Onsite

Kim Taehyung & Jeon Jungkook

Friendship | Drama

[ tulisan ini hanya fiksi belaka ]

.

Baginya tong sampah di belakang rumah menjadi lebih layak dipandang daripada menatap bocah remaja di depan pintu rumah. Sore hari. Ketika pancar kelabu senja menjalar dan menjarah titik pandang.

Kim Taehyung terdiam datar tanpa aura bersahabat di samping ibunya. Mendengarkan wanita paruh baya itu berceletuk bagaikan kicauan burung sedang berkoloni menyusuri awan di atas sana.

"Trima kasih banyak, Mrs. Jeon. Telur-telur ini pasti akan sangat lezat dihidangkan sebentar malam." Mrs. Kim kembali berceletuk ramah. Taehyung masih datar dan semakin tanpa aura yang baik.

"Aku harap, anakku Jungkook dapat mudah beradaptasi di rumah baru kami ini. Ayahnya harus dipindahkan lagi ke kota yang berbeda dan kami seperti biasa, harus ikut." Taehyung memindahkan sepersekian mili tatapan datarnya, menatap tanpa minat bocah Jeon di samping ibunya. Berkacamata bulat. Lensa setebal buku-buku yang membosankan. Puncak hidung memerah akibat flu. Rambut yang sepadu dengan warna hazel pada mata bening itu, menunjukkan aura lemah dan polos.

"Jungkook perkenalkan ini putraku, Kim Taehyung. Kau bisa meminta bantuan padanya jika perlu sesuatu atau bahkan saat di sekolah nanti." Taehyung sudah menduga ibunya akan berucap seperti itu. Taehyung hanya mengangguk sekali dan nyaris tanpa pergerakan.

Mrs. Jeon tersenyum kaku melihat tingkah Taehyung. "Aku harap Taehyung mau membantu anakku yang sangat tidak tahu bergaul ini. Jungkook sebenarnya hanya belum pandai beradaptasi dan mencari teman." Mrs. Jeon tertawa hambar dan mengusap dalam punggung anaknya.

Jeon Jungkook juga sudah menduga ibunya akan berucap seperti itu lagi. Kalimat berulang di setiap kali berpindah kota. Jungkook mengangkat kepala dan membiarkan matanya beradu pandang dengan mata Taehyung.

Taehyung tanpa sadar menantikan mata bening itu beradu dengannya, mengundi ancaman yang terpacu dalam dirinya. Menatap tajam dan memaku mata hazel itu dalam diam yang panjang.

"Baiklah, kurasa pertemuan pertama ini berjalan baik. Aku harap keluarga kami dapat menjadi yang kau andalkan Mrs. Jeon saat butuh bantuan. Kau tau, rumahku tepat di depan pagar kalian." Mrs. Kim tertawa senang dan mengangguk-anggukkan kepala sebagai akhir perjumpaan awal.

"Tentu saja Mrs. Kim. Terima kasih dan selamat malam." Taehyung dapat melihat seberapa manja bocah Jeon itu saat begitu sigap mengikuti langkah kaki ibunya saat meninggalkan halaman rumah keluarga Kim.

"Taehyung, bantu Jungkook, ya." Taehyung mendelikkan tatapan sedikit ketus dan wajah cemberut saat ibunya mengatakan itu. Ibunya bahkan tidak menatapnya dan hanya mengusap singkat kepalanya kemudian senyuman bahagia ibunya di bibir terus terpatri.

.

.

.

Taehyung menghela napas begitu pelan, tetapi padat akan hembusan berat. Melihat Mrs. Jeon bersama anaknya berdiri di depan pagar rumah. Pagi hari yang bagi Taehyung tidak pernah cerah. Biasa saja. Dan memang segala hal di dunia ini tidak ada yang luar biasa baginya.

Kulit putih memerah milik bocah Jeon itu terlihat sangat bersih dan rambut hazel itu terlihat terlalu rapi. Pemandangan khas nerd menyakiti mata Taehyung begitu tanpa alasan.

"Taehyung, aku titip Jungkook ya ke sekolah bersamamu. Sebenarnya aku ingin mengantarnya, tapi Jungkook menolak. Aku kuatir kalau dia tidak tahu jalan." Taehyung hanya mengangguk sedikit dan berjalan keluar pagar rumahnya.

Ibunya bahkan belum bangun di pagi hari seperti ini. Taehyung hanya membuat sarapan roti isinya sendiri dan meminum susu buatan sendiri. Dia jelas mandiri. Tidak manja. Tapi, lihatlah bocah Jeon satu ini.

Taehyung berjalan menyusuri trotoar jalan yang dipenuhi jejatuhan daun musim gugur. Berjalan dengan postur tegap dan sebelah tagan di saku celana. Jungkook ikut berjalan sangat kaku dan kelewat lambat di sampingnya.

Jungkook segera berbalik dan menatap memohon pada ibunya saat menyadari wanita itu diam-diam mengikuti di belakang.

"Baiklah. Ibu akan pulang sekarang dan membiarkanmu ke sekolah barumu tanpaku. Jaga dirimu baik-baik dan pulang lah bersama Taehyung, ya. Dah." Jungkook kembali berjalan di samping Taehyung dan menatap ragu lelaki itu.

"Aku tahu ibuku merepotkanmu." Kali pertama Jungkook berucap. Memberanikan diri sebaik mungkin agar tidak tergagap.

Taehyung mendengar suara lirih itu, tapi dia mengabaikan. Tetap berjalan diam dan menatap lurus ke depan. Hembusan napas konstan dan stabil terdengar baik-baik saja. Dia tidak merasa direpotkan.

Jungkook memperbaiki letak kacamatanya. Mengarsir rupa lelaki di sampingnya. Mata itu tajam. Garis bibir itu terkatup. Rahang tegas itu selalu menajam di setiap waktu. Postur tegap yang terlihat selalu tenang dan terkendali. Tahi lalat yang terlihat manis di ujung hidung mancung itu. Taehyung adalah definisi keren dan tampan bagi kacamata Jungkook. Setidaknya dia juga ingin sekeren itu, tapi lihatlah dirinya. Gaya kutu buku khas ayahnya seperti penyakit genetik yang menimpanya.

Itu lah awal perjumpaan dan awal segala hal mengenai kebersamaan mereka. Tentang berbagai hal biasa dan terus biasa saja, tetapi mungkin ada hal luar biasa yang akan ada dalam hidup Kim Taehyung nantinya.

Bersambung/tamat=dunno.

AN : well ceritaku selalu hilang. Haha biar saja lah. Kalian ingat ga sih, ff save your breath berlatar britania raya? Atau ff aku yang lain? He he. Sekarang satu pun filenya raib. Ya udah sih. Ini aku iseng buat baru. Lanjut tidaknya diliat nanti lah. Review dongs. Thanks.