-When Grey Meets Black-

.

Main Cast(s)

Kim Jongin, Do Kyungsoo

Side Cast(s)

Jo Insung, Park Chanyeol, Oh Sehun, others.

Category

BL

Warning

Light BDSM, mature content not explicit, some scenes are adapted from Fifty Shades of Grey

Author's Note

Sedikit mengenang masa dimana satu tahun lalu, cerita pertama saya dalam banyak hal akhirnya selesai. Semoga tidak mengurangi kesenangan atas Kaisoo Day tahun ini. May the 13th always be with us!

PS: Please forgive me for my bad English and typo(s)!

Summary

Grey knows nothing about love, till he met Black.

.

-.000.-

.

-.000.-

.

1. Wreak Havoc

Deru sebuah Black Maserati memecah keheningan jalanan Seoul yang sudah mulai lengang karena tengah malam. Pengemudinya nampak tidak ingin membuang waktu berharganya sedikitpun, karenanya tepat lima belas menit seperti janjinya, ia sudah menghentikan mobilnya di depan sebuah café yang sering sekali ia kunjungi bila waktunya luang.

"Hei, Kyung~"

Pengemudi Maserati hitam itu pun memunculkan senyum ramahnya tatkala matanya menemukan salah satu pegawai café yang juga punya jabatan sebagai sahabatnya itu menyapanya.

"Hei, Hyung. Bukankah harusnya hari ini kaulibur?"

"Ada salah satu pegawai yang ijin libur malam ini jadi aku menggantikannya. Kau mau pesan apa?"

"Tidak perlu, Hyung. Aku hanya sebentar,"

Barista café yang memakai name tag Luhan itu pun mengangguk lalu mengalihkan pandangannya pada seseorang dengan pakaian serba hitam yang sedang duduk membelakanginya yang kini mulai didekati oleh Kyungsoo. Seseorang yang mengundang curiga sang barista karena ia tidak memesan apapun sejak datang.

"Kau tidak pesan?"

"Saya tidak terlalu suka kopi, Tuan Kyungsoo."

"Oh, kau harus mencoba racikan temanku," paksa Kyungsoo pada lawan bicaranya yang terlihat selalu serius setiap saat itu. "Hyung! Bisakah aku pesan dua iced espresso?"

Setelah memastikan konfirmasi barista kenalannya, Kyungsoo kembali menatap pria di depannya dengan senyum kecil di bibirnya. "Aku tahu kau membawa kabar baik, bisakah sekali saja raut wajahmu itu berubah jadi ramah, Oseh?"

Senyum kecil lolos dari bibir pria itu. "Saya rasa, saya harus selalu mempertahankan raut wajah saya, Tuan. Sebagai Kepala Keamanan, saya tak bisa terlihat ramah."

Kyungsoo menyilangkan kakinya, menyenderkan punggungnya ke kursi empuk yang sudah satu minggu ini tak menyentuh punggungnya, ia mendesah lega seperti baru saja mengetahui bahwa satu beban hidupnya sudah hilang.

"Dua iced espresso, silakan dinikmati~"

Kyungsoo menoleh pada Luhan dan berterimakasih padanya. "Aku akan membayar belakangan, Hyung."

"Baiklah, Tuan Kyungsoo~"

"Cobalah," perintah Kyungsoo pada Kepala Keamanan yang duduk rapi di depannya itu. "Racikan Luhan Hyung tak pernah mengecewakan lidahku,"

Dengan sebuah senyum kecil yang lagi-lagi lolos dari bibir pria itu, Kyungsoo terkekeh. "Aku benar?"

"Ya, Tuan benar."

Puas menyesap dan memasok obat rindunya pada kopi racikan Luhan, Kyungsoo membenarkan posisi duduknya lalu menatap Kepala Keamanannya dengan serius. "Kau menyelesaikannya?"

Pria yang Kyungsoo panggil dengan 'Oseh' itu mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dari dalam jaket hitamnya lalu meletakkannya di atas meja kemudian kembali menyesap kopi yang pertama kalinya menghancurkan ketidaksukaannya pada liquid hitam yang kental itu. "Tanpa mata, tanpa suara."

Kyungsoo mengambil alih amplop dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya tanpa membukanya terlebih dahulu. "Aku akan mengeceknya di rumah, tapi aku punya feeling kau menyelesaikannya dengan sangat baik, Sehun."

"Kredit penyelesaian adalah Anonym, dan saya adalah Anonym terbaik yang DJ miliki,"

Kyungsoo menyeringai. Ia selalu bangga atas kerja Kepala Keamanannya yang baru ini. Sebagai seseorang yang sudah mengenalnya sejak lama, Kyungsoo dalam kepercayaan diri tinggi saat mengajukan file Oh Sehun pada Direktur perusahaannya sebagai salah satu kandidat Kepala Keamanan yang baru di perusahaan mereka. Keyakinan dan kepercayaan Kyungsoo pada Sehun, selayaknya saudara yang yakin bahwa mereka tak akan bertindak bodoh yang merugikan satu sama lain.

"Oh, kau memang Anonym terbaik yang DJ miliki, Oseh. Aku senang Insung Hyung bisa mempercayaimu,"

"Kepercayaan adalah kesetiaan yang harus saya patenkan untuk siapapun yang memberikannya, Tuan Kyungsoo. Apalagi, saya melakukan pekerjaan yang saya cintai, jadi saya tak sedikitpun merasa terbebani."

"Meninggalkan jejak disana?" tanya Kyungsoo sembari kembali meminum kopi dingin kesukaannya. "Seperti biasa?"

Sehun tersenyum tipis, membenarkan jaketnya seolah ia harus segera pergi. "Kau selalu tahu bagaimana aku, kan…. Hyung?"

Kyungsoo tersenyum lebar menatap punggung tegap milik Sehun yang semakin menjauh dari pandangannya. Ia terlalu mengenal Sehun untuk sekedar bertanya bagaimana ia mengakhiri tugasnya, ia terlalu mengenal Sehun untuk sekedar bertanya apakah ia akan menyelesaikan tugasnya dengan baik atau tidak. Kyungsoo terlalu mengenal Sehun untuk sekedar membiarkan keraguan muncul di benaknya atas segala macam tindakan yang pria tinggi itu lakukan atas nama Anonym. Dan setidaknya, satu lagi batu kecil yang berharap jadi sandungannya kini sudah tak terdeteksi berkat Anonymnya.

.

-.000.-

"Selamat pagi, Hyung."

"Oh, kau sudah datang, Kyungsoo-ya. Bagaimana? Semua terkendali?"

Kyungsoo memberikan amplop coklat yang sudah menetap di dalam tas kerjanya semalam suntuk itu pada sang Direktur.

"Kau tak seharusnya meragukan kerja anak itu, Hyung." Kyungsoo mendudukkan dirinya di kursi lalu menatap Direkturnya dengan ragu. "Lihat bagaimana pembuktiannya padamu, bukankah itu mengerikan?"

Tawa puas langsung menguar dan menggema di seluruh ruangan kerja sang Direktur, dengan dokumen yang kini sudah penuh dengan tanda X berwarna merah di tangannya itu, sebuah perasaan bahagia yang membuncah muncul dalam dirinya.

"Apa dia tak memberi mereka waktu bernafas? Lihatlah wajah mereka, Kyungsoo. Mereka terlihat sangat terkejut, aku menyukainya!" pekik sang Direktur puas. "Aku tak tahu jika aku meragukannya maka hasilnya jadi begini, kupikir dia akan selalu bekerja dengan pola yang sama.."

Kyungsoo tersenyum puas melihat ekspresi Direkturnya, satu lagi rencananya berjalan mulus. Sepertinya saat ia pulang ke bunker nanti, ia harus mentraktir kedua saudaranya dengan semua makanan terbaik yang mereka inginkan.

"Kalau begitu, kembalilah bekerja. Jangan lupa, dua minggu lagi kau akan terbang ke Seattle." titah sang Direktur.

"Kau sudah menemukan calon penggantiku di DC?"

"Belum ada satupun pelamar yang memenuhi kualifikasi. Aku akan melihat lagi siapa yang mengajukan diri nanti." balasnya. "Kyungsoo-ya.."

"Hm?"

Kyungsoo mendongakkan kepalanya dari dokumen perusahaan yang sedang ia baca dan menemukan sebuah benda kenyal sudah memonopoli bibir tebalnya tanpa aba-aba. Menikmati monopolinya, Kyungsoo memejamkan mata dan mulai melesakkan lidahnya ke dalam rongga mulut sang Direktur lalu membiarkan dirinya dikuasai gairah untuk beberapa waktu.

"Apa ada rapat setelah ini?"

"Masih dua jam lagi," Kyungsoo menatap Direkturnya dengan sayu. Ini bukan pura-pura karena ia benar-benar sudah dipenuhi hormon dewasanya saat ini dan ia sangat menginginkan penuntasan yang memuaskan saat ini. Dan Kyungsoo juga tahu jika saat ini, pria yang sudah kembali membawa bibirnya dalam ciuman yang panjang dan penuh nafsu itu sedang butuh dipuaskan.

"Apa lubangmu siap untuk dua jam?"

Kyungsoo menyeringai kecil sebelum kembali membiarkan nafsunya bersatu dengan Direkturnya. "Ia siap kapanpun kau mau, Master.."

Satu detik setelahnya, sang Direktur sudah menekan tombol pengunci pintu ruangan kerjanya yang sengaja ia pasang dibawah mejanya, khususnya agar jika saat-saat seperti ini tiba, ia tak perlu susah payah berjalan menuju pintu hanya untuk menguncinya. Waktu yang ia habiskan untuk berjalan menuju pintu, bisa ia alihkan untuk sesuatu yang lebih berguna baginya. Salah satunya adalah menelanjangi submissivenya dengan penuh gerakan sensual yang selalu sukses membangkitkan seluruh hormon-hormon dewasa terpendam dalam dirinya.

Melakukan persetubuhan yang berpacu dengan waktu adalah salah satu kesenangannya terutama sejak Kyungsoo sudah ia pekerjakan di perusahaannya. Adrenalinnya seolah terpacu lebih kencang saat ia melakukan aktivitas berbau seksual dengan melawan denting jarum jam di dinding ruangan kerjanya atau detak suara jam digital di meja kerjanya. Apalagi ketika ia dengan tak mengenal kata perlahan, mendorong keseluruhan penis besarnya masuk ke dalam lubang yang menjadi candunya selama ini sambil menatap bagaimana riuhnya lalu lintas Seoul dari balik jendela ruang kerjanya.

"Ow shit! You're so damn tight!"

Kyungsoo menahan desahannya sekuat mungkin saat milik Direkturnya sudah tanpa ampun menghujami prostatnya sejak tadi. Dirty talk tentang betapa ketatnya lubang Kyungsoo selalu mengalir mulus dari bibir Direkturnya setiap kali mereka melakukan kegiatan semacam ini. Adrenalin bercampur macam-macam hormon dewasa yang menggebu-gebu di dalam tubuhnya saat ini menimbulkan reaksi yang membuatnya kecanduan. Dengan prosentase 0,00001% ia akan menemukan seseorang berdiri dengan tatapan terkejutnya di balik pintu ruang kerja sang Direktur menyaksikan persetubuhan dua orang petinggi perusahaannya, atau dengan probabilitas kurang dari satu ia akan menemukan seseorang sedang mengawasi mereka dari gedung lain menggunakan teropong berskala besar sambil memuaskan penisnya sendiri dengan tangannya. Kyungsoo menyukai semua sensasi yang hanya bisa ia dapatkan ketika ia merelakan lubangnya terus dihujami kenikmatan seperti ini di dalam kantornya, karena ketika ia sudah tiba di rumahnya atau rumah Direkturnya, sensasi yang melandanya akan jauh berbeda dari ini.

Kyungsoo lupa sudah berapa kali hentakan keras dihujamkan Direkturnya ke arah lubang sempitnya sembari terus meracau kata-kata yang tak lagi Kyungsoo bisa pahami. Yang ia tahu, saat ini ia merasakan penis milik Direkturnya sudah terasa lebih besar dari sebelumnya, penisnya sendiri yang sejak tadi ia puaskan sendiri pun saat ini sudah hampir mencapai batasnya. Tubuh Kyungsoo menegang bersamaan dengan semakin sempitnya lubang pantatnya sendiri, penisnya dan penis Direkturnya kini sama-sama bersiap memuntahkan seluruh calon-calon pemimpin masa depan mereka masing-masing.

Dan dalam hitungan jari, keduanya resmi mengakhiri kegiatan seksual mereka dengan lenguhan panjang dan desahan nama yang tak lagi perlu mereka tahan.

"KYUNGSOO!"

"M-MASTER…AAHHH~"

.

-.000.-

.

Seorang pemuda bertubuh tinggi nampak sibuk dengan kantung belanja berisi beberapa bahan makanan untuk pengisi lemari pendinginnya yang sudah kosong sejak kemarin. Sampai di depan pintu kediamannya, ia pun menyibukkan diri mencari kunci pintu dengan tangan kanannya sembari tetap menjaga kantung belanjaannya seimbang dengan tangan kirinya. Menemukan kuncinya, pemuda itu lalu segera masuk, mengunci kembali pintu rumahnya dan segera berjalan menuju bunker.

"Oh! Kau mengagetkanku!"

"Kau tak muncul dalam sepuluh menit, jadi kupikir kau pasti belanja."

"Bahan makanan sudah habis." jawab sang pemuda jangkung santai. "Kau kemana saja? Menghilang dua minggu tanpa kabar, hanya menyuruh Sehun datang untuk mengambil data-data. Jadi aku ini hanya orang suruhan pengumpul data?"

Pemuda yang lebih mungil terkekeh sekali sambil mengunyah santai apel yang baru saja ia ambil dari kantung belanja teman baiknya itu. "Apakah kau tahu susahnya mengurusi Insung Hyung? Mau bertukar tempat denganku?"

Mendengar pertanyaan si mungil, si jangkung mendadak bergidik ngeri dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Lalu membiarkan tubuh besarku jadi olokan karena aku jadi bottom?" sergahnya. "Tentu tidak!"

Tawa keras menguar dan menggema di bunker tempat keduanya kini berbincang. Si mungil nampak puas menertawai jawaban si jangkung dan sebaliknya, si jangkung sibuk merinding membayangkan dirinya sendiri dihujami—

"HAAAH! GARA-GARA KAU, AKU JADI MEMIKIRKAN HAL BURUK! SIALAN KAU, KYUNGSOO!"

Tawa yang lebih puas kini resmi lolos dari bibir Kyungsoo. Ia senang ketika akhirnya bisa kembali ke bunker tanpa perlu banyak pertanyaan aneh dari atasannya.

"Kau tahu, dia tadi membahas lagi perihal kantor cabang di DC dan masalah kerjasamanya dengan Grey Enterprises. Demi lubang pantatku yang terus-terusan dia sumpahi sempit ini, aku benar-benar bersemangat menantikan pembukaan kantor baru di DC!"

"Oh, ngomong-ngomong tentang Grey Enterprises, sesuai permintaanmu aku sudah mencari tahu informasi tentang CEO-nya. Sebentar, akan kucari di komputer.."

Kyungsoo meneguk habis air mineral yang baru saja ia tuang dari botol menuju gelas di tangannya. Sebenarnya Kyungsoo sangat malas berurusan dengan negosiasi menggunakan kata-kata, karena percayalah, ia hanya bagus saat negosiasi dilakukan menggunakan senjata, sama seperti Sehun. Seharusnya, semua urusan business meeting adalah pekerjaan Direkturnya, Jo Insung, tapi untuk kerjasama kali ini, Insung menyerahkan tanggungjawabnya pada Kyungsoo selaku CMO perusahaannya. Beralasan bahwa ia masih harus mengurusi dokumen pembelian saham beberapa rivalnya yang sudah ia singkirkan dengan bantuan Anonym, Insung meminta Kyungsoo mengurus kerjasama dengan Grey Enterprises plus menjadi Direktur Double J Company di Washington DC untuk sementara sampai ia mampu menemukan orang yang capable untuk dipekerjakan disana.

"Ah, ini dia. Kemarilah, Kyung. Lihat sendiri calon rival perusahaanmu,"

Kyungsoo menuruti perkataan pemuda jangkung itu dan mengambil alih kursi yang sudah ditinggalkan pemiliknya yang lebih memilih menata isi kantung belanjanya ke dalam lemari pendinginnya itu.

Kedua mata bulat Kyungsoo memicing saat membaca profil CEO perusahaan yang akan segera ia temui dalam dua minggu ke depan untuk membicarakan masalah kerjasama antar kedua perusahaan tersebut. Ia memang memiliki masalah dalam melihat, jadi picingan matanya benar-benar berguna saat ia diharuskan membaca file dengan banyak kata-kata di dalamnya.

"Nicholas Grey. Woah, dia lahir di Korea, Hyung! Dia juga lebih muda dariku!" heboh Kyungsoo.

"Benarkah?"

"Ya, itu tertulis di CV-nya. Ia lahir di Seoul, dan hanya berjarak tepat satu tahun dua hari setelah hari lahirku. Disini juga dikatakan, dia menguasai empat bahasa, diantaranya bahasa Korea, Mandarin, Inggris dan Perancis."

"Itu artinya rivalmu kali ini lebih berbakat, benar?"

Kyungsoo mengangguk antusias secara tidak sadar. Entah mengapa, ada reaksi aneh dalam dirinya saat membaca dokumen tentang Nicholas Grey, seperti ada sesuatu yang memberitahunya bahwa akan ada hal penting yang terjadi saat business meeting mereka dua minggu lagi.

"Hyung! Apa kau tahu dimana Sehun? Aku mencoba menelponnya tapi tak ada jawaban sejak sore." tanya Kyungsoo tanpa mengalihkan tatapannya dari komputer si jangkung. Matanya sibuk meneliti seperti apa sebenarnya calon rival perusahaannya ini? Apakah kelemahannya? Apa rahasianya? Apa kelebihannya sampai ia bisa dinobatkan sebagai lima besar CEO termuda paling berpengaruh di benua Amerika? Apa sisi menarik dari diri Nicholas Grey? Ia sungguh ingin tahu lebih banyak dan lebih banyak lagi tentangnya tapi…

"Sehun? Dia berkencan,"

Kyungsoo memang sedang fokus membaca dokumen milik Nicholas tapi telinga tajamnya sungguh cepat menghantar informasi menuju otaknya apalagi tentang—

"Berkencan?!"

"Dia tak bilang padamu?"

Si jangkung melahap buah apel yang ia ambil dari lemari pendinginnya lalu mendekat menuju meja kerjanya. "Dia naksir pada barista di Black Room," jawabnya santai. "Oh, file tentang Grey memang hanya segitu, banyak datanya yang terlindungi oleh firewall dengan keamanan tinggi. Mungkin itu berkaitan dengan perusahaannya. Karena kupikir tidak terlalu penting, jadi aku hanya mengambil yang bisa diambil saja,"

Kyungsoo memutar kursinya seratus delapan puluh derajat, menghadap si jangkung yang kini terkejut dengan tingkah Kyungsoo.

"Berkencan dengan barista Black Room? Apa maksudmu dia berkencan dengan Luhan Hyung?"

"Aku… tidak tahu? Tapi, ayolah, apa yang penting dari itu?" tanya sang pemuda jangkung. "Si Grey ini, kau tidak butuh banyak tahu, kan?"

"Tak perlu, kecuali nanti ada perintah untuk melenyapkannya." sahut Kyungsoo santai. "Jangan lupa, kau harus terus permainkan CV para pelamar di DJ, tunggu aku menyelesaikan pekerjaanku di DC, dan ambil tugasmu. Okay?"

"Okay, bos!" balas si jangkung cepat. "Oh, apa kau akan ke rumah direkturmu? Bermalam dan mendesahkan namanya dengan panas seperti biasa?"

Kyungsoo memutar bola matanya malas dan si jangkung tertawa. Ia hanya bisa membalas lambaian tangan si mungil yang kini perlahan menjauh dan menghilang setelah ia menaiki elevator kecil yang ia ciptakan khusus untuk jalan menuju bunkernya ini. Si jangkung sebenarnya tahu apa yang terjadi bila si mungil Kyungsoo bermalam di kediaman direkturnya. Desahan panas? Malam yang nikmat? Dalam mimpi terbaik Kyungsoo pun, ia rasa kenangan itu tak akan pernah mampir. Dari sisi manapun menurutnya, Jo Insung tak pernah punya sisi menawan dan menarik. Jika bukan karena alasan pribadi yang mereka susun rapi sebagai sebuah rencana apik, ia yakin Kyungsoo tak akan begitu saja membiarkan hari-harinya selama empat tahun belakangan diisi dengan desahan nikmat palsu ketika ia dan Insung bermalam di kediaman mewahnya.

Si jangkung itu berjalan menuju sebuah ruangan yang bertuliskan 'Park Dobi Chanyeol' di depan pintunnya, mengambil ponselnya lalu kembali menuju meja kerjanya. Tak lupa ia mengambil sebuah dart di meja kerjanya, lalu melemparnya tepat pada sebuah foto yang terpasang di inner bullseye.

"Die,"

.

-.000.-

.