Disclaimer: Amano Akira-sensei
Warning: AU, OOC, geje, Dxfem!18, entahlah…
Judulnya?
ENTAHLAH….
.
Chapter 1: Jangan Membuang Botol Sembarangan
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri bernama Alaude dan Elena. Keluarga mereka tidak mengalami kekurangan apapun. Harta melimpah, wajah rupawan, pekerjaan mapan. Namun, hanya satu yang mengganjal di hati mereka. Mereka belum dikaruniai anak meski usia pernikahan mereka sudah 10 tahun.
Suatu pagi di awal musim dingin, ketika salju turun, Elena mengisi waktunya dengan merawat burung peliharaannya yang berwarna kuning menggemaskan. Tiba-tiba, ujung jarinya terpatuk oleh si burung hingga mengeluarkan darah merah yang menetes. Elena mengaduh kesakitan. Ia pun berdoa, karena doa orang teraniaya pasti dikabulkan. (loh?)
"Ya Tuhan, tolong karuniailah hamba ini seorang anak. Anak laki-laki yang kulitnya seputih salju, bibirnya semerah darah ini, dan rambutnya sehitam bingkai jendela. (rasanya author pernah baca buku cerita yang ada doanya seperti ini waktu masih TK…)"
Tuhan pun mengabulkan doanya, meski tidak secara sempurna. Bagaimanapun juga Elena bukanlah orang teraniaya. Pada tanggal 5 Mei ia pun dikaruniai seorang anak. Namun, bukan anak laki-laki yang ia lahirkan, melainkan anak perempuan dengan kulit seputih salju. Bukan bibir yang semerah darah yang ia miliki, namun insting haus darah yang terbukti oleh hobinya untuk menggigit orang lain sampai mati. Namun ada satu yang dikabulkan oleh Tuhan dengan sempurna. Rambutnya indah dan sehitam bingkai jendela.
Sayangnya karunia yang dikabulkan itu justru malah membawa bencana…
-entahlah-
"Elena! Anak siapa dia?!" tanya Alaude panik ketika ia mendapati rambut hitam anaknya.
"Tentu saja itu anak kita Alaude sayang…" kata Elena sambil tersenyum manis.
"Tapi… di antara kita tak ada yang memiliki rambut hitam! Jangan-jangan kau berselingkuh ya? Dengan siapa?! Asari Ugetsu si pria Jepang itukah? Atau dengan pastor petinju itukah? Atau dengan si Semangka separuh Nanas itu?!"
"Bukan Alaude sayang. Dia anak kita…"
"Tidak mungkin kau pasti…." tiba-tiba Alaude merasakan rasa sakit yang amat sangat di dadanya. Penyakit jantungnya kambuh. Ia pun limbung, kemudian jatuh ke lantai dan meninggal. Elena menangis tujuh hari tujuh malam. Sambil merawat bayinya, ia meratapi kesedihannya, hingga Semangka separuh nanas itu muncul dan merayunya.
Singkat cerita, Daemon Spade berhasil merayu Elena dan 5 tahun kemudian mereka menikah. Daemon pindah ke mansion Elena yang cukup besar bersama dengan kedua anaknya.
-entahlah-
"Kyouya, perkenalkan, ini papa barumu Daemon. Yang ini kakak-kakakmu Mukuro dan Chrome." Elena memperkenalkan keluarga barunya pada anaknya, Kyouya yang sudah berumur 5 tahun. Kyouya memandang mereka dengan aneh. Tiga nanas biru berdiri di hadapannya. Yang satu sudah disilangkan dengan semangka. Dua orang memiliki senyum aneh dan mencurigakan, sedangkan yang satunya lagi penakut. Mereka semua bukan tipe orang yang bakal disukai olehnya.
Sebulan kemudian, Elena meninggal karena terkena serangan jantung. Ketiga nanas yang mulanya bersikap baik pada Kyoya pun berubah jadi semena-mena, kecuali si nanas penakut Chrome. Mereka memindahkan kamar Kyouya ke loteng berdebu dan menikmati mansion itu sesuka mereka. Saat itu, Kyouya masih terlalu kecil untuk melawan. Apa boleh buat, ia terpaksa menerima perlakuan semena-mena dari ayah dan kakak tirinya.
Suatu siang, ketika ia sedang membersihkan gudang perlengkapan mendiang Alaude, ia menemukan sepasang tonfa dalam kotak panjang berdebu yang ada di bawah tempat tidurnya. Tonfa itu cukup bagus. Diam-diam, ia belajar menggunakannya, untuk menggigit keluarga nanas yang menjajah istananya.
Sepuluh tahun berlalu. Kyouya tumbuh menjadi gadis cantik dengan rambut pendek sehitam bingkai jendela, kulit seputih salju, dan dengan mental yang masih haus darah. Beberapa kali, ketika Daemon sedang tak ada di rumah, ia menggigit Mukuro sampai mati (lalu bangkit dari kubur lagi) dengan tonfanya dan menakut-nakuti Chrome yang sudah takut ketika melihatnya. Namun, Mukuro juga tumbuh menjadi remaja yang karismatik. Ia mempunyai beberapa teman akrab, yaitu Ken dan Chikusa. Bersama-sama ia sering menggoda Kyoya yang manis.
"Nee Kyouya! Cucikan pakaianku dong. Mesin cuci kita masih rusak nih! (emang udah ada mesin cuci ya?)" Mukuro memanggil Kyouya yang sedang menyapu di halaman. Rok panjangnya berkibar tertiup angin, begitu juga rambutnya.
"Hey herbivore! Lakukan sendiri atau kugigit sampai mati!" ancamnya sambil melemparkan death glare.
"Kau mau kupanggilkan papa? Papa besok pulang dari luar negeri lho!"
Meski ia bisa menggigit Mukuro sampai mati, tapi ia masih belum cukup kuat untuk menghajar si Daemon Spade. Dia memilih untuk mengerjakan permintaan Mukuro dan mengambil keranjang berisi pakaian kotor yang tergeletak di samping Mukuro. Ia mendengus ketika melewati si Nanas biru itu. Mukuro pun tersenyum dan tertawa pelan.
"Diam atau kugigit sampai mati!"
"Ah kau moe sekali Kyouya!" godanya sambil mencolek pantat Kyoya.
"Kamikorosu!" keranjang berisi cucian itu melayang dan Mukuro bisa merasakan hantaman besi dingin di dagunya. Ia pun terpental ke belakang, menghantam keranjang sampah hingga isinya tumpah ke atas kepalanya. Bau busuk menyeruak di ruangan itu. Kyouya menangkap keranjang yang tadi ia lempar ke atas beserta isinya dengan sempurna, kemudian berkacak pinggang dan tersenyum mengejek pada nanas penuh sampah itu. Ia pun melenggang pergi ke sumur untuk mencuci pakaian keluarga nanas bodoh itu.
Setelah selesai mencuci pakaian dengan detergen aroma sakura, dia mengambil air dari dalam sumur untuk mencuci tangan dan kakinya. Di dalam ember yang ia tarik keluar, ia mendapati sebuah botol berkabut di dalamnya, mengapung-ngapung di permukaan air. Botol itu tertutup sumbat karet.
Kyouya keheranan. Siapa yang membuang botol di dalam sumur itu? Ia pun penasaran dengan isi botol itu. Mengapa berkabut? Ia membukanya. Tiba-tiba cahaya terang menyinari dan muncullah dua sosok laki-laki dengan kaki yang menyatu dengan asap yang keluar dari dalam botol.
"Hai kami adalah jin kembar! Aku Yamamoto, dan ini kembaranku Gokudera!"
"Jin kembar?" Kyoya tidak menemukan makna kata kembar dalam diri kedua orang itu.
"Sudahlah! tak usah cerewet! Terima sajalah fakta bahwa kami kembar!" sahut si jin berambut putih.
"Sebutkan 3 permintaanmu. Akan kami kabulkan!" ujar jin Yamamoto sambil mengacungkan ketiga jarinya.
"Tunggu! 3 permintaan itu semuanya kamu yang mengabulkan kan?" tanya jin Gokudera pada jin Yamamoto.
"Tentu saja harus di bagi dua!"
"Tapi 3 itu angka ganjil. Dan aku tidak mau melayani permintaan yang setengah-setengah!"
"Tapi Gokkun, biasanya jin itu mengabulkan 3 permintaan."
"Tidak bisa. Pokoknya aku tidak mau 3 permintaan"
"Terus kamu maunya berapa?"
"Aku mau 1 saja dan kamu yang mengabulkan."
"Eh kalo begitu kan kasihan dia. Dia sudah mengeluarkan kita dari dalam sumur. Masa kita membalas budi baiknya hanya dengan begitu?"
"Memangnya mau bagaimana lagi?"
Perdebatan kedua jin botol itu masih berlanjut. Kyoya menghela nafas. Mendengarkan mereka hanya akan membuang-buang waktunya saja. Ia mengambil keranjangnya dan bergegas pulang. Namun, jin Yamamoto menarik kerah belakangnya dan menyeretnya kembali ke samping sumur.
"Jangan mengganggu perkerjaanku herbivore! Atau kamikorosu!" ancam Kyoya. Ia hampir saja menjatuhkan keranjangnya ketika ditarik oleh jin tadi.
"Eh tunggu dong nona! Kami para jin punya estetika tersendiri. Seorang iblis saja punya estetika kerja. Seorang butler pun punya estetikanya sendiri. Kami para jin juga punya sendiri. Yaitu dengan mengabulkan 3 permintaan anda."
"Pertama, aku ingin kalian diam. Kedua, aku ingin kalian enyah dari Bumi. Ketiga, jangan pernah menggangguku lagi." Katanya dengan ketus.
"Heeeeeeeeee! Apa maksudmu dengan permintaan seperti itu?" Jin Gokudera pun marah besar. Dia mengeluarkan asap merah yang membuat semua yang ada di situ terbatuk-batuk. Asap itu menutupi kamera author yang sedang merekam apa yang mereka lakukan.
Eh?
Eh?
-entahlah-
[TBC]
Ehm… Mohon maaf reader-san…. Karena terjadi kesalahan teknis oleh Jin Gokudera, author terkena TBC (To be Continued) syndrome. Sampai jumpa saat author sembuh ya. Kapan syndrome TBC-nya sembuh? Entahlah….
Ano…
Mohon reviewnya….
