Penyatuan Dua Hati
Hallo minna-san! Apa kabar kalian?
Sophia update lagi nie fic yang selanjutnya, untuk fic ini NaruHina lagi. Sebelumnya udah pernah bilangkan kalau Sophia gak bakalan ganti-ganti pasangan, pokonya harus NaruHina, gak ada perubahan. Seneng gak seneng baca fic punya Sophia, yah gak pa", masih banyak ko yang suka ma NaruHina^^.. btw, buat yang suka ma NaruHina, ayo kita gebrakan suara "NaruHina" biar yang lain pada denger^^.. hehe gomen-gomen.. Sophia gak mau jadi provokator ko.
Tenang ajah, meskipun suka NaruHina, yang lain Sophia senengin juga ko. Jadi tenang ajah. Gak ada yang namanya pilih kasih. Semua aman^^... YWDH, nieh minna-san, kita baca yukzzz fic yang ini.. kalau udah baca commen yah, dan mohon saran beserta kritik yang membangunnya yaaaaah^^..
^^selamat membaca^^
Chapter 1
Seorang gadis berparas cantik ini tengah berlari kencang menuju sekolah barunya. Sang sepupu tega meninggalkannya dan berangka lebih dahulu, semua mobil yang ayahnya punya tidak ada dirumah. Sekarang, dia terus berlari hingga menabrak seseorang yang ada di depannya. "maafkan aku", ujar gadis itu, seorang pria berambut jabrik dengan mata selaut biru itu jatuh terduduk dan menatap gadis yang berdiri didepannya. Pria itu mengulurkan tangan meminta bantuan, gadis itu membantunya, tapi laki-laki itu malah menariknya hingga gadis itu pun terjatuh.
Perasaan marah antara keduanya tidak terelakan. Namun ada rasa yang tidak bisa keduanya untuk ditebak perasaan apa itu, padahal mereka baru saja bertemu. Tidak masuk akal! "aku sudah minta maaf karena menabrak mu, tapi menarikku hingga terjatuh, kau mau bermain-main denganku yah?" gadis itu marah.
"kau menabrak ku hingga terjatuh, apakah kau tahu bukan hanya pantat ku saja yang sakit, dadaku sakit karena tertabraK dengan tangan keras mu itu. Kau juga harus merasakan sakitnya," lelaki itu menyeringai, matanya menjelajahi tubuh gadis itu. Dia langsung berdiri dan tidak mau terintimidasi dengan tatapannya itu. "kau laki-laki mesum," cetus gadis itu. Dia pergi meninggalkan laki-laki itu. "gadis cantik, dan seksi!" Batin pemuda itu.
Setelah kejadian itu. Gadis tersebut selamat sampai tujuan, dia menemui sepupunya yang bernama Neji, gadis itu marah-marah, dan Neji hanya diam dan.. treng-reng! "kau dengar bell itu, aku harus masuk," ujar neji, "tunggu, awas kau!" Hari yang sial, pikir hinata. Gadis cantik itu bernama Hinata, Hinata Hyuuga. Dia akan masuk kelas dimana dia juga akan sekelas dengan orang yang dia tabrak tadi. Uzumaki Naruto, itu adalah laki-laki yang dia tabrak tadi. Saat memasuki kelas, Naruto terkejut dan bangun dari tempat duduknya, "hey hey kenapa kau ada disini?" ujar naruto.
"apa yang kau katakan Naruto, Hinata adalah murid baru disini, apa kau mengenalnya?" Salah satu guru yang terkenal dengan keterlambatannya bertanya.
"iyah, dia adalah gadis yang tidak punya perasaan sedikit pun."
"apa? Yah, dan kau laki-laki yang mesum," semua murid tertawa dan meledek Naruto.
"awas kau yah!"
"apa hah? Kau mau apa?" Ujar Hinata.
"akan ku balas kau nanti."
"sudah-sudah kalian seperti anak kecil. Ayo Hinata perkenalkan dirimu!"
"nama saya Hyuuga Hinata, senang berkenalan dengan kalian, mohon bantuannya!"
Hinata berlalu dari depan kelas dan duduk dibangku yang kosong di samping gadis berambut pendek berwarna pink, dia mengenalkan dirinya, "namaku Haruno Sakura, panggil saja aku Sakura," Hinata tersenyum, "namaku Yamanaka Ino," sahut Ino.
"aku Hinata, mohon bimbingan dan bantuannya!"
Perkenalan yang singkat namun sarat akan makna! Di hari pertama ini Hinata mendapatkan teman yang banyak sekaligus satu musuh yang spesial, batin Hinata. Kenapa harus spesial? Tapi ya sudahlah! "aku akan memperkenalkan mu dengan pacar ku yang ada disana," tunjuk Sakura pada Sasuke, "namanya Uchiha Sasuke, kami sudah berpacaran saat masuk sekolah," ujarnya sambil tersenyum senang.
"dan disana adalah pacar, namanya Sai, aku sama dengan Sakura, kami sudah lama berpacaran, oh yah Hinata, apakah kau sudah punya pacar?
"tidak, aku belum punya pacar!" Ino dan Sakura hanya mengangguk
"aku penasaran, kau dan Naruto kenapa sudah saling mengenal?" Tanya Sakura.
"kami tidak saling mengenal ko, aku menabraknya saat dijalan."
"oh begitu," ujar Ino," jadi itu alasannya dia marah begitu? Haaahh!" Ino menghela napas panjang, "kau ini, kau tidak tahu siapa dia? Hinata menggeleng, "dia itu anak dari seorang pengusaha sukses Namikaze Enterprise, semua perusahan dikonoha tidak akan segan segan dengannya."
"Kau tahu? Dia adalah pewaris tahta," tambah Sakura.
"siapa pun dia aku tidak peduli, ayahku juga tidak kalah dengannya, aku membenci orang yang bernama Naruto itu!" ujar Hinata
"oo yah, kau kan anak dari Hyuuga, itu artinya kau juga setingkat dengannya," ujar Ino.
Setingkat atau pun Hinata tetap tidak akan peduli. yang pasti dia membenci Naruto dan akan seperti itu. Tapi, ada sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh hatinya. Perasaan aneh yang menggetarkan.
###
Saat istirahat, Naruto dan teman-temannya berada dikantin untuk makan siang. Seperti biasa, dia selalu memesan ramen cup, "ada hubungan apa kau dan Hinata, Naruto?" tanya Neji, "oh yah, aku lupa, kau kan sepupunya. Dengar yah, aku tidak punya hubungan apapun dengannya, dia itu gadis yang tidak punya perasaan, se-enaknyanya menabraku dijalan, pantat dan dadaku ini sakit gara-gara dia."
"ooh begitu yah," ujar Sasuke, "kau tahu? Pertemuan semacam itu akan berlanjut dengan sebuah hubungan."
"itu benar," sahut Sai, "hey Neji, apa kau rela Hinata berhubungan dengan Naruto?"
"dia harus merubah sikapnya itu dulu jika mau berhubungan dengan sepupuku."
"siapa juga yang mau berhubungan dengannya, aku malah membencinya."
"itu lebih buruk," timpal neji, "kalau kau melakukan kekerasan pada Hinata, aku tidak segan-segan menghajarmu!"
"tenanglah, aku tidak akan melakukan hal itu, aku hanya membencinya, bukan mau menghajarnya."
Apapun yang Naruto ucapkan tentu saja Neji merasa harus waspada. Disamping Neji tahu sifat Naruto yang suka bertindak ceroboh, tapi dia juga sebenarnya baik hati. Apapun yang Naruto lakukan pada Hinata, dia yakin tidak akan melukai Hinata, Naruto bagaikan bocah yang tidak mengerti artinya cinta, hal yang terjadi padanya saat di kelas, Neji tahu kalau naruto terus memandangi Hinata.
Sesuatu yang jarang terjadi pada Naruto saat melihat seorang gadis. Saat semua pergi dari kantin Neji berkata, "kau harus berhati-hati Naruto, hati dan tindakan mu tidak sama, melainkan ada perbedaaan yang besar antara keduanya," setelah itu Neji berlalu meninggalkan Naruto, "aku tidak mengerti apa yang dia katakan!" ujar Naruto, begito polos.
Saat bel sekolah berbunyi. Semua murid bergegas pulang, hinata masih marah pada neji karena meninggalkannya. Jadi dia pulang dengan berjalaan kaki, dia tidak tahu kalau neji saat ini tengah mencarinya, "hari yang sial, kenapa aku harus bertemu dengan naruto, sekelas lagi," hinata terus mengutuk dirinya, karena menabrak Naruto, dia sekarang amat membenci laki-laki itu. Tapi kenapa sedari tadi dia terus memikirnkan bocah sialan itu, aneh sekali.
Saat berbelok ke gang yang sepi Hinata jadi merasa takut, dia merasa ada yang mengikutinya, saat berbalik ke belakang, Hinata melihat sekumpulan preman. Hinata ingin berlari tapi tidak bisa, preman itu terus mendekat dan hampir menyentuh Hinata, tiba-tiba seseorang berdiri dihadapannya dan mencegah tangan preman itu menyentuhnya, "jangan sentuh dia," ujar laki-laki itu.
Hinata melihat dengan jelas siap laki-laki itu, "Naruto!" Hinata mundur ke belakang, "kurang ajar, siapa kau?" Tanya preman itu, "kau tidak perlu tahu siap aku, aku akan menghajar kalian," Naruto mulai maju dan melayangkan beberapa pukulan, pukulannya tepat menenai wajah salah satu preman itu, preman yang lainnya membantu temannya, Naruto terlihat tidak keberatan kalau mereka main keroyokan. Saat mereka saling memukul, Hinata terlihat khawatir pada Naruto, dia terkena pukulan tepat pada rahangnya, Hinata terkejut dan semain khawatir. Tapi naruto membalasnya dan memukul mereka satu persatu, hingga akhirnya mereka pergi dari hadapan Naruto, meninggalkan Naruto yang kesakitan.
Hinata menghampiri Naruto dan membantunya berdiri, mereka lalu duduk ditaman, Hinata mengobati luka Naruto, sedikit darah yang keluar dari mulutnya akibat pukulan salah satu preman itu, "maafkan aku, gara-gara aku kau jadi seperti ini," ujar Hinata sambil mengobati luka Naruto. "kau bisa pelan-pelan tidak, aww aw," Hinata tersentak.
"aku minta maaf, aku... aku juga sangat berterima kasih karena kau membantuku hari ini, tapi aku tidak akan lupa kejadian di kelas tadi,"
Naruto menghela napas. "hey, kau masih saja membuatku merasa bersalah, jelas-jelas kau yang salah, sudahlah jangan pikirkan masalah itu lagi, aku sedang kesakitan kau tahu!" ujar Naruto.
Hinata masih mengobati luka itu, dia tidak tahu kalau sedari tadi Naruto memperhatikannya. Naruto menatap wajah Hinata dengan sangat intens, sentuhan jari-jari Hinata terasa begitu halus dan lembut, Naruto serasa bergetar karena sentuhan itu. Andai getarannya kuat, Hinata pasti bisa measakannya. Kenapa sentuhannya membuatku merasa nyaman, dia begitu indah, cantik dan... pikiran Naruto melayang entah kemana, dia masih mengamati Hinata, padahal Hinata sudah selesai mengobati lukanya.
"apa yang kau lihat?" Hinata tiba-tiba tersipu malu, dia memalingkan wajahnya, sadar akan apa yang dilakukan Naruto tadi, dia juga berpaling dari hinata.
"aku tidak melihat apa-apa!" kebohongan yang amat sempurna, hingga Hinata pun tidak tersadar kalau dia sedang dibohongi. Hinata berdiri tanpa mengeluarkan kata-kata sepatah pun, hingga akhirnya Naruto berujar ketika hinata hampir tak terlihat, dengan lantang ia berkata, "terima kasih!" Hinata terdiam, dan setelah itu dia tidak terlihat.
Saat Naruto pulang ke rumah disana tidak ada seorang pun, ayah dan ibu nya menulis pesan kalau saat ini mereka tengah pergi mengunjungi saudaranya. lalu apa yang akan dilakukannya? Yah, Naruto punya rencana, dia akan pergi malam ini dengan teman-temannya. Pertama-tama dia harus menghubungi Sasuke terlebih dahulu, "kau lupa yah, hari ini Neji mengajak kita ke rumahnya, untuk membicarakan strategi pertandingan basket besok lusa," Naruto terdiam.
"woi Naruto, jangan bilang kau tidak akan datang kesana," Naruto tersadar, dari pada sendirian di rumah pikir Naruto, lebih baik dia iku, "baiklah, tentu saja aku akan ikut!" yang berarti, dia akan bertemu dengan Hinata. Entah dia senang atau pun tidak, hanya tuhan dan Naruto yang tahu.
Saat sampai di rumah Neji, "kau terlambat!" Ujar Sasuke pada Naruto yang terlihat kelelahan.
"maaf, aku pergi ke ichiraku dulu, karena ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah."
"kenapa kau tidak bilang dari tadi," ujar neji "kalau rumah mu kosong lebih baik kita ke rumah mu, disini berisik sekali." Terdengar tawaan para gadis di lantai atas, "apa yang sedang mereka lakukan sih?" Tanyak Kiba.
"mereka sedang pesta piyama!" ujar Neji.
"seperti anak kecil saja!" sahut Kiba.
Naruto terhenyak dengan tawaan yang dia dengar, tawan Hinata! Hanya tawannya yang dia dengar saat ini. Padahal, bukan hanya Hinata yang sedang tertawa, "woi, ayo cepat kita bahas strategi kita," ujar Sasuke tidak sabaran, "Sai mana tulisan ku?" ujar Neji, lalu Sai menyerahkan tulisan tangan Neji yang dia buat saat istirahat, secara, dia adalah kapten tim basket Konoha, wajar kalau dia yang paling sibuk diantara yang lain.
Saat mendengarkan strategi yang sedang diutarakan Neji, Naruto tidak tahan, dia ingin ke belakang, "Neji, dimana toiletnya?" Tanya Naruto, "kau ini," ujar Kiba, "disaat seperti ini pergi ke toilet!" Naruto tidak mendengarkan celotehan Kiba, dia berlalu dan segera memasuki toilet.
Beberapa menit kemudian, "kau?" Naruto dan Hinata tiba-tiba bertemu secara kebetulan. "apa yang kau lakukan dirumahku?" ujar Hinata menuduh, "jangan-jangan kau mau mencuri seuatu, iya kan?" Naruto terlihat kesal, "sembarangan, aku tadi habis dari toilet," sanggah Naruto, "lalu kenapa kau ada disini,?" ujar Hinata.
"karena aku lapar lagi," ujar Naruto dengan wajah sedihnya Naruto, "aku sudah makan tadi, tapi cuma ramen, Sulit untuk memahami strategi kalau aku kelaparan!"
"strategi?" Hinata penasaran, "strategi untuk mencuri, iya kan?" tuduh Hinata. Naruto menggelengkan kepalanya, "kau bodoh atau apa sih, mencuri bukan hal yang sulit, kalau kau bermain basket, coba katakan padaku apa yang lebih sulit dari permainan itu?" Hinata terdiam, "memang wanita tidak tahu apa-apa, yang sulit dalam permainan bola basket adalah memahami strategi, jika lawan tidak sesuai dengan perkiraan, kau pasti akan kacau dan tidak siap memahami strategi yang tiba-tiba berubah."
Kenapa Naruto jadi mengajari Hinata, Hinata hanya mengangguk lagi. Aaahhh mereka berdua memang aneh. "tunggu! Kau mengalihkan perhatianku dengan bola basket yah, ini tidak bisa dibarkan kau harus dihukum karena mencoba mencuri dirumahku," Naruto menyanggah, "ya tuhan, aku tidak mencuri," Hinata mengambil sapu dan mengejar Naruto yang berlari-lari memutari meja makan.
Disaat yang bersamaan ayah Hinata sudah pulang dari kantor. Mendengar keributan di dapur semua teman-teman bergegas melihat apa yang terjadi, mereka semua melihat Hinata yang sedang mengejar Naruto dengan melayang-layangkan sapu kearahnya. Mereka semua tertawa, Hiashi mencoba menghentikan Hinata, "apa yang kau lakuka hinata dan... Namikaze? Kau mirip sekali dengan Namikaze," ujar Hiashi, "tentu saja paman," ujar Neji, "dia anak dari Minato Namikaze, Naruto Uzumaki!"
Hiashi terkejut, "benarkah itu? kau sudah besar yah rupanya, dan kau mirip sekali dengan ayahmu," Hinata menyipitkan matanya, "dia pencuri ayah!" Naruto melirik kearah Hinata dan beralih ke Hiashi, "aku tidak mencuri paman, aku sedang mencari makanan, karena aku sedang lapar saat ini," ujar Naruto. Neji terdiam, "neji, kenapa kau tidak memberikan pelayanan terbaik, mereka semua teman-teman mu Neji, Hinata, seharusnya kalian menjadi teman yang baik dengan melayani mereka sebagai tamu." Hiashi bergegas kearah Naruto dan menuntunnya kearah meja makan.
Saat akan pulang ke rumah Hiashi membeli banyak makanan siap saji, Hiashi menyuruh mereka untuk memakan semua makanan yang sudah ia beli, melihat Naruto yang mirip sekali dengan Minato, Hiashi penasaran, apakah sifatnya sama dengan Minato ataukah sama dengan ibunya kushina, akhirnya hiashi mengajak naruto mengobrol. Hinata hanya melihatnya dan sedikit kesal, "kenapa tiba-tiba ayah jadi akrab seperti itu dengan si Naruto," Neji yang mendengarnya pun hanya terkekeh, "kau pikir untuk apa ayahmu memindahkan mu ke Konoha, paman ingin selalu berbisnis dengan Namikaze Enterprise, itulah tujuannya, jadi jangan main-main dengan Naruto, dia bisa saja merusak segalanya yang telah dibangun ayah mu hanya karena kau membenci anaknya,"
"itu bukan urusanku," ujar Hinata. Neji menggeleng.
Hinata berlalu dan menghampiri teman-temannya, "keterlaluan," Hinata mengumpat, "kenapa hinata?" Tanya Sakura, "dia pasti kesal dengan Naruto," tebak Ino, dan ternyata tebakannya benar, karena Hinata semakin kesal mendengar nama Naruto, "jangan sebut nama itu lagi, kuping ku terasa sakit medengar namanya," kedua temannya hanya menggeleng dan menghela napas panjang.
"mau sampai kapan kau menganggap Naruto musuhmu hinata?" gumam Ino, yang ternyata didengar oleh Hinata, "sampai dia meminta maaf dan tidak memperlakukanku seenaknya," Sakura menyipitkan matanya, "memang sejak kapan Naruto berbuat seperti itu?"
"sejak..." Hinata kehilangan kata-kata. Sejak kapan yah? Batin hinata, "pokonya kalian berdua tidak perlu tahu, ayo kita ke atas, aku sudah mengantuk," mengalihkan perhatian dengan mengajak teman-temanya tidur, Hinata selamat dari omongannya sendiri. Entah sejak kapan Naruto melakukan hal itu, seingat Hinata dia tidak pernah melakukan apapun pada Hinata, mereka berdua baru satu minggu yang lalu bertemu dan tidak ada apa-apa sejak pertemuan itu, tapi kenapa yah hati Hinata begitu resah saat mendengar nama Naruto. ada sesuatu yang Hinata tidak mengerti apa maksudnya.
BERSAMBUNG...^^
