Hallo semuanya, ketemu lagi sama Ka di fandom Naruto Indonesia ini, kali ini Ka dateng dengan fic multi chapter pertama Ka. Semoga dapat menjadi bacaan yang gak membosankan.
Warning : AU, OOC, Sakura POV, flashback mode, typo dan maaf untuk kegajean lain yang terdapat di fic ini.
Disclaimer : entah tahun kapan om Kishimoto bersedia ngasih Narutonya ke Ka, jadi untuk saat ini dengan sangat menyesal mengatakan bahwa Naruto adalah milik beliau.
Thank's and Good Bye
By
Ka Hime Shiseiten
Kisah ini dimulai dari tiga tahun yang lalu, ketika tou-san ku harus dipindahtugaskan ke Konoha. Aku yang saat itu masih bersekolah mau tak mau harus berpindah sekolah, awalnya aku menolak tegas karena saat itu merupakan tahun terakhirku di sekolah menengah atas tapi mengingat kami tak mempunyai seorangpun sanak saudara di Oto maka aku ikut berpindah kota bersama Tou-san dan Kaa-san.
Aku sangat gugup menghadapi hari pertama sekolahku di Konoha High School, sekolah ini merupakan sekolah yang cukup terkenal karena banyaknya prestasi yang telah diraih siswa-siswinya dan aku takut tak bisa menyaingi mereka walaupun prestasiku yang cukup membanggakan selagi di Oto.
Hari pertamaku di sana aku diantarkan oleh seorang sensei nyentrik bernama Kakashi Hatake, sampai sekarang aku tak habis pikir kenapa dia menutupi wajahnya dengan masker hitam padahal kalau tebakanku benar dia bisa saja menjadi idaman para wanita mengingat kepintaran dan ketampanan wajahnya.
Waktu itu aku ditempatkan di kelas A yang notabene adalah kelas unggulan di Konoha High School, aku sih setuju-setuju saja karena toh berada di manapun juga sama saja, sama-sama tak mempunyai orang yang ku kenal satupun dan untuk masalah pelajaran aku yakin mampu menyaingi mereka.
Ketika aku memasuki kelas pertama kali, kesan yang ku dapat adalah tatapan heran para penghuni kelas. Dan saat itu Kakashi-sensei menyuruhku untuk memperkenalkan diriku di depan kelas. Setelah aku memperkenalkan diriku, Kakashi-sensei mempersilahkanku duduk di sebelah seorang gadis yang menurutku cukup cantik dengan rambut pirang panjang dan mata biru cerahnya. Ya aku hanya berharap dia bisa menjadi teman yang baik bagiku selama di sini.
Saat aku duduk, aku sempat memberinya sebuah senyuman sebagai tanda pertemanan dan permintaan ijin untuk duduk di sebelahnya.
"Ino Yamanaka," ujarnya sambil mengulurkan tangan. Aku sempat tertegun mendengar namanya, nama yang aneh untuk orang secantik dirinya, tapi tak ku hiraukan keanehanku lalu membalas jabatan tangannya.
"Sakura Haruno." Jawabku kemudian.
Waktu istirahat tiba, banyak teman yang mengelilingiku untuk berkenalan dan tentu saja aku tak keberatan mengingat aku belum mempunyai teman di sini. Aku cukup senang dengan sifat mereka yang tidak tertutup dengan orang baru walaupun mereka anggota kelas unggulan yang biasanya egois, sombong dan tak mau tersaingi.
Tapi, lama kami bercanda gurau aku mulai tertarik dengan pemuda yang sedang duduk di pojok ruangan. Dari tadi ku perhatikan, dia sangat pendiam dan tidak mau membaur dengan yang lain, padahal dari segi fisik dia sangat menarik dengan sepasang mata onyx, rambut biru dongker hanya saja kulit yang sangat pucat. Aku tak tahu kenapa tapi menurutku kulitnya itu berbeda dengan yang lainnya, dia terlampau pucat untuk ukuran kulit yang putih.
Untuk mengurangi rasa penasaranku, aku mencoba bertanya pada Ino siapa sebenarnya pemuda pucat itu.
"Ino, boleh aku bertanya sesuatu?" tanyaku pada Ino dengan agak gugup.
"Apa? Apakah tentang sekolah? Kau bertanya pada orang yang tepat karena aku ini ratu informasi sekolah," jawabnya, aku baru tahu ternyata teman sebangkuku ini seorang yang cerewet dan yang lebih parah adalah seorang ratu gossip.
"Siapa pemuda berkulit pucat yang ada di pojok itu? Aku lihat dia agak anti sosial," aku tak berani menunjuk pemuda itu, aku takut kalau dia melihat dan tersinggung karena sikapku, bagaimanapun aku ini murid baru dan aku tak mau mencari masalah di hari pertamaku sekolah.
"Oh maksudmu pemuda tampan yang sekarang sedang membaca buku itu?" Ino menunjuk pemuda yang ku maksud dengan dagunya, aku mengangguk tanda membenarkan. "Dia Sasuke Uchiha. Kau benar dia anti sosial, kami sekelas tak ada yang mau mendekatinya karena kemisteriusan dia. Dia pemuda yang sangat pintar, dan tak ada yang mengenal dia cukup dalam." Jelas Ino.
Ku lirik lagi pemuda yang bernama Sasuke itu, entah kenapa aku merasa tertarik dengannya. Selain karena ketampanannya, entah apa lagi yang mampu menarik perhatianku padanya seolah-olah ada sebuah magnet yang membuatku tak bisa berpaling darinya.
"Memangnya dia tak punya teman satupun?" tanyaku lagi pada Ino
"Sepertinya kau tertarik padanya, Sakura," goda Tenten padaku. Tenten adalah salah satu teman baruku di sini, dan selain dia masih ada Hinata Hyuuga seorang gadis masis yang pemalu dan juga Temari Sabaku. "Kalau kau mau tahu tentang Sasuke lebih jauh, kau bisa tanyakan pada Naruto, dia tetangga Sasuke dan yang paling tahu banyak tentang Sasuke." Tambahnya masih dengan senyum menggoda.
"Aku hanya penasaran saja karena dia dari tadi diam terus, apa salah aku menanyakan tentang teman sekelasku sendiri?" tanpa aku perintah, pipiku tiba-tiba merona menanggapi godaan Tenten yang membuat teman-temanku yang lain ikut menggodaku juga.
Sebelumnya aku tak pernah merasa setertarik ini pada seseorang, padahal aku pernah bertemu dengan banyak orang yang secara kepribadian lebih menarik dibandingkan dengan Sasuke. Mungkin inilah yang dinamakan benang takdir.
Sepulang sekolah, aku sengaja membiarkan teman-temanku pulang duluan karena aku tanpa sengaja melihat Sasuke masih terpaku di kursinya, sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Aku tak mau melewatkan kesempatan ini untuk mengenal Sasuke lebih banyak, siapa tahu aku bisa berteman dengannya.
Aku mulai berjalan mendekatinya, jujur saja aku merasa tegang dengan kenekatanku ini. Dan ketika aku sampai di mejanya, aku merasa bingung harus memulai obrolan kami dengan apa.
"Hai," akhirnya hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku. Sasuke mengangkat wajahnya dan menatap tajam kepadaku, seketika itu aku tak mampu berbuat apapun, matanya seakan data menghipnotisku.
Entah mendapat kekuatan dari mana, aku mengulurkan tanganku kepadanya.
"Aku Sakura Haruno, boleh aku tahu namamu?" tanyaku dengan nada gemetaran. Tapi Sasuke masih menatapku dan tak mengatakan sepatah katapun.
"Maaf aku lancang, tapi aku hanya ingin mengenalmu saja," lanjutku masih bingung untuk menghadapi Sasuke. "Jadi siapa namamu?" tanyaku lagi untuk kedua kalinya dan berharap kali ini dia mau menjawab pertanyaanku.
"Sasuke, Sasuke Uchiha," jawab Sasuke tanpa membalas uluran tanganku yang sedari tadi masih terjulur di depan wajahnya. Aku sudah menebak bahwa orang sepertinya tak akan mau sembarangan bersalaman dengan orang yang baru dikenal.
"sepertinya kau sedang menunggu seseorang," kucoba memulai obrolan dengan Sasuke untuk menghilangkan kecanggungan di antara kami, lama ku tunggu jawaban darinya tapi dia hanya diam saja yang ku artikan sebagai iya. "Supaya kau tidak merasa bosan, boleh aku menemanimu?" ku tahu itu sangat lancing sekali, tapi percuma juga menarik kata-kata yang sudah terucap.
Sasuke kembali tidak menjawab pertanyaanku, justru membuka buku yang tadi istirahat dia baca. Sekilas ku lihat ternyata itu buku kedokteran yang mengulas tentang talasemia. Aku memang tak tahu banyak tentang penyakit gen tersebut, yang ku tahu hanyalah talasemia adalah sebuah penyakit yang sangat mematikan dan belum ada obat yang mampu menyembuhkannya.
"Apa kau berniat menjadi seorang dokter?" tanyaku kemudian, "Akupun mau jadi dokter, hanya saja aku ingin jadi dokter spesialis anak. Mungkin saja suatu hari kita bisa membuat klinik bersama, benarkan Sasuke?" apa hanya perasaanku saja atau memang wajah Sasuke sedikit mengeras, rasanya tak ada yang salah dengan pernyataanku tadi.
"Ya, aku ingin menjadi dokter. Aku ingin bisa menyelamatkan orang-orang pengidap talasemia, sudah cukup banyak penderitaan yang dibuat penyakit laknat itu," ku lihat ada semacam kegetiran dalam kalimatnya, apa dia pernah kehilangan seseorang yang berharga karena penyakit tersebut?
"Aku pernah dengar bahwa orang yang mengidap penyakit talasemia tak bisa disembuhkan dan hanya sedikit yang bisa bertahan tua." Bersamaan dengan berakhirnya kalimatku, pintu kelas terbuka dan menampakan sesosok pemuda tampan yang sangat identik dengan Sasuke, sepertinya dia kakak Sasuke yang sedang Sasuke tunggu.
"Sasuke, maaf kau menunggu lama," ucapnya sambil tersenyum, kakak Sasuke ini terasa lebih hangat dari Sasuke. Dia lebih murah senyum dan kata-katanya mengandung kelembutan.
"Oh kau sedang bersama dengan temanmu, ya? Aku tak tahu kau punya teman semanis ini," aku bisa merasakan nada menggoda dalam kalimatnya itu, "Kau pacarnya Sasuke? Siapa namamu?" tanyanya padaku
Aku tersenyum "Bukan, saya Sakura Haruno teman sekelas Sasuke yang baru, saya hanya ingin menemaninya saja karena harus sendirian di kelas," aku menjelaskan padanya dengan tersipu karena disebut pacar Sasuke.
"Aku Itachi Uchiha, kakaknya Sasuke. Hebat sekali kau bisa tahan lama-lama dengannya, aku saja yang dia kenal dari lahir selalu merasa mengobrol dengan patung, tapi aku senang kalau Sasuke punya teman karena selama ini hanya aku dan Tou-san yang dekat dengnnya," aku sedikit mengeryit mendengar bahwa Sasuke tak pernah dekat dengan orang lain, sampai ibunyapun tidak dekat?
"Kami memang hanya hidup bertiga, Kaa-san kami sudah lama meninggal. Oops sepertinya aku sudah bercerita terlalu jauh padamu Sakura, aku kelewat senang mengetahui Sasuke punya teman sampai bercerita panjang lebar padamu," dia melirik pada Sasuke yang masih mematung di kursinya dengan tangan yang mencengkram buku terlampau kuat.
"Tak apa, saya juga senang kalau bisa menjadi teman Sasuke," ucapku sambil tersenyum.
"Kami harus segera pulang, Sakura. Terima kasih ya sudah mau menemani Otoutou manjaku ini." Dan aku hanya mengangguk, membiarkan mereka keluar terlebih dahulu dari kelas.
Aku sangat beruntung bisa mengetahui sedikit kehidupan Sasuke, dan semoga saja aku bisa benar-benar jadi temannya dan menjadi tempat keluh kesah yang tak mungkin dia bagikan pada orang lain.
To Be Continue
Huh akhirnya chapter pertama selesai juga. Maaf kalau ada yang merasa alurnya lambat karena Ka sengaja buat seperti itu untuk membuat feel-nya lebih terasa.
Untuk seberapa panjang dan akan ada apa saja dalam fic ini, Ka belum tahu pasti *ditimpuk* tapi untuk alur dan ending sudah Ka pikirkan matang-matang.
Ka minta keikhlasannya untuk memberikan penilaian pada fic Ka ini, dan sebelumnya terima kasih untuk yang bersedia
-REVIEW-
