All characters belongs to Kishimoto

.

.

.

Rendahnya suhu udara di awal musim semi menjadi penghalang bagi siswa-siswa Konoha International School untuk beranjak dari tempat tidur yang hangat. Ditambah dengan diadakannya festival menyambut Tahun baru Lunar semalam. Kembang api yang sengaja dinyalakan tengah malam, pusat perbelanjaan yang mengadakan Midnight sale, serta para orang tua mengizinkan anak-anaknya menikmati sake bersama. Tidak banyak yang bisa bangun segar seperti biasanya.

Tidak jauh berbeda dengan yang lain, kelas tamatan A juga senyap. Para pembuat gaduh di kelas hanya mengeluarkan suara dengkuran dari sudut kelas. Dengan kertas selembar 'JANGAN GANGGU ATAU DIGANGGU SEUMUR HIDUP' mereka menjamin akan tidur dengan pulas. Bahkan guru pada les pertama sekaligus kedua juga ikut tidur bersama.

Berbeda dengan murid lain, Hinata Hyuuga sibuk menyalin catatan dari temannya. Ia sakit sepanjang musim dingin lalu sehingga ia harus melengkapi catatan serta mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Hari ini merupakan deadline tugas sastranya. Dan karena hal itu, semalam ia terpaksa mengunci diri di kamar mengerjakan tugas setebal Kamus Besar Bahasa Indonesia dan merelakan waktu tidurnya. Dan yang lebih menjengkelkannya lagi, guru sastranya berubah pikiran, menyuruh dengan seenaknya untuk mengumpulkan catatan yang ditulis sepanjang waktu ia diopname di rumah.

Well, rasanya sakit sepanjang musim dingin lebih menyenangkan daripada disiksa secara tidak langsung begini.

.

.

.

Pada les terakhir, para murid perempuan di kelas Hinata sudah terlihat segar. Sebelum guru sastra yang akan mengakhiri pembelajaran terakhir hari itu tiba, mereka telah bersiap-siap dengan bedak dan lipgloss. Alasan apalagi yang melatarbelakangi kalau bukan guru yang cakep akan mengajar. Sedangkan Hinata, ia terlihat sudah batas limitnya. Kelopak matanya sudah terlalu melekat dengan pipi. Pada pertengahan akhir pelajaran itu, Hinata menemukan permen rasa mint di kotak pensilnya. Mengira itu akan mengurangi rasa kantuknya, dia mencoba mencuri makan permen tersebut.

Hinata mungkin lupa, Sasuke Uchiha, guru sastranya merupakan orang yang teliti. Dan karena komposisi posisi duduk Hinata yang tidak strategis, dia tertangkap dengan mudahnya.

"Hyuuga Hinata."

"Y-ya?" Hinata tidak berani berbicara terlalu banyak. Ia harus segera mengulum permennya hingga habis.

Dengan segera, guru tampan itu menghampiri meja Hinata, merendahkan kepalanya, mengulum bibir muridnya. Tidak lupa adegan memasukkan lidah ke mulut muridnya yang sudah mematung.

"Permen rasa mint. Seleramu tidak buruk. Aku sita ya. Habis ini ke kantor."

Esoknya, seluruh siswi kelas lain menanyakan Hinata merek permen yang dimakannya semalam.

.

.

.