SRAK SRAK

BRAKK

"Kuchiki-taichou! Kabar buruk! Rukia tiba-tiba pingsan saat sedang melawan hollow di distrik satu Junrinan."

Sebuah suara nan cempreng menginterupsi rapat para taichou yang berlangsung dengan hikmat. Serentak semua pasang mata yang berada dalam ruangan itu langsung mengalihkan pandangan mereka pada sesosok shinigami berambut merah yang berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar. Merasa menjadi pusat perhatian, shinigami berambut merah itu langsung nyengir kuda.

Salah satu taichou—yang memakai haori bertuliskan kanji '6'—berjalan mendekati shinigami berambut merah tersebut. "Sekarang Rukia ada di mana, Abarai-fukutaichou?" tanyanya pada shinigami berambut merah itu dengan nada yang terdengar mengintimidasi.

GLEK

Shinigami berambut merah—sebut saja Abarai Renji—langsung menelan ludah begitu mendengar suara taichou-nya yang begitu mengintimidasi dirinya. "Di-di Ruang Perawatan Divisi 4, ta-taichou." Jawabnya terbata.

"Sonna. Ayo kita ke sana." Tanpa banyak bicara, taichou dan fukutaichou Divisi 6 itu langsung meninggalkan ruang rapat Divisi 1—dengan diiringi tanda tanya besar dari penghuni ruangan lainnya.

"Rukia-fukutaichou pingsan? Aneh, tidak biasanya dia seperti ini. Apa sebelum menjalankan tugas, dia belum sarapan ya? Uhuk uhuk."

"Kau ini bicara apa Ukitake-taichou? Tidak mungkin Kuchiki seperti itu. Sepertinya ada yang janggal di sini." Seorang taichou dengan rambut peraknya menyangkal pendapat taichou yang juga berambut sama dengannya.

"Hai. Kau benar Hitsugaya-taichou."

Disclaimer : BLEACH © TITE KUBO

Warning : OOC, maybe modified canon, AR, AT

Genre : Family, Hurt/Comfort

Rated : T

Pair : Ichi-Ruki

NO RAIN, NO RAINBOW

Chapter 1

By : Rizuki Aquafanz

# Ichigo #

Huah, pelajaran sastra Jepang benar-benar membosankan. Kenapa harus ada pelajaran seperti ini sih? Menyebalkan...

"Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai festival tanabata yang setiap tahunnya selalu dirayakan. Apa ada yang ingin bertanya?"

Akhirnya sensei kacamata itu selesai juga memberikan teorinya. Padahal tanpa diberitahu pun, semua murid Karakura Senior High School ini juga sudah tahu, rutukku dalam hati sambil menatap akizora.

Tanpa sengaja pandangan mataku menangkap sebuah awan yang berbentuk kelinci. "Chappy?" tanyaku dalam hati. Ngomong-ngomong soal chappy, aku jadi ingat dengan si midget manis itu. Tiga bulan sudah aku tidak bertemu dengannya. Apa dia sudah berubah ya?

GLUTAK

Eh, apa itu tadi yang jatuh? Segera aku menundukkan kepalaku ke bawah meja. "Sebuah gantungan chappy rupanya," ucapku setelah memungut sebuah gantungan tas berbentuk chappy yang sedang memeluk buah strawberry. Ini adalah kenang-kenangan dari Rukia—sebelum dia pergi dari sisiku.

DEG

"Ada apa Kurosaki-san?"

"Ah, ti-tidak ada apa-apa sensei." Jawabku gugup.

"Baguslah kalau begitu. Jangan melamun lagi ya, Kurosaki-san."

Kenapa ini? Kenapa perasaanku menjadi tidak enak seperti ini? Apa sesuatu terjadi padamu Rukia? Kuharap kau baik-baik saja, Rukia. Aku yakin, kita pasti bisa bertemu lagi dan bisa menjadi sebuah keluarga seutuhnya.

# End of Ichigo P.O.V #

Sepasang kelopak mata itu bergerak-gerak hingga akhirnya menampilkan iris violet yang teduh. Hal pertama yang dilihat oleh iris violet itu adalah sesuatu berwarna putih. "I-ini di mana?" tanyanya entah pada siapa.

"Ini Ruang Perawatan Divisi 4, Rukia."

Merasa namanya disebut, pemilik iris violet itu menolehkan kepalanya ke arah samping kanan. Dan tidak jauh dari ranjang tempatnya berbaring, berdirilah sosok yang sangat familiar di matanya. "Ni-nii-sama?" ucapnya sedikit tidak percaya.

"Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang, Rukia?" Bukannya menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya, sosok itu malah balik bertanya.

Kelopak mata yang menaungi iris violet itu bergerak beberapa kali—menandakan dirinya tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya. "Maksud nii-sama apa? Aku tidak mengerti."

Sosok itu—Kuchiki Byakuya—hanya bisa menghela nafas pelan. Kemudian dilangkahkan kedua kakinya untuk mendekati ranjang tempat 'imouto'nya terbaring. Dielusnya pelan rambut hitam pendek 'imouto' yang disayanginya itu. "Jangan pernah menyimpannya sendiri Rukia."

Sementara 'imouto'nya terus menatapnya dengan tatapan bingung, Byakuya kembali menghela nafas. "Aku sudah tahu Rukia. Jadi, kumohon bicaralah yang jujur Rukia. Tidak perlu menutupinya seperti ini."

"Menutupi apa? Aku jadi semakin tidak mengerti, nii-sama. Memang kenapa denganku?"

"Kau hamil kan?" tanya Byakuya—sambil duduk di sisi kanan ranjang.

# Rukia P.O.V #

"Kau hamil kan?"

Eh, kenapa tiba-tiba?

"Lalu siapa ayah dari janinmu itu Rukia?" tanya nii-sama lagi.

Bagaimana mungkin nii-sama bisa tahu?

"Rukia? Jawab aku, Rukia. Katakan yang sebenarnya, Rukia."

Apa yang harus aku katakan? Nii-sama sudah tahu kalau aku sedang hamil. Bagaimana ini? Ichigo, tolong aku...

TES TES

"Hik hik, gomen na sai, nii-sama. Gomen, gomen... Hik hik..." ucapku lirih. Akhirnya jebollah pertahananku. Air mata ini meluncur begitu saja—menyebalkan. Kalau Ichigo tahu, aku pasti sudah ditertawakan olehnya.

SRET

"Sudahlah Rukia. Jangan menangis lagi ya..." ucap nii-sama tepat di samping telinga kiriku. Ternyata nii-sama memelukku. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh nii-sama. Aku semakin tidak kuat untuk menahan air mataku. Sekarang saja tangisku semakin kencang.

"Nii-sama... Hik hik... Gomen, gomen..." ucapku berulang kali. Entah kenapa hanya kata ini yang bisa keluar dari mulutku. Tanpa aku sadari, tanganku semakin erat mencengkeram haori nii-sama.

# End of Rukia P.O.V #

# 6 bulan kemudian... #

Karakura Town, kota yang terkenal dengan kedamaiannya. Juga sebuah kota yang pernah menjadi arena pertempuran 'winter war' sembilan bulan yang lalu. Malam ini, tidak biasanya hujan turun membasahi permukaan kota ini. Seolah merefleksikan perasaan dari sesosok tubuh yang terduduk lemas di atas salah satu gedung tertinggi di Karakura Town ini—Summer Snow Building.

Baru beberapa menit yang lalu ia merasakan 'kekuatan' itu kembali, tapi sekarang 'kekuatan' itu sudah hilang. Air mata mulai menetes dari sudut matanya. Mewakili hatinya yang kembali hancur berkeping-keping.

"TIDAKKKKKKK!" teriaknya frustasi. "Kembalikan kekuatanku Ginjo. Kembalikan!" teriaknya lagi—kali ini sasarannya adalah dua sosok 'mantan temannya' yang sedang memandangnya dengan sinis.

"GINJO!"

JLEB

Sebuah pedang putih menusuk jantungnya dari belakang. Segera ia melirik ke belakang melalui ekor matanya. Terlihatlah di sana ayah dan kenalan ayahnya. "Otou-san, Urahara-san... Jadi begitu ya—" ucapnya getir. Tangan kanannya terangkat—memegang pedang yang menembus jantungnya itu.

"—kalian juga..."

"Bakamono! Lihatlah baik-baik di belakangmu! Mulai sekarang kau bisa kembali untuk melihat'nya'."

Mendengar ucapan ayahnya, pemuda itu lalu menolehkan kepalanya ke belakang. Kedua matanya terbelalak seketika. Sosok itu. Ya benar memang 'dia'. Dia yang selama ini menghantui pikirannya. Yang selama ini dirindukannya.

"Rukia..." ucapnya pelan. Sosok itu, yang dipanggilnya 'Rukia' hanya tersenyum simpul.

Pedang itu lalu mulai bercahaya.

WUSSSHHH

BLAARRR

Ledakan tak dapat dihindari. Dalam sekejap kabut menutupi atap gedung Summer Snow. Dua orang 'mantan temannya' yang sudah beranjak pergi, langsung menoleh ke belakang. Dari balik kabut akibat ledakan itu, tampillah 'ia' dengan kostum barunya.

To be continued...

A/N : Yahoo, minna... Jumpa lagi dengan Rizu... Gimana dengan ceritanya? Gaje? Pendek? Ah, sepertinya memang begitu... Hehehe... *watados*

Entah sedang kesambet apa, Rizu malah buat fic gaje seperti ini. Yang bikin lebih gaje, adalah saat Rizu dapet ide fic ini. Pas liburan kemarin, Rizu kan jam 6-an baru bangun tidur, bukannya Rizu langsung bangun, eh malah Rizu dapet ide fic gaje ini. Ya udah deh, Rizu ketik aja di sela-sela Rizu belajar buat UTS 2. Itung-itung pelepas stress lah gara-gara belajar buat UTS 2 kemarin, hehe... *ditempeleng readers karena banyak curhat*

Oh iya, adakah yang tau, mana yang canon? *smirk*

Yosh, akhir kata, mind to review?

~Rizuki Aquafanz~