We Don't Talk Anymore
.
~shmnlv~
.
[Broken!SoonHoon]
.
Jihoon melirik jam kecil dimejanya.
05.00 p.m.
Masih ada satu jam sebelum janji yang dia buat dengan teman-temannya. Jihoon memeriksa kembali berkas-berkas di mejanya. Memutar ulang lagu yang baru selesai ia buat. Setelah memastikan semuanya beres, Jihoon mengambil jaket dan kunci mobilnya, mengunci ruangannya dan beranjak dari gedung agensi tempat ia berkerja.
'
Kling
"Selamat datang, ada yang- oh, Jihoon, kau sudah datang? Kukira kita berjanji datang pukul enam?"
"Ya. Hanya saja pekerjaanku sudah selesai dan aku tak tau harus melakukan apa, jadi kupikir tidak ada salahnya datang lebih awal."
Pemuda dengan rambut panjang yang berdiri di balik counter tersenyum, "Masih ada empat puluh lima menit, mau pesan sesuatu?"
"Mungkin americano. Dimana aku harus menunggu."
"Naik saja ke sana. Sebentar- Jihye, antar dia keruangan atas."
Jihoon menatap wanita dengan seragam cafe yang tersenyum kearahnya, " Aku naik dulu Jeonghan Hyung."
"Oke. Aku akan segera ke sana."
.
Jihoon bermain dengan ponselnya, mencari-cari berita yang mungkin ia tinggalkan selama ia sibuk menyiapkan album barunya.
Klek
Jihoon mendongak, sedikit terkejut namun ia dengan cepat menyembunyikan ekspresinya.
Tidak ada suara.
Jihoon kembali pada ponselnya dan si pembuka pintu hanya duduk di seberangnya dalam diam.
"Ji –oh Soonyoung, kapan datang?" Jeonghan datang dengan americano pesanan Jihoon.
"Baru saja."
Jeonghan mengangguk dan meletakkan pesanan Jihoon dan dibalas ucapan terimakasih dari Jihoon. Jeonghan memandang dua orang di depannya dan tersenyum canggung.
"Ah, Soonyoung mau pesan sesuatu?"
"Eum mungkin cappuccino."
"Okay, aku ambilkan di bawah." Jeonghan sempat melirik keduanya sebelum pergi dengan desah lirih.
.
Ruangan kembali sunyi hanya terdengar suara notifikasi dari ponsel Jihoon.
"Sial." Jihoon berdecak. Melangkah keluar dan meninggalkan kerutan di dahi Soonyoung.
"Aku sudah bilang aku libur hari ini! Aku sudah menyelesaikan laguku!"
"Aku sudah Hyung! Kau bisa langsung melihat di emailmu. Aku sudah mengirimnya!"
"Demi tuhan aku ingin libur!" Jihoon berdecak.
"Terserah kau. Aku libur dan jangan ganggu aku!"
Jihoon mematikan ponselnya dan kembali masuk keruangan tadi. Mood nya buruk, dan pemuda diseberang yang menatapnya ingin tahu semakin memperburuk suasana hatinya. Jihoon hanya mengalihkan pandangannya.
Kali ini benar-benar sunyi. Jihoon tak punya pelampiasan lagi selain secangkir americano yang sudah hampir habis. Ia jadi menyesal mematikan ponselnya.
Tanpa sengaja mata keduanya beradu. Jihoon yang memutuskan kontak pertama kali meski sebenarnya ia tak ingin.
Dia rin-
"Soonyoung cappucinomu. Dan lihat siapa yang datang."
Jihoon ikut melirik pintu. Dua orang berdiri disana, melambai semangat.
"Soonyoung Hyung, Jihoon Hyung aku merindukanmu"
Butuh sedetik untuk orang itu memeluk tubuh Jihoon, "Seungkwan lepaskan aku sebelum aku memukulmu."
"Ck, dasar pelit."
Seungkwan duduk disamping Jihoon dan pemuda lain yang bersama Seungkwan, Hansol ̶ atau mungkin sekarang Vernon, duduk disamping Seungkwan.
"Bagaimana kabarmu Jihoon Hyung?"
"Seperti yang terlihat." Jawab Jihoon acuh.
"Buruk rupanya." Seungkwan beralih ke seberangnya, "Soonyoung Hyung bagaiamana kabarmu?"
"Lumayan, hanya sedikit lelah dengan pekerjaan."
"Ah, Jihoon Hyung, aku menghubungimu tadi." Hansol bersuara.
"Ponselku ku mati."
Hansol mengangguk mengerti.
Kemudian diam, hanya Jihoon yang diam sebenarnya. Soonyoung, Seungkwan dan Hansol terlibat percakapan yang seru tapi Jihoon tak punya keinginan untuk ikut pembicaraan mereka. Ia hanya sesekali menjawab dengan jawaban singkat.
.
Ketiga belas orang itu berkumpul setelah jam hampir menunju angka enam dan dua belas.
"Wah, lama sekali tidak bertemu."
Jihoon menatap semua temannya. Sahabatnya semasa menengah atas, sudah hampir sepuluh tahun tidak bertemu, mereka tampak menjadi pribadi yang lebih baik.
"Kudengar Seokmin berhasil mendapatkan Jisoo."
Dua orang yang di sebut tersenyum malu-malu. Jihoon ikut tertawa meledek.
" ̶ dan Jeonghan Hyung yang akan menikah."
Jihoon mengerutkan dahinya, "Huh? Dengan siapa?"
"Kau pikir siapa lagi." Seungcheol merangkul bahu Jihoon. "Bagaimana denganmu produser kecil?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Kukira kau sudah punya kekasih, beritanya beredar luas."
Jihoon berdecak, "Kabar burung. Kau pikir aku bisa berkencan dengan semua jadwal padatku? Kalau kencan dengan partitur musik mungkin bisa." Jawab jiihoon sarkas.
"Cih, tidak berubah. Kau tidak lihat y,a Soonyoung bahkan sudah mau menikah. Kau tidak iri?"
Hening.
Semua ingin tau respon Jihoon. Jihoon sendiri terdiam tak tau apa yang harus ia katakan.
"Itu hidupnya." Jawab Jihoon dingin.
Jeonghan tertawa canggung, "Haha sudah hentikan pembicaraan konyol ini. Ayo berpesta."
.
Setelah berpesta sampai malam, tiga belas pemuda itu bergegas pergi.
"Ah, tunggu."
Soonyoung membuka tasnya. Mengeluarkan beberapa tumpuk surat, atau mungkin undangan.
"Untuk kalian." Soonyoung menyerahkan selembar untuk tiap orang. Ia berhenti ketika akan memberikan ke Jihoon. Tersenyum tipis sebelum menyerahkan undangan itu.
"Kau sungguhan menikah Hyung?" yang paling muda bertanya sambil membuka undangannya.
"Kau tidak pernah menceritakan tentang dia Soonyoung-ah."
"Anak teman eomma. Aku harus pergi. Aku duluan."
Dua belas pasang mata menatap kepergian Soonyoung.
"Aku juga harus segera pergi."
.
"Hati-hati Jihoon."
Jihoon tersenyum dan melambai kearah Jeonghan yang pergi dengan Seungcheol. Tinggal dia sendirian. Ia memang berencana pulang dengan bus jadi ia menolak tawaran jeonghan
Grep
Jihoon menoleh. Menatap lengannya yang di cekal lalu ganti memandang orang dihadapannya.
"Bisa kita bicara Jihoon-ah?"
.
Jihoon duduk menunduk. Disampingnya Soonyoung melakukan hal yang sama. Sudah dua bus tujuan rumah Jihoon yang lewat. Satu bus lagi, kalau Soonyoung tak kunjung bicara Jihoon bersumpah akan meninggalkannya.
"Maaf.."
Jihoon mengeratkan cengkramannya pada bangku ruang tinggu bus. Jihoon memang menunggu Soonyoung bicara, tapi ketika suara pemuda itu terdengar kenapa dadany terasa sakit.
"aku tidak tau kejadian waktu itu akan membuat kita seperti ini."
"Lupakan saja-"
"Aku tak bisa melupakan kejadian yang membuatku tak bisa tidur berhari-hari, Jihoon-ah."
Jihoon mengalihkan pandangannya, menahan emosi yang mendorong air matanya untuk keluar.
"Apa dia baik padamu?" tanya Jihoon lirih.
"Siapa?"
"Calon istrimu."
Soonyoung tersenyum miris, "Tak sebaik dirimu."
Jihoon mendesah, "Lupakan Soonyoung. Kau akan menikah."
"Aku tak bisa melupakanmu. Hubungan kita berakhir karena kesalah pahaman yang tak pernah mau kau dengar penjelasannya."
"Cukup."
Jihoon bangun dari duduknya.
Sebuah bus berhenti di depan mereka.
"Kita selesai Soonyoung. Kau akan menikah, dan aku akan menjalankan kehidupanku. Jangan membahas masa lalu lagi. Kumohon. Dan selamat atas pernikahanmu."
Jihoon masuk kedalam bus dan bus berangkat bahkan sebelum Soonyoung sempat mengejarnya.
"Jihoon-ah.."
END(?)
Seorichillleooo!
Mana protesannya? Wkwkwk
Pertama kali bikin broken!soonhoon
dan tepuk tangan ff ini gak berhenti di tengah jalan wkwk
demi kesejahteraan/? Bersama, mau dong fav dan komennya ^^
