Halo!! Ini adalah penpic buatan seorang avy!!
Cerita ini diharapkan banyak yang nge-reviu, karena ini adalah penpic pertama saya, jadi mohon bantuan para senior. saran kalian sangat berharga, jangan cuman kritik doang!
-Ripiu yang banyak, ya!! Dan salam kenal!!
-Mengenang meninggalnya Michael Jackson- huhu
Summary: Gaara, seorang anak yang kaya-raya tiba-tiba muncul di kehidupan Naruto, seorang gadis miskin. Mereka adalah teman sekelas yang berbeda status. Naruto bersahabat lama dengan Sasuke, teman sekelasnya yang hidupnya diatas garis kemiskinan juga. Semua itu berubah ketika mereka terjerat cinta segitiga. Manakah yang akan Naruto pilih?! Gaara atau Sasuke?!
Age: - Gaara, Naruto, Sasuke, Sakura, Ino, Sai, Kiba, Hinata, Tenten, Neji, Lee : 16 tahun
Temari, Kankurou, Itachi, Deidara, Sasori, Shikamaru :17 tahun
Orang Tua : semua antara 43-44 tahun
Desclaimer : Naruto itu punya om Kishimoto, bukan saya.
Genre:Romance and Family
Rate: T
Sudah yah, penjelasannya. Kita langsung mulai sajo... gak sabar pingin pamer penpic ini...
The Kind of Life, Stress Love?!
Chapter 1 : A broken family
By: Avykuro sabaku
Malam yang begitu riuh,
Bukan karena canda-tawa sebuah keluarga...
Tetapi karena perkelahian keluarga yang di ambang kehancuran.
Apa yang harus kulakukan,
Demi mengembalikan keluargaku yang tercinta?!
Kami-sama, bantu aku.
Hanya kaulah tempatku mengadu....
Bolehkah aku memutar waktu sekali lagi?
Hingga tak ada lagi air mata menetes...
PRAANG!!! "kyaaa!!"
Suara piring pecah itu berasal dari dapur keluarga Sabaku.
"apa yang ayah lakukan!! Apa ayah ingin membunuh ibu?!" marah seorang anak lelaki berkulit putih mulus dan berambut merah bata, tak lain tak bukan adalah Gaara. Ia sedang memeluk ibunya yang terduduk di lantai sambil gemetaran.
"kau tidak usah ikut campur! Ini urusanku!" teriak kazekage sabaku, ayah Gaara. (maaf namanya aneh, soalnya nama ayah Gaara kan belom diketahui. Daripada dikasih nama Shukaku...)
Karura mulai menangis. Mata hijaunya yang tadi jernih kini mulai berkaca-kaca. Gaara menatap prihatin pada ibunya itu.
"itu bodoh!! Untuk apa ayah marah-marah hanya karena ibu pulang malam?! Ibu itu sedang mencarikan obat untuk Temari!" balas Kankurou sambil menahan tangan ayahnya, yang kini bersiap untuk melempar gelas pada Karura. "lagipula ayah tidak pernah mempedulikan kami. Kenapa kau sekarang malah marah-marah seperti orang gila begitu?!"
"tutup mulutmu!! Kalaupun Temari sakit, kau bisa menyuruh salah satu pembantu kita untuk membeli obatnya!" kazekage itu meledak lagi. Tangannya yang kuat itu melawan Kankurou yang mulai kewalahan menahannya.
"tapi yang tahu resepnya hanya ibu!!" balas Kankurou tak mau kalah. Rupanya dia sudah pegal dengan kelakuan ayahnya yang satu ini.
Gaara masih memeluk ibunya yang menangis. Wajah Karura yang cantik itu sudah mulai sembab. Matanya membengkak. Ia memang terlalu sering menangis akibat suaminya itu.
Temari mengintip dari balik pintu dapur. Ia ingin lari ke dalam dapur dan membela ibunya itu, tapi rasa pusing di kepala serasa menahan tubuhnya. Ia merasa bersalah. Yang dialaminya hanya flu biasa, tetapi Karura yang sangat memperhatikannya anak-anaknya itu rela dimarahi suaminya demi membelikan obat untuknya. Temari sangat menyesal. Kenapa tidak dia sendiri saja yang membelinya?
Kankurou masih memegangi tangan ayahnya. "heh... kalau ayah mau lepas, taruh dulu gelas itu dan jangan marahi ibu lagi."
PRAKK!! Kazekage segera menjatuhkan gelas bertangkai yang digenggamnya. Dengan tenaganya ia berhasil melepaskan tangannya dari Kankurou. "baik...!! aku penuhi permintaan kalian. Dasar anak durhaka! Padahal selama ini yang memenuhi kebutuhan kalian itu siapa?!" teriaknya sekali lagi. ia berlalu ke ruang tamu, mengambil jas malamnya, dan pergi meninggalkan rumah megah tersebut.
BLAM!! Pintu pun tertutup dengan kasar.
"apa ibu tidak apa-apa?" tanya Kankurou prihatin. Ia lalu membantu Gaara memapah Karura. Ibunya hanya mengangguk.
Mereka membawa Karura ke dalam kamar.
"sebaiknya kalian tidur saja, besok kalian harus sekolah." Kata Karura pada kedua anaknya setelah tiba di kamar.
"selamat malam." Kata Gaara dan Kankurou bersamaan. Karura mengecup kening mereka berdua, sebelum pintu kamar itu ditutup.
***
"ayah selalu seperti itu! Apa sih, yang dipikirkannya!" kata Kankurou pada kedua saudaranya, Temari dan Gaara. Mereka belum tidur, dan berkumpul di ruang tamu. "yang dia pikirkan hanya kerja dan kerja. Setiap hari tidak pernah lepas dari ponselnya!!"
"aku juga tidak suka dengan kelakuannya. Padahal kita ini anak kandungnya. Kalaupun kita diperhatikan, itu pasti karena urusan bisnis…" sambung Temari sambil setengah bersin. Yaiyalah, dia kan flu…
"lebih baik aku hidup miskin dan menderita daripada punya ayah yang tidak memperhatikan keluarganya."ucap kankurou yang disertai dengan anggukan kedua saudaranya. "lagipula dia memanfaatkan Gaara……" kata-katanya terputus setelah Temari memelototkan kedua matanya. "maaf…."
"sebaiknya kita tidur saja. Ini sudah pukul dua belas malam." Ujar Gaara dengan datarnya. Temari dan Kankurou mengangguk, dan mereka menuju kamar masing-masing yang terletak di lantai dua.
Gaara merebahkan dirinya di atas spring bed yang terbungkus bed cover AC-milannya. Warna bed cover yang merah senada dengan warna rambut pemiliknya. Gaara mencoba memejamkan matanya, namun gagal karena suara-suara yang dibuat oleh kedua kakaknya. Nampaknya Temari dan Kankurou belum tidur. Mereka masih berbincang-bincang di depan pintu kamar mereka yang berdekatan.
"seharusnya kau tidak perlu mengatakan itu! kasihan dia." Marah Temari. Dia memandang Kankurou dengan sinisnya.
"aku kan sudah minta maaf. Tapi memang benar kalau ayah cuma memanfaatkan Gaara. Gaara juga sudah tahu sejak lama, dia tidak sebodoh itu!" balas Kankurou dengan sedikit rasa bersalah.
"kau ini bodoh atau apa, sih! Gaara memang sudah tahu, aku berharap dia perlahan akan melupakannya, tetapi kau malah mengungkit-ungkit hal itu lagi. Aku tak ingin melihatnya kecewa!" omel Temari lagi. Untuk kesekian kalinya, Kankurou minta maaf lagi entah pada siapa.
"hmm, kau tahu ke mana ayah pergi tadi? Kantor?" Tanya Temari agak malas.
"tak tahu ya. Biasanya kalau marah dia memang pergi ke kantor atau nggak dia menginap di salah satu apartemen kita." Jawab Kankurou dengan nada tinggi. Ia masih emosi sepertinya. "sudahlah, Aku muak membicarakan dia lagi. Lebih baik tidur saja." Kankurou menutup pintu kamar, disusul oleh Temari.
***
*Sigh* Gaara menghela nafas beratnya. Ia tak bisa memejamkan kedua matanya, masih memikirkan perbincangan kakak-kakaknya tadi. 'Memang benar ayah memanfaatkanku,' pikirnya.
Deskripsi on
Dahulu, sejak Gaara masih kecil sampai berumur 10 tahun, ayahnya selalu keras padanya. Membencinya. Pasalnya, dia adalah anak bungsu yang dianggap tidak berguna dan tidak bisa meneruskan bisnis ayahnya, seorang direktur di sebuah perusahaan Ind*food Corporation (maaf disamarkan) yang pendirinya adalah Kazekage sendiri. Selain itu, Gaara adalah anak yang nyaris membuat ibunya terbunuh. saat itu Karura hendak melahirkannya, dan mengalami pendarahan yang hebat. tetapi akhirnya mereka berdua selamat. Mungkin, ayahnya masih menyalahkannya.
Namun semenjak Gaara berumur 11 tahun, si Kaazekage menyadari kalau anak bungsunya itu memiliki bakat mengelola perusahaannya, disbanding kedua kakaknya yang tidak memiliki keahlian apa-apa. Kazekage itu menginginkan salah satu dari anaknya ada yang menjadi penerus perusahaan Ind*food Corporation tersebut, beserta bisnis sukses lainnya seperti restoran, tambak, mall, apartemen, real estate, dsb (ajigile, banyak banget!!) dengan kejeniusan yang Gaara miliki, sang Kazekage memilihnya. Semenjak itu, perlakuan yang diperoleh Gaara berubah drastis. Ia dimanja, apapun yang dimintanya selalu dipenuhi. Namun semua itu tidak mengubah Gaara menjadi seorang anak manja. Ia tetap menjadi anak mandiri dan berpikiran dewasa sampai sekarang.
Deskripsi off
Setelah puas melamun dan nostalgia atas nasibnya selama ini, Gaara tertidur dengan pulasnya. Tanpa ngorok tentunya.
***
Mentari pagi merembes melalui celah-celah di rumah megah itu, sebuah rumah klasik bergaya Victoria berlantai dua. Luas tanahnya saja 800 meter persegi, gimana gak gede?
Gaara dan keluarganya sedang menikmati sarapan dengan cerianya, tanpa kehadiran sang ayah tentunya. Tetapi sepertinya itu sudah menjadi hal yang biasa. Tiba-tiba sebuah suara yang berat dan dingin memecah ke-khidmatan sarapan mereka.
"sebaiknya kalian berkemas-kemas. Besok kita akan pindah ke Konoha." Kata suara yang ternyata milik Kazekage itu. Rupanya ia barusan pulang.
"apa untuk urusan bisnis lagi?" Tanya Karura, sang istri sambil mengoleskan selai ke rotinya.
"tapi kita sudah merasa nyaman tinggal di Inggris ini, untuk apa kita pindah?" bantah Kankurou.
"kau tak bisa membantah. Ini bukanlah sebuah pilihan." Kata Kazkage kembali dengan suara datar. "lagipula, apa kalian tidak rindu dengan tempat kelahiran kalian?!"
Mereka pun tediam dan menurut saja apa yang dikatakan ayahnya. Meskipun yakin ini pasti karena urusan bisnis, tetapi mereka juga ingin kembali ke Konoha, Setelah 4 tahun menetap di Inggris. Kampung halaman memang membuat rindu.
***
"akhirnya sampai juga di Konoha!" Kankurou menghela nafas berat .Ia mengeluarkan barang bawaan dari mobil Toyota Alphard milik keluarganya, dibantu Gaara dan Temari tentunya. Mereka sekeluarga berhasil tiba sehat wal-afiat di Konoha, Jawa Timur. (he?! Sejak kapan Konoha di Jawa Timur? Yay!! Namanya juga fanfic…)
Setelah memilih-milih rumah elit dan apartemen seabrek yang mereka miliki di Konoha, dipilihlah sebuah rumah berukuran luas tanah 900 m2, berlantai dua, masih ber-cat krem dan bergaya Victoria seperti rumah mereka sebelumnya. Rumah ini asri dan memiliki halaman yang luas, plus kolam renang di halaman belakang.
Gaara memanaskan Ducati 999R miliknya, motorsport keren berwarna merah menyala di halaman depan. Sesekali ia melirik Kankurou yang asyik mengagumi dan mengelap-ngelap kaca rumah dan menjilatinya (hiperbolisme). Entah kenapa di sini Kankurou diceritakan memiliki bakat bersih-bersih. Kankurou sedang mengagumi sebuah kaca fiberglass bermotif burung cendrawasih, yang mendominasi hampir seperempat bagian depan rumah itu. Kaca itu memang menjadi daya tarik utama rumah itu.
Beda Kankurou, beda lagi temari. Ia langsung masuk ke ruang tengah, merebahkan diri di sofa, dan menyetel televisi dengan pose santainya. Beginilah dia kalau sedang sakit-sakitan, bersantai sepanjang hari.
Karura mempersiapkan makan siang di dapur. Kazekage yang selalu-sok-sibuk masuk ke ruang ruang makan, meletakkan tiga buah ponselnya di atas meja makan sebelum membolak-balik Koran hari ini (gile! tangan ma kuping aja cuman dua buah, tapi hape-na tiga buah!! Gimana yah megangnya?!)
***
Makan siang terhidang di atas meja. Beraneka macam kuliner yang dimasak Karura sbb: lontong cap gomek, Fu yung Hay, Cap Cay, gado-gado, opor ayam (bukak warung nih). Ibu tiga anak ini memang paling hobi memasak dan makanannya jempolan abis, Khas Jawa Timur. Kankurou sudah terlihat berkunang-kunang melihat pilihan yang ada. Ia mengambil semua macam makanan itu satu-per-satu sebelum aksi ganasnya itu dihentikan oleh Temari, yang menampel tangan Kankurou hingga memerah.
"AUCH!!" pekik Kankurou sambil menyemburkan sebagian isi mulutnya.
"dasar biadab kau ini!!" jerit Temari tak kalah lantangnya, diikuti dengan bersin-bersin. Gaara yang sudah biasa melihat tingkah laku tidak waras kedua kakaknya ini, hanya menggeleng dan mengambil opor ayam kesukaannya.
"jadi, kalian akan ibu daftarkan ke sekolah minggu depan." Kata Karura menengahi anak-anaknya yang sedang perang makanan itu. "dan… " kata-katanya terputus ketika melihat kankurou menggenggam paha ayam dengan kedua tangannya. Kankurou hanya nyengir saja dipelototi ibunya begitu. "maaf…"
Karura menghela nafas dan melanjutkan kata-katanya. "bagaimana dengan Konoha High School? Sekolahnya lumayan bagus, anaknya juga pintar-pintar."
***
Konoha High School Kelas 1-B, seminggu kemudian…
"hey, dobe. Cepatan dikit, napa!" kata seorang cowok berkepala pantat ayam. Yak, sodara-sodara! Orang ini tak lain tak bukan adalah Uchiha Sasuke. Dia denan sabar sedang menunggu Namikaze Naruto, seorang cewek rambut blonde yang mati-matian menyelesaikan esai-nya.
"duh! Berisik banget seh!! Bantu dong Teme, sebelom bel istirahat selese… " omel Naruto pada sahabatnya itu, sambil setengah memelas.
"yey, namanya ulangan tuch musti diselesein sendiri." Kata Sasuke sok cuek. "lo bener-bener geblek, dobe!"
"sory, tapi gue lagi gak mood denger ejekan lo!" dengus si cewek blonde berkuncir dua itu. -Ini latarnya teh ada di jawa timur, harusnya pakek bahasa Jawa, tapi kok pakek lo-gue-lo-gue khas jakarte?!, biarin deh-
"yauda. Abang mau jajan dulu, dobe. Temen sekelas dah pada keluar semua, tuh! Ntar keburu abis istirahatnya!!" sahut Sasuke sambil berlalu meninggalkan kelas. Terdengar teriakan tidak terima Naruto dari dalam kelas, "Woy!! Gak setia kawan lo Teme!!"
Dan Sasuke pun langsung cabut makan pangsit bersama teman-teman.
KRIIIIING!! Bel masuk berbunyi.
"AAAAAAARGH!! "
Terdengar teriakan frustasi seorang Namikaze yang baru saja bersiap menerima semangkuk bakso. Sasuke menghampiri sahabatnya itu dengan muka kenyang. "nyok, masuk!" ajak sasuke dengan muka sok cool. Ia menarik tangan sohibnya itu. "AAAARGH!!" jerit si cewek bernama Naruto itu untuk kedua kalinya. Dia melirik putus asa pada semangkuk bakso utuh yang terlanjur dibelinya, terbengkalai begitu saja di atas meja kantin.
"napa seh! Itu 'kan cuman bakso gocengan, gak usyah ambil pusing." Kata Sasuke keheranan melihat si Naruto kelabakan membungkus bakso utuhnya. "gak usah segitunya sampe dibawa pulang segala, kau mau telat masuk kelas?"
"Teme, uang bakso ini hasil kerja cari belut seharian, tauk." Kata naruto dengan muka memprihatinkan. Naruto memang bekerja sambilan memancing belut di sawah untuk menambah penghasilan keluarganya.
"maaf…" kata Sasuke dengan raut menyesal. "kalau kau mau, aku bisa mentraktirmu di hokben nanti siang."
"benarkah?!" mata biru langit Naruto berbinar mendengarnya. Tanpa sadar ia menumpahkan bakso gocengannya dan menarik Sasuke masuk kedalam kelas. Soalnya habis ini pelajaran fisika, gurunya Tsunade. Jadi kalau telat masuk bisa berabe.
Kelas 1-B yang riuh dan ramai itu pun mendadak sunyi ketika Tsunade melangkah masuk. Yep! Guru fisika yang terkenal paling sangar seantero sekolah. Murid-murid berebut duduk ke bangku masing-masing, takut ditonjok si Tsunade itu.
"hemm, anak-anak… " kata Tsunade mengawali. "kita akan kedatangan murid baru…"
Wajah murid-murid cengok itu langsung berubah sumringah. Mereka selalu semangat kalo dapet temen baru. Satu-persatu mulai menunjukkan berbagai reaksi. Shikamaru langsung bangun tidur dan duduk tegak. Kiba yang asyik ngupil langsung menjatuhkan upil-nya ke lantai (yaiks!!). Ino yang sedari tadi baku hantam dengan Sakura langsung duduk sok manis di bangku masing-masing. Lee yang tadi males-malesan gara-gara kenyang makan pangsit, langsung bangkit dan lari-lari muter kelas.
"anak-anak! Harap tenang!!" teriak Tsunade yang nggak habis pikir sama kelakuan para murid itu. "anak baru, kamu boleh masuk!" perintah Tsunade bersamaan dengan langkah masuk seorang anak. Jeng…jeng….
-bersambung-
Avykuro:"Huahaha!! Pasti udah bisa ketebak siapa murid baru ini. siapa lagi kalau bukan…" –dibekep Naruto-
Naruto: "gak usah banyak bacot, lo! Gue aja blom ngerti siapa anak barunya. Gak usah bukak rahasia!!"
A: "alah, lo kan bego. Gak heran kalo gak ngerti! Huaha!!"
N: "tutup mulut lo! Ngapain juga lo bikin gue kayak orang miskin gitu. Beli bakso aja kagak mampu!!"
A: "loh, lo kan emang miskin! Hahaha!! Emang gaji genin tu berapa?!"
N: "Teme!! Dia jahaaat!!"
S: "mana? Biar gue bacok!" –bawa golok-
*si author pun kejar-kejaran dengan sasuke *
A: "kyaaaa!! Gaara!! Help meeee!!"
G: "siapa sih loh?!" –muka cengok-
Yang baca ini, tolong review, ya! Chap ini emang agak jayus- jadi tolong sarannya. Ini kan fic pertama saya!!
Semoga chap berikutnya lebih baik lagi….
Nanti reviu nya dibales di chap berikutnya!!!
Oh, ya. mau tanyak, kami-sama itu artinya apa, ya?! ('lo nulis-nulis gak tau artinya?!' –dibacok sasuke-)
mohon dijawab!! –tepar-
