sekali. Len hanya tersenyum tipis sambil berjalan menuju rumahnya.
Pagi hari telah menjelang dan membangunkan Rin dari tidurnya. Rin langsung bersiap-siap dan segera sarapan makanan yang dibuatnya sendiri. Iya, Meiko belum pulang juga dari kerjanya. Hal ini sudah wajar bagi Rin.
"Hai, Rin." terdengar suara Meiko di ruang tamu. Rin langsung menghampiri ibunya dan melihat ibunya pulang.
"Okaa-san." gumam Rin pelan. "Selamat datang."
Meiko hanya tersenyum saja dan menepuk pelan kepala Rin. Perhatian yang ditujukan Meiko memang tidak sebanyak ibu-ibu yang lain, tapi setidaknya Rin menghargai usaha ibunya untuk membagi waktunya.
"Okaa-san mau sarapan?" tanya Rin.
"Boleh." jawab Meiko dan segera menarik tangan Rin untuk makan bersama. Suasana hening, tidak ada seorangpun yang bicara saat makan. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Gochisou sama." ujar Rin sambil membereskan peralatan makannya dan langsung mengambil tas sekolahnya dan memakai jaket yang dia pinjam dari Len. Meiko terdiam melihat anaknya itu.
"Kau mau sekolah ya?" tanya Meiko.
"Iya. Aku pergi." ujar Rin sambil berjalan meninggalkan rumah.
"Hati-hati."
.
.
.
Rin hanya berjalan santai menuju sekolahnya. Kali ini wajahnya terlihat lebih ceria, mungkin karena Meiko sudah pulang atau dia mengharapkan akan bertemu Len nanti.
Sesampai di sekolah Rin mengikuti pelajaran dan sampailah waktu pulang sekolah. Rin bergegas menuju taman itu. Langkah kakinya cukup cepat karena Rin terburu-buru ingin segera sampai di taman itu. Tidak lama Rin telah sampai, matanya mencari ke sekeliling tapi dia tidak menemukan sosok Len.
"Jangan-jangan dia lupa?" gumam Rin.
Entah kenapa Rin merasa kecewa dan ingin rasanya dia menangis, tapi diurungkan niatnya itu. Rin memejamkan matanya sejenak dan dia mulai bernyanyi. Suara merdunya terdengar di penjuru taman itu. Ada beberapa orang menghampiri Rin untuk melihatnya bernyanyi dan mereka terkesima mendengar suara Rin.
Rin mengetahui ada beberapa orang yang datang tapi dia tetap meneruskan nyanyiannya. Dia merasa dengan menyanyi beban di hatinya bisa berkurang. Tidak lama Rin telah selesai bernyanyi dan dia melihat orang-orang memberinya tepuk tangan meriah.
"Terima kasih." ujar Rin sambil tersenyum.
"Kau hebat juga ya." ujar seseorang. Rin langsung menoleh ke asal suara itu dan sosok Len telah berdiri di hadapannya.
"Len!" seru Rin. "Aku menunggumu dari tadi."
"Maaf ya aku lama."
Orang-orang hanya tersenyum melihat mereka dan mengira mereka itu kakak-adik yang sudah lama tidak bertemu. Kerumunan orang itu pergi dan hanya ada Rin juga Len di taman.
"Suaramu bagus lho..." puji Len.
"Hehe...Terima kasih." ujar Rin malu-malu.
"Kau tahu, kalau kau sedang menyanyi terlihat seperti malaikat."
"Hah?"
"Iya. Terlihat penghayatan dan entah kenapa auramu terasa seperti itu."
Wajah Rin tiba-tiba memerah, dia mengalihkan pandangan matanya dari Len. Len hanya tersenyum saja dan segera berhadapan dengan Rin. Wajah mereka berdua berada dalam jarak yang dekat, wajah Rin langsung lebih merah lagi dan jantungnya berdetak lebih cepat.
'Aku kenapa?' batin Rin.
"Rin..." panggil Len pelan.
Wajah Rin tetap saja memerah, dia takut melihat wajah Len yang berada dalam jarak dekat. Rin langsung memejamkan matanya. Len memegang pundak Rin.
"Kau kenapa Rin?" tanya Len.
"Eh? Haha..." Rin heran dan langsung tertawa kecil saja, berusaha mencairkan suasana. Len hanya menepuk kepala Rin pelan dan tersenyum.
"Makanya kamu jangan berfikiran yang aneh."
"Iya."
Wajah Rin malu-malu, membuatnya terlihat makin manis. Len tetap tersenyum melihatnya. Rin langsung melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya pada Len.
"Kukembalikan jaketmu." ujar Rin.
"Ok." ujar Len sambil menerima kembali jaketnya.
"Len, terima kasih kau mau menemaniku."
"Sama-sama."
"Aku antar pulang ya?"
"Baiklah..."
.
.
.
Meiko yang berada di rumah baru bangun dari tidurnya. Dia baru saja beristirahat dari kegiatannya dua hari yang lalu. Pekerjaannya sebagai model cukup menguras tenaga, tapi Meiko melakukannya demi menghidupi dirinya dan Rin.
Meiko langsung mandi dan setelah itu menyiapkan makan malam untuknya dan Rin. Untuk ukuran Meiko yang jarang memasak dia termasuk mahir jika sudah memasak. Meiko menunggu Rin untuk makan malam.
Meiko melihat jam yang telah menunjukkan pukul enam sore. Dia khawatir kenapa Rin belum pulang juga. Meiko hanya berdiam diri di ruang tamu dan sesekali melihat ke arah pintu, apakah Rin sudah datang atau belum.
'Ting tong'
Terdengar bunyi bel dan Meiko yakin Rin sudah pulang. Meiko langsung menuju pintu rumah dan membukanya.
"Rin kamu..." ucapan Meiko terhenti saat melihat sosok seseorang yang berada di hadapannya, bukan Rin. Sosok seorang pria.
"Lama tak jumpa, Meiko." ujar orang itu.
TBC
A/N: Wah...
Fic multichap pertama di fandom Vocaloid.
Ditunggu reviewnya...^^
