Kuroko no Yasumi

Disclaimer : 黒子のバスケ © Fujimaki Tadatoshi.

Warning : Shounen-ai, OOC parah, abal, dll.

Pair : Kiseki x Kuroko, slight IzuKuro.

Genre : Humor, Friendship, Romance.

Rate : T

Summary : Setelah menang dari Rakuzan, Seirin memutuskan untuk berlibur ke pulau kecil karena minim biaya. Tak disangka, ada sesuatu yang aneh di pulau tersebut. Ternyata...?!

Start!

.

.

.

Beberapa hari setelah bertanding melawan Rakuzan, para anggota Seirin masih terasa letih, lesu, lemas, lelah, dan lunglai.

Melihat teman-temannya dalam keadaan antara hidup dan mati, sang Kantoku Seirin, Riko Aida memberi kabar baik untuk mereka.

"Minna! Aku punya kabar bagus untuk kalian!" seru Riko didepan tumpukan mayat di dalam gym milik ayahnya.

"Apa?" tanya Hyuuga yang masih dalam 5L nya.

"Coba tebak~" kata Riko sambil bertingkah imut.

Semua orang yang berada di dalam gym ber sweatdrop ria.

"To the point aja deh, kantoku," ucap Kagami yang langsung membuat Riko mengeluarkan kedut di dahinya.

"Oke, oke." Riko memulai, "karena kerja keras kalian selama ini , aku akan memberikan hadiah untuk kalian yaitu..."

Semua mulai bangkit karena penasaran dengan hadiah yang akan mereka terima.

"Liburan kepantai!"

"UWOOOOOHHH!" semua berseru riang kemudian bersembah sujud didepan pelatihnya itu sambil mengucapkan terimakasih.

"Arigatou, kantoku-sama!"

"Ha'i, ha'i." Riko tersipu.

"Jadi, Riko... kapan kita pergi ke pantainya?" tanya Kiyoshi.

"Hari ini," jawab Riko singkat dengan poker face ala Kuroko.

Ngomong-ngomong soal Kuroko, kemana dia?

"Aku disini, Author-san."

Eeh... seperti biasa, ya. Gomen, gomen aku tidak melihatmu.

"Daijoubu,"

Anggota Seirin kaget mendengar hal itu. Mana mungkin bisa mereka bersiap-siap pergi kepantai yang dadakan begini?

"Kenapa kalian melamun? Kalian tidak pulang untuk bersiap-siap? Bus hanya akan menunggu kita sampai jam 1 siang nanti," jelas Riko, enteng.

Semua bangkit dan melesat menuju rumah masing-masing tanpa berkata apa-apa lagi. Celakalah yang rumahnya jauh―harus bolak-balik naik kereta.


Sekarang sudah jam 9 pagi, mereka harus cepat kalau tidak mau di tinggal.

"Anoo... kantoku?"

"Ada apa, Furihata-kun?" tanya Riko yang heran kenapa Furihata dan beberapa orang pemain ―cadangan― seirin masih ada di dalam gym ayahnya.

"Aku tidak bisa ikut," jawab Furihata. "Aku ada acara keluarga."

Alasan klasik!

"Tak apa, Furihata-kun. Lalu, kenapa kalian juga masih disini?" tanya Riko ke Tsucchi, Fukuda dan Kawahara.

Sudah jelas kalau Tsucchi pasti ada kencan dengan pacarnya, lalu Kawahara dan Fukuda?

"Kami tidak ikut karena ada acara keluarga juga hehe." jawab Fukuda dan Kawahara sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tak apa. Kalau begitu, kalian boleh pulang." kata Riko sambil menghela nafas, agak di sayangkan kalau tidak semua anggota Seirin bisa ikut.

Furihata, Fukuda, Tsucchi, dan Kawahara pergi meninggalkan gym dengan memberi salam sebelumnya.

Riko cuma bisa menatap punggung-punggung mereka dengan helaan nafas panjang―tanpa dia sadari beberapa pasang mata yang sedari tadi mengawasinya dari jendala mulai menghilang satu persatu.

Disaat yang sama, para anggota Seirin yang bisa ikut tengah menyiapkan secara asal baju dan peralatan yang akan mereka bawa.

Sesampainya di apartemen, Kagami mendecih frustasi pakaian kotornya menumpuk dimana-mana sehingga dia sulit untuk menemukan baju ganti yang bersih untuk dibawanya. Terkutuklah dia dengan semua sifat malasnya.

Dia mulai memilah-milah baju yang akan di bawanya dan dimasukan secara asal kedalam tas besarnya. Sekarang dia bingung, 'Berapa baju yang harus dibawa? Akan menginap atau tidak? Kantoku itu... kalau kasih informasi yang lengkap, dong!' gerutu Kagami.

Lain Kagami, lain pula Hyuuga. Dia masuk kedalam rumahnya tanpa salam kemudian menerobos masuk kekamarnya.

"Hee, Junpei? Kenapa terburu-buru sekali?" tanya sang ibu kapten Seirin yang sedang membersihkan kamar Hyuuga yang tiba-tiba dimasuki anaknya itu.

"Aku akan pergi untuk berlibur, Kaa-san." jawab Hyuuga singkat sambil memilah-milah baju yang akan dibawanya.

"Dengan teman-temanmu, ya?"

"Iya,"

"Mau ibu buatkan bekal untukmu?"

"Tidak usah repot-repot, Kaa-san. Aku sedang buru-buru," kata Hyuuga sambil meresleting tas yang sudah penuh dengan pakaiannya.

"Ittekimasu!" ucapnya seraya berlalu meninggalkan ibunya.

"Hai, itterasai." jawab ibunya sambil melambaikan tangan.

Sama halnya dengan Kagami dan Hyuuga, Izuki, Mitobe, Koganei dan Kiyoshi pun panik tidak karuan sampai-sampai Izuki salah membawa pakaian dalam adiknya perempuannya―saking paniknya.

Lalu Kuroko? Yah, dia sendiri juga kaget saat tiba dirumahnya tiba-tiba tas berisi baju dan peralatan lengkap bepergian kepantai tersedia di depannya.

"Ara? Tetsuya, sudah ibu siapkan semuanya. Hari ini kau akan bersenang-senang dengan temanmu, bukan?" tanya Nyonya Kuroko yang sedang sibuk di dapur.

"Tapi bagaimana Kaa-san tau kalau aku akan pergi kepantai bersama teman-temanku?" tanya Kuroko bingung tapi tetap pada ekspresi datarnya.

"Oh, kalau itu beberapa menit yang lalu temanmu menghubungi ibu. Katanya, kau ada acara mendadak, makanya buru-buru ibu siapkan semuanya." jawab ibu Kuroko bangga dengan wajah berbinar―berbeda sekali dengan anaknya. Ups!

"Siapa yang menghubungi Kaa-san?" tanya Kuroko makin bingung, padahal baru beberapa saat yang lalu dikabari tentang liburan kepantai kenapa sampai secepat ini ketelinga ibunya? Siapa yang menghubungi ibunya? Pasti semua sibuk tidak mungkin sempat menghubungi ibunya.

Ah, mungkin Kantoku yang memberitahu ibunya.

"Entahlah, beberapa anak lelaki, tapi mereka tidak menyebutkan siapa mereka." jawab ibu Kuroko, dengan seulas senyum menatap wajah datar tapi bingung anaknya itu.

Tu―tunggu dulu!

Kantoku itu sudah jelas perempuan.

Lalu, siapa?

Melihat anaknya tengah berpikir, ibu Kuroko langsung menyuruh Kuroko cepat pergi agar tidak terlambat.

Kuroko menuruti. Dia pun pergi dengan memberi salam pada ibunya.

"Hati-hati, Tetsuya." ucap ibu kuroko.

"Ha'i, Kaa-san..."


Jam 12.59 waktu Jepang, anggota Seirin sudah berada di depan gerbang. Semua lengkap tidak ada yang terlambat, tapi wajah mereka sungguh berantakan membuat Kantoku Seirin, Riko terkekeh.

"Lucu, eh?" geram Hyuuga yang terengah-engah sambil menenteng tas beratnya.

"Ehm... tidak," kata Riko sambil berekspresi biasa. "Nah, kalau sudah lengkap, semuanya masuk ke bus. Kita berangkaaatt!"

Satu persatu anggota tim basket Seirin memasuki bus dan Kuroko duduk disebelah Izuki.

"Oi, Kuroko! Kenapa kau tidak duduk di sebelahku?" tanya Kagami, kesal dia duduk di belakang Kuroko.

"Soalnya kau bau pakaian kotor, Kagami-kun." jawab Kuroko datar.

Izuki yang ada disebelah Kuroko mendengus menahan tawa. Disambung dengan gelak tawa Koganei.

"Yah, Kagami! Padahal aku mau duduk disebelahmu. Karena kau bau tidak jadi, ah~" ledek Kogane sambil berlalu kemudian duduk disebelah Mitobe yang berada di seberang kursi Kuroko dan Izuki.

Oke, dia kesal sekarang! Sepanjang perjalanan cuma Kagami yang memasang wajah garangnya. Yang lainnya menikmati pemandangan yang tersedia.

Saat perjalanan tak henti-hentinya Izuki melontarkan lawakan garingnya. Membuat yang lain mengejeknya.

"Demi apapun, lawakanmu itu tidak lucu Izuki." ucap tajam Hyuuga yang duduk dibelakang Mitobe dan Koganei.

Izuki yang mendengar ucapan tajam itu hanya bisa tersenyum kikuk. Sementara Kuroko tersenyum kecil dibalik novelnya.

Pemandangan ini tidak lepas dari Eagle Eye-nya Izuki. Ia merasa aneh dengan senyuman Kuroko yang sangat man―eh, tunggu dulu...!

Semburat merah terlihat sedikit terlihat dipipi Izuki. Tipis sih, tapi cukup terlihat.

Izuki mulai melirik ke arah Kuroko yang wajah datarnya kembali menghiasi wajahnya. Wajah datarnya itu kini larut dalam novel yang dipegangnya.

Sadar sedang dirinya diperhatikan, Kuroko menengok ke arah Izuki yang langsung salah tingkah.

"Ada apa, Izuki-senpai?" tanya Kuroko.

Izuki memutar bola matanya panik. Tidak mungkin, 'kan dia menjawab kalau dia sedang terpesona dengan wajah moe Kuroko.

"Tidak ada apa-apa." jawab Izuki, gugup. Dia langsung membuka tasnya dan mengambil snack. Dibukanya snack itu. "Kau mau Kuroko?" tawar Izuki.

Kuroko menggeleng.

"Tidak, terimakasih, Izuki-senpai."

Izuki menghela napas. Dia secara tidak sadar melalukan hal barusan―saking gugupnya.

Izuki diam sambil mengunyah snacknya, dia tidak mengeluarkan lawakan garingnya lagi. Itu membuat anggota Seirin heran melihat tingkah diam Izuki.

Perjalanan dalam diam itu berlangsung lama sampai mereka tiba dipelabuhan.

"Kau mau membawa kami kemana, sih?" tanya Hyuuga yang turun terakhir dari bus. Dia melihat sekitarnya. Ternyata mereka sedang berada di pelabuhan.

"Tentu saja pantai, tapi letaknya agak jauh jadi harus memakai kapal feri."

"Nee nee, kita mau ke pulau tropis, ya?" tanya Koganei kegirangan.

"Tidak. Lagi pula di Jepang tidak ada pulau tropis!" jawab Riko.

Mereka mulai naik ke kapal feri satu persatu Izuki masih setia berjalan di belakang Kuroko dengan memperhatikan surai biru muda itu dengan detail.

Dari ujung rambut sampai ujung kaki satu kata untuk menggambarkan laki-laki mungil didepan Izuki.

Imut.

Yah, Izuki memang tidak salah. Dia sudah lama menaruh rasa 'suka' pada juniornya itu.

Surai biru muda itu memasuki ruang duduk di dalam kapal dan duduk ditempat yang masih kosong. Izuki pun duduk disebelah Kuroko.

"Oi, Izuki-senpai! Dari tadi kuperhatikan kau mengikuti Kuroko terus!" dengus Kagami―kesal sambil duduk di sebelah Izuki.

Kursi di kapal feri memang panjang.

"Aku tidak mengikuti Kuroko, lagi pula kenapa kau memperhatikanku terus?" tanya Izuki dengan seringai jahil sambil menusuk perut Kagami dengan sikunya.

"Itte!" jerit Kagami. "Aku tidak memperhatikanmu, hanya saja kau selalu lewat didepan mataku!"

Bohong.

Yang benar saja? Bilang saja si Kagami sedang memperhatikan Kuroko dan pemandangan indahnya terganggu dengan sosok point guard Seirin―Izuki―yang selalu ada di belakang Kuroko.

"Terserahlah." ucap Izuki, enteng.

Kuroko yang tidak peduli dengan ucapan mereka sedang menikmati pemandangan laut di kaca jendela. Tapi Kagami dan Izuki sedang melihat pemandangan yang lebih indah dari birunya laut.

Ya, Kuroko lah objek pemandangan mereka . Seketika kegiatan mereka―termasuk Kuroko―dibuyarkan dengan panggilan kantoku mereka, Riko.

"Minna! Kita sudah sampai~!" seru Riko berjalan keluar dari kapal diikuti anggota yang lain.


Saat mereka menginjakan kaki dipasir putih kapal feri itu pun pergi meninggalkan mereka.

"Nah! Kita akan berlibur di pulau ini selama seminggu!" seru Riko.

Anggota tim basket Seirin hanya terdiam melihat sekelilingnya.

Disebelah kiri mereka terdapat tumpukan karang yang menjulang tinggi dan menyeramkan diiringi dengan ombak besar yang mulai menghantam karang-karang tersebut.

Berbeda dengan sebelah kiri mereka. Dibagian kanan pantai terdapat pasir putih jauh membentang yang dihiasi lautan biru berkilau.

Indah.

Dan jauh didepan mata mereka, terlihat hutan lebat dan gelap membuat mereka bergidik ngeri.

'MEMANGNYA INI MADAGASKAR!?' batin mereka.

"Ano, kantoku... kalau kita menginap, dimana kita akan tidur?" tanya Kuroko tiba-tiba.

"Tenang saja Kuroko-kun, kita akan menginap di peninapan tua di sana." Jawab Riko sambil menunjuk kea rah hutan gelap di ujung pantai.

Anggota tim seirin menganga kaget, mereka akan masuk ke hutan menyeramkan itu? Yang benar saja!

Riko melangkah memasuki hutan gelap itu.

"Kalau kalian tidak cepat, aku tinggal, nih." kata Riko seraya berjalan memasuki hutan itu.

Mau tidak mau mereka mengikuti kantoku-nya itu memasuki hutan yang kelihatannya berbahaya.

Hening.

Saat perjalanan menuju penginapan di hutan mereka sering mendengar suara-suara aneh di sekeliling mereka.

Karena Izuki agak takut dia mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol kohai-nya yang moe―Kuroko.

"Kuroko nanti aku sekamar denganmu, ya?" pinta Izuki

"Baiklah Izuki-senpai," angguk Kuroko dengan wajah datarnya.

Keluarlah jurus modus Izuki, rasanya dia ingin selebrasi sekarang.

"Oi, aku sekamar dengan kalian berdua, ya." Pinta Kagami mengalungi leher Kuroko dan Izuki.

"Apa?" Izuki mengernyit dan menepis tangan Kagami.

"Aku tidak berani tidur sendiri dan aku tidak mau mengganggu kemesraan senpai-senpai kita." Jelas Kagami sambil menunjuk satu-satu senpainya.

'Jadi kau mau mengganggu kemesraanku dengan Kuroko?!' batin Izuki, kesal.

Tunggu Izuki, kau itu siapanya Kuroko? -_-

"Baiklah Kagami-kun, kita bisa berbagi kamar bertiga."

"Ah! Terima kasih Kuroko." Kagami mengacak-acak surai baby blue Kuroko.

Izuki mengernyit, dia gagal ingin selebrasi.


Tidak terasa mereka sudah sampai dipenginapan tua tempat mereka akan menginap. Penginapan itu terlihat menyeramkan saat hari mulai gelap.

"Serius, nih kita bakal nginap disini?" tanya Koganei dengan gemetar.

"Tentu saja Koganei-kun, kalau kau mau tidur di luar, silahkan saja." jawab Riko ketus.

"…" Mitobe memegang pundak Koganei.

"Ya, terima kasih, Mitobe. Aku tau kau akan selalu bersamaku." kata Koganei sambil memegang tangan Mitobe.

'Menjijikkan!' bantin tim Seirin bersamaan.

Mereka mulai memasuki penginapan tua itu satu persatu dan seperti biasa Kuroko yang masuk paling akhir.

Sebelum Kuroko melangkahkan kakinya memasuki penginapan tua itu dia merasakan tengkuknya seperti tertiup angin dia langsung menengok ke belakang.

Di belakangnya ternyata ada sebuah pohon besar dan kelihatan sangat tua.

Tunggu―ada seseorang di sana wajahnya tertutup bayangan pohon, tapi seringainya terlihat dengan jelas.

Kuroko merinding sekarang, dia menatap lekat bayangan itu berharap sosok itu bukan hantu.

Sosok itu menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar tapi terlihat jelas dari gerakan bibirnya.

Sosok itu berkata,

"Selamat datang Tetsuya."

.

.

.

To be continued!

Mind to Read and Review? :3

Or Oyakoro!