Everyone call me nightmare (and sometimes bitch or whore too)
Tapi, siapa yang peduli?
Aku sama sekali tidak peduli dengan reputasiku yang super-duper-amat buruk. Like seriously, I don't give fuck.
Mengapa? Karena aku adalah evil bitch tak berperasaan yang tidak segan-segan menghancurkan hidup seseorang dengan tanganku sendiri.
Seperti yang mereka bilang, aku adalah mimpi buruk.
Out of My Mind
pairing(s) : sehun/jongin, slight!sehun/mina, slight!jongin/everyone, past!jongin/chanyeol
Rated M
warnings for sexual content, mention of rape, lots of drugs and alcohol, gay in denial and jongin being a slut+jerk
Summary : Jongin is a slut, whore, jerk and kind of evil bitch.. until he met Oh Sehun.
Ia berdiri di depan rumah bergaya klasik Amerika yang memiliki halaman depan yang cukup luas serta garasi yang dapat dimasuki oleh satu mobil. Ia mengedarkan pandangannya mengamati keadaan lingkungan rumah barunya. Well, untuk awal yang baru ini tidak begitu buruk. Ibunya yang sedang memberikan instruksi pada dua orang pengangkut barang, berkacak pinggang lalu menoleh ke arahnya menyadari kalau anaknya masih berdiri di depan rumah terlihat seperti penguntit. "Sehun, jangan mencoba menakuti tetangga baru kita," gurau perempuan itu memperingati anaknya.
Sehun mendengus, tetapi ada seutas senyum kecil di sudut bibirnya. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dan merasa puas dengan kondisi rumah yang sedikit mengingatkannya akan rumahnya yang dulu. "Kamarmu di atas," Sehun melirik ke arah ibunya yang tampak jauh lebihbaik. Perempuan itu tidak berhenti tersenyum sejak ia menginjaki rumah baru mereka ini. "apa kau siap dengan sekolah barumu besok?"
Sehun langsung menghela nafas. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Satu-satunya hal yang ia benci dari kepindahannya ini adalah sekolah baru. Memang, di sekolah lamanya Sehun tidak memiliki teman sama sekali serta cenderung anti sosial. Namun, terima kasih pada wajah tampan serta aura misterius bercampur mengintimidasi yang dirinya miliki. Sehun tidak pernah memiliki masalah dengan siswa ataupun siswi di sekolahnya karena kebanyakan dari mereka menganggap Sehun keren (boy's prespective) dan super hot (obviously girl's prespective). Ia sudah merasa nyaman dengan reputasi untouchable boy yang dirinya miliki. Dan sekolah baru? itu sama saja dengan mengulang dari pertama hal-hal yang pernah dialaminya.
Sehun membanting tubuhnya ke atas kasur barunya merasa asing dengan permukaan kasur baru tersebut. Well, jika dirinya boleh akui, semua ini masih terasa asing baginya. Ia akan berbohong kalau kepindahan mereka ini tidak sedikit mempengaruhinya. Sehun menyumpal kedua telinganya dengan earphone mendengarkan lagu band rock lama yang tidak diketahui oleh remaja seusianya.
Seperti cerita klasik broken home, Sehun adalah anak yang berperan sebagai korban bersama dengan ibunya. Sementara, ayahnya berperan sebagai pria jahat yang mengkhianati istri serta anaknya demi perempuan yang jauh lebih muda dan seksi. Mungkin, yang membuat kisah ini tidak begitu klasik adalah pengakuan ibunya di meja persidangan kalau perempuan itu sebenarnya bisexual. Well, Sehun tidak terkejut sama sekali. Mengingat, perempuan itu lebih sering membicarakan tubuh anggota girl group lebih sering daripada dirinya.
Seseorang menarik kabel earphone-nya lalu berteriak, "Sehun, bangun! Kau sudah tidur sekitar empat jam atau lebih."
Sehun merentangkan bahu serta otot tubuhnya yang masih terasa tegang. Matanya masih terpejam serta salah satu tangannya mulai mengacak rambutnya sendiri yang merupakan salah satu kebiasaan setelah ia bangun tidur. "Eomma sudah memesan pizza untuk-"
Sebelum, ibunya sempat melanjutkan kalimatnya. Sehun sudah meloncat turun dari kasur lalu berlari menuruni tangga. Ia benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya setiap mendengar kata pizza. Ibunya yang tampak lelah dan bahagia disaat yang bersamaan, menuruni tangga dengan mata tidak berpindah dari Sehun. Ia memperhatikan anaknya yang sudah duduk manis di atas sofa dengan sepotong pizza yang sebentar lagi masuk ke dalam mulutnya. "Pizza dan klasik Star Wars?"
"Kau tahu apa yang kuinginkan, ma," jawab Sehun lalu menggigit ujung pizzanya.
Ibunya tersenyum dan kemudian duduk di samping anaknya. Perempuan itu menyalakan netflix di televisi dan mulai mencari film Star Wars favorit Sehun. "Empire Stars Back?" tanya Sehun dengan penuh harap.
"Anything you want," balas ibunya seraya mencubit hidung anaknya gemas.
Sehun langsung memasang wajah 'what-the-fuck' yang membuat perempuan itu terbahak keras. "Fuck you, mom," gumam Sehun, tapi sayangnya cukup keras untuk ibunya dengar.
Ibunya langsung berhenti tertawa dan berganti memasang wajah serius. "Hanya aku yang boleh berkata fuck di rumah ini, Sehun," tukas ibunya sambil menekankan setiap perkataannya. Sebelum, Sehun sempat memprotes perkataan ibunya itu. Perempuan itu sudah menjitak kepalanya (cukup keras) sebagai peringatan pertama. "sstt, filmnya sudah dimulai,"
.
.
"Rokok?"
Sejung menawarkan sekotak rokok padanya. Ia mengambil sebatang rokok dari dalam kotak lalu mengeluarkan pemantiknya. "Hei, Jongin, keluar sana!" teriak seorang pemuda yang duduk tidak jauh darinya. Jongin memutar mata lalu bangkit bangun dengan Sejung yang kini berada dalam pelukannya. Mereka akan merokok di luar dan semoga saja rumah pemuda malang itu tidak berakhir terbakar karena ia adalah tipe pemabuk yang ceroboh.
"Pesta ini payah," tukas Sejung. Jongin menganggukkan kepala sangat setuju dengan sahabatnya. "tapi, kita tetap datang ke sini," lanjut Sejung lalu tertawa layaknya orang gila. Sepertinya, gadis itu benar-benar mabuk.
Jongin tahu kalau satu-satunya alasan mengapa Sejung bersikeras datang ke pesta ini karena ia ingin melihat bagaimana keadaan mantan kekasihnya sekarang yang ternyata jauh lebihbaik daripada kondisi mental Sejung. Jongin mengedarkan pandangannya, menghakimi setiap orang yang kini melempar dirinya ke dalam kolam renang lalu mencium setiap orang yang berada di dekat mereka. Ya, ini memang pesta terakhir sebelum sekolah (atau ia lebih suka menyebutnya neraka) dimulai. Tapi, itu bukan berarti mereka harus bertindak seperti orang gila yang benar-benar lepas kendali akan diri mereka masing-masing.
Damn, bahkan seorang nerd yang pernah berhubungan seks dengannya karena, tentu saja, ia sedang melaksanakan dare, sedang menggesekkan penisnya di pojok halaman dengan.. pot bunga? Ew.
"Kau tahu, Jongin, I am a freaking mess! Aku sangat mencintainya, bahkan sampai detik ini. Padahal, kau tahu.. he fucked my sister!" Sejung meneriakkan kalimat terakhirnya membuat nyaris semua orang di dalam kolam renang mendelik tajam ke arah mantan kekasih Sejung. Jongin menyeringai karena bajingan itu pantas mendapatkannya.
"Aku tidak tahu kalau dia," Jongin memutar matanya karena sebenarnya ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Adik Sejung bisa dibilang kind of slut. Gadis itu kehilangan virginitasnya dengan Jongin. Jadi, dia tahu kalau gadis kecil itu lumayan liar di atas ranjang. "umm, selingkuh dengan adikmu yang masih SMP itu."
Sejung menyembunyikan wajahnya di dalam dekapan Jongin. Gadis itu tidak berhenti menangis dan mengelap wajahnya pada kaos favorit Jongin. "Aku terlalu malu untuk memberitahumu. Kau tahu reputasiku, kan? Pasti akan terdengar sangat menyedihkan kalau gadis sepopuler diriku dibuang oleh pacarnya yang super hot dan kau tahu bagian yang akan membuatku terdengar seperti seorang pecundang? Bajingan itu sekarang mengencani adikku!"
Sejung kembali meneriakkan kalimat terakhirnya membuat mantan kekasihnya berlari masuk ke dalam rumah sebelum ada seseorang yang mengebirinya di sana. Jongin berusaha keras menjauhkan puntung rokoknya dari rambut Sejung. Sehingga, ia terjebak dalam situasi satu tangan menepuk bahu sahabatnya dan yang satunya lagi terangkat ke atas berusaha tidak menyulut kepala gadis itu dengan ujung rokok. Beberapa detik kemudian, Sejung berhenti terisak dan mengangkat kepalanya hingga mereka bertatapan sekarang. Jongin sadar kalau Sejung sedang memberikan tatapan itu padanya–tatapan yang gadis itu berikan setiap mereka akan menghancurkan hidup seseorang.
"Jongin, sebagai sahabatku satu-satunya, kau harus melakukan sesuatu!"
Lihat? Firasatnya tidak pernah salah. Jongin balas menatapnya bosan, tapi tidak akan menolak permintaan sahabatnya. Karena, well, ia suka melihat orang lain menderita karena dirinya. Ia tahu kalau dia terdengar seperti seorang psikopat atau entalah, orang yang memiliki gangguan jiwa. Tapi, serius, apa kalian tidak pernah merasa puas melihat seseorang kehilangan semua yang mereka miliki dan menangis putus asa? Tidak? Oke, mungkin dirinya memang psikopat. "Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk membuatnya sadar kalau selingkuh adalah hal yang buruk?" Sejung menjawabnya dengan seringai licik.
"Aku memiliki banyak ide bagus untuk membuatnya sadar kalau aku adalah gadis yang tidak seharusnya ia permainkan,"
"Well, I am listening now,"
.
.
Sehun memperhatikan sekolah barunya dari dalam mobil lalu menarik nafas untuk kesekian kalinya. Ibunya memperhatikan dengan tertarik dan diam-diam menahan diri untuk tidak mencubit pipi anaknya. "Ini adalah pemandangan yang cukup aneh. Oh Sehun yang super keren itu ternyata bisa gugup juga, huh?" goda ibunya dengan suara yang mengingatkan Sehun akan anggota cheerleader yang tidak berhenti mengejarnya di sekolahnya yang lama.
"Ma, kau membuatku ingin cepat-cepat keluar dari sini,"
"Sebaiknya, kau cepat keluar sana. Aku tidak membayar uang sekolahmu untuk sesi terapi di dalam mobil bersamaku,"
Sial, ibunya benar-benar pandai membungkam mulutnya dan membuatnya tidak memiliki pilihan lain, selain menjauh darinya. Sehun membuka pintu mobil, lantas melangkah keluar. "Bye, loser!" serunya dari luar mobil.
Sekilas, ia dapat mendengar balasan ibunya dari dalam mobil. "AKU INI IBUMU!"
Sehun memilih untuk menghiraukan ibunya dan melangkah maju mengikuti siswa lainnya masuk ke dalam gedung sekolah. Dibandingkan sekolahnya yang lama, sekolahnya yang baru terlihat lebih luas dan desain gedungnya lebih modern. Ia jamin kalau kepala sekolah barunya ini tidak sekolot kepala sekolah di sekolahnya yang lama. Selain itu, hei, sekolah barunya juga memiliki lapangan sepakbola dengan permukaan rumput yang tidak seburuk di sekolahnya yang lama. Mungkin, ya, mungkin, ia akan menyukai sekolah ini lebih dari sekolah lamanya yang lumayan payah itu.
Sehun tidak menyadari kalau kehadirannya yang dianggap asing oleh siswa lama cukup menarik perhatian. Beberapa orang siswi melempar senyum padanya, tapi Sehun terlalu terkesima dengan mading sekolah yang benar-benar terisi oleh karya siswa seperti liputan seputar sekolah, artikel atau foto-foto yang menurut Sehun cukup keren untuk level anak SMA. Ia sama sekali tidak menyadari kalau ada seorang siswi berdiri di sampingnya.
"Jadi, new boy, kau tertarik untuk bergabung dengan klub jurnalistik sekolah ini?" tanya gadis itu membuat Sehun reflek menoleh ke sampingnya.
Hidung mereka nyaris bersentuhan serta mata mereka bertumbukkan menciptakan satu kontak mata yang cukup intens. Sehun adalah orang pertama yang menjauhkan dirinya dan menggumamkan kata maaf.Fuck, gadis dengan nametag Mina di dadanya sangat cantik. Sehun yakin itu bukan hanya pujian yang keluar karena hormon remajanya. Mina dengan rambut coklat sebahu, bibir merah natural tanpa lipstik, dan, shit, dia sangat buruk setiap mendeskripsikan sesuatu–termasuk gadis secantik Mina.
"Jadi," Mina masih menundukkan kepalanya membuat Sehun tidak berhenti menggaruk tengkuk lehernya. "kau tertarik untuk masuk ke klub jurnalistik? Aku adalah ketua klub tahun ini menggantikan seniorku sebelumnya. Jadi, aku bisa memberikanmu formulir atau, yah, semacamnya,"
Sehun memberanikan diri untuk menatap Mina dan, fuck, mata mereka kembali bertemu. Awkward. "Umm, ya, sepertinya aku tertarik untuk menjadi sesi dokumentasi," jawabnya sambil menganggukkan kepala. Ia berusaha untuk tidak menggaruk tengkuknya lagi karena itu adalah kebiasaan buruknya setiap ia berbohong atau merasa malu.
"Kebetulan sekali kami memang sedang membutuhkan fotografer sekarang. Fotografer kami sebelumnya sudah lulus," Mina tersenyum lebar membuat Sehun semakin sulit untuk tidak menggaruk sesuatu.
Sebelum, Sehun sempat membuka mulutnya untuk menanyakan sesuatu yang hanya akan terdengar konyol. Ponsel Mina berdering dan gadis itu segera mengeluarkan ponsel tersebut dari saku rok seragamnya. Mata gadis itu membulat besar seperti ia baru saja melihat hantu di layar ponselnya. Ketika, Sehun mendengar suara ponsel berbunyi dari beberapa siswa atau siswi di lorong sekolah ia mulai menemukan ekspresi yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Ini benar-benar keterlaluan," geram Mina. Wajah gadis itu yang semula tampak berseri kini berubah menjadi muram seperti ada awan hitam di atas kepalanya.
"Apa yang ter-"
Sebelum, Sehun sempat menyelesaikan pertanyaannya. Kalimatnya terputus saat Mina menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan foto seorang remaja laki-laki seusianya dengan tubuh yang jauh lebih berotot darinya. Namun, itu bukan menjadi fokus utama dari foto mengerikan itu. Remaja laki-laki itu terlihat tidak sadarkan diri dalam kondisi naked. Wajah serta tubuhnya penuh dengan coretan tulisan kotor seperti slut, whore, dan semacamnya yang Sehun yakin akan selamanya membuat pemuda itu trauma.
Di bawah foto itu ada pesan yang menjelaskan kalau semalam pemuda itu memohon pada seluruh anggota klub basket untuk, umm, dipenestrasi (Sehun menggunakan kalimat yang lebih halus karena aslinya pesan itu sangat vulgar) dan di-gang bang seperti pelacur murahan.
Wow. Sehun memasang wajah horor yang sama seperti Mina dan ia benar-benar kehabisan kata-kata di dalam otaknya.
"Itu sangat... jahat," komentar Sehun pada akhirnya.
Mina memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku rok. Gadis itu tampak sangat marah untuk beberapa alasan yang Sehun sangat ingin ketahui. Jangan bilang kalau pemuda itu adalah kekasih Mina. "Are you okay?" tanya Sehun begitu melihat Mina menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Sehun sempat berpikir untuk memeluk Mina. Tapi, mereka baru saja bertemu beberapa menit yang lalu dan kalau pemuda itu benar adalah kekasihnya, Sehun tidak ingin menambah parah situasi ini. Untuk beberapa menit, Mina hanya terdiam menangis. Sehun sudah mengangkat tangan untuk menepuk bahunya, mencoba untuk menenangkan. Namun, beberapa pasang mata yang tidak berhenti memperhatikan mereka membuat Sehun berakhir menggaruk tengkuk lehernya lagi.
Sehun mendekatkan dirinya pada Mina lalu berbisik, "Are you okay? Kalau merasa sangat buruk sekarang, kita bisa bolos sekolah dan pergi membeli es krim. Tapi, kalau kau tidak mau. Aku tidak akan menculikmu atau-"
Mina tertawa kecil lalu menunjukkan mata berair serta memerahnya pada Sehun yang kini menjawab pertanyaan yang sedaritadi pemuda itu lontarkan padanya. "Aku bahkan tidak tahu namamu," gumam Mina.
"Oh Sehun," ujar Sehun sambil mengulurkan tangannya.
Mina menjabat tangan pemuda itu dan berkata, "Panggil aku Mina."
Sehun menganggukkan kepala berusaha mengalihkan perhatiannya dari tangan Mina yang terasa pas dengannya. "Jadi, Mina, apa pemuda itu keka-"
"Tidak, ew! Dia adikku!" jawab gadis itu membuat Sehun merasa lega dan simpati disaat yang bersamaan.
"Good,"
Dan sampai bel hari pertama berbunyi, Sehun tidak bisa melepaskan tangan gadis itu. Sampai akhirnya, Mina lah yang menarik tangannya dari Sehun dan mengantarkan pemuda itu ke kelasnya. Suprise, ternyata kelas mereka bersebalahan. Sebelum, Mina melangkah masuk ke dalam kelasnya. Sehun menahan lengan gadis itu untuk memastikan apa gadis itu baik-baik saja sekarang. Mina menganggukkan kepala dan beralasan kalau ini bukan situasi terburuk yang pernah dihadapinya.
Sehun sempat berpikir untuk mengecup puncak kepala gadis itu sebagai bentuk dukungannya. Namun, ia tahu kalau Mina bisa saja menganggapnya aneh atau bahkan melaporkannya atas tuduhan pelecahan seksual. Jadi, dia melepaskan gadis itu dan dengan bodohnya hanya bisa melambaikan tangannya. Untung saja, Mina menganggap tindakannya sedikit cute or adorable.
"Oh Sehun?"
Sehun menoleh ke belakang, mendapati seorang pria paruh baya dengan kepala nyaris botak menatapnya ingin tahu. "Ya, songsaengnim. Saya Oh Sehun," jawabnya dengan formal. Karena sepertinya pria nyaris botak ini adalah wali kelasnya.
Pria itu tersenyum padanya memberikan kesan kalau ia bukan guru killer yang harus ditakuti. "Ayo masuk kelas. Sebentar lagi, hari pertamamu akan dimulai," ujar pria itu tampak jauh lebih bersemangat daripada dirinya.
Sehun hanya mengangguk lalu mengekor di belakangnya, berjalan masuk ke dalam kelas yang terdengar bising dari luar. Situasi kelas yang semula kacau berubah menjadi hening begitu pria itu melangkah masuk. Oke, mungkin pria itu tidak selembut yang dirinya kira. Karena saat pria itu berdiri di tengah kelas dengan penuh wibawa serta mata memicing tajamnya. Sehun langsung mengubah kesan pertamanya pada pria itu.
"Annyeonghashimnikka. Aku yakin sebagian dari kalian masih merindukan liburan," Sehun berdiri canggung di samping pria itu, menahan diri untuk tidak berteriak fuck yeah. "tapi, yah, mari kita skip saja pembukaan singkat dariku karena tampaknya kalian semua membenciku sekarang ini."
Semua murid di dalam kelas berusaha keras menahan tawa serta menahan ekspresi wajah mereka. Pria nyaris botak dengan nametag Kim Soo-Ro itu menyeringai lalu menepuk bahu Sehun sebagai tanda baginya. Sehun meliriknya sekilas dan mendapat anggukkan penuh antusias dari pria itu.
"Hai, namaku Oh Sehun dan aku siswa baru di sini," ujar Sehun mengakhiri perkenalannya lebih cepat dari yang pria nyaris botak itu kira.
Pria itu menatap Sehun seperti mendesak Sehun untuk bicara lebih banyak. Namun, Sehun hanya menatapnya dengan mulut mengatup rapat. "Jadi, Oh Sehun ada klub yang menarik perhatianmu di sini?" celetuk seorang pemuda tipikal atlet sekolah di pojok kelas bersama dengan kelompoknya yang tampak seperti douchebag number one.
"Ya, mungkin jurnalistik atau klub sepakbola," jawab Sehun dengan jujur.
Seluruh murid di dalam sekolah memberikan reaksi yang bermacam-macam setelah mendengar jawabannya. Siswa yang menanyakan pertanyaan itu padanya berkata dengan suara lantang, "Sebaiknya, kau memilih klub sepakbola karena klub jurnalistik payah!"
"Hei!" seseorang yang sepertinya anggota klub jurnalistik nyaris bangkit berdiri dari kursinya untuk meninju wajah bajingan itu.
Namun, untungnya Kim songsaengnim segera menengahi mereka dengan menyuruh Sehun duduk di bangku kosong yang letaknya di tengah kelas dan memberikan tugas pertama mereka yang membuat kelas kembali bersatu membenci pria nyaris botak itu.
Kalian tahu Sehun sempat berpikir ia akan menyukai Kim songsaengnim. Namun, saat mengetahui kalau bajingan itu mengajar matematika. Fuck him. Sehun langsung membencinya sekarang.
.
.
Jongin masuk ke dalam kafetaria sekolah dengan kacamata hitam, seragam berantakan serta rambut acak-acakannya. Setiap murid yang melintas di hadapannya menatap dirinya seolah dia Dewa atau semacam pemimpin sekte yang harus disembah. Jongin tidak begitu mempedulikan perhatian yang selalu didapatkannya dan melangkah menuju meja di tengah kafetaria–tipikal spot siswa populer sepertinya. Ia melihat Sejung duduk di sana dan ada seorang anggota klub basket yang kini menjadi tempat sandaran baru gadis itu. Damn, that bitch. Dia move on sangat cepat seolah semalam tidak pernah terjadi. Jongin menyeringai membuat beberapa orang gadis tidak fokus dengan makan siangnya.
"Kau terlambat lagi, bro?"
Ew. Siapa bajingan sok kenal ini? "Ya,"
"Ngomong-ngomong, Jongin, my man, prank-mu sangat keren, man! Bajingan itu pantas mendapatkannya karena Sejung-"
Jongin hanya mengangkat satu tangannya sebagai tanda bagi pemuda itu untuk diam. "Oke, bro, kita bisa bicara lain kali," ujar pemuda itu saat Jongin berjalan melewatinya. Ia bahkan tidak merasa tersinggung sama sekali dengan tindakan Jongin.
"Jongin!"
Langkahnya terhenti begitu ia mendengar suara familiar yang meneriakkan namanya. Ia berbalik ke belakang dan langsung mendapat tamparan persis di pipinya. "Ouch," rintihnya. Ia dapat merasakan panasnya tangan gadis itu pada pipinya.
Waktu seolah terhenti. Seluruh kafetaria kini fokus memperhatikan Jongin dan gadis itu–Mina–yang tentunya jauh lebih menarik daripada menu makan siang mereka hari ini. Sehun yang baru saja masuk ke dalam kafetaria berhenti melangkah begitu melihat Mina sedang berhadapan dengan seorang pemuda yang tampak sangat bajingan karena tidak ada pemuda baik-baik yang memakai kacamata hitam di dalam ruangan, kecuali dia buta.
"Wow, bitch, kau tidak boleh menampar mantan pacarmu di depan umum,"
"Mantan pacar? You wish, jerk! Kita hanya pernah tidur sekali dan semua orang di sini juga sudah pernah tidur denganmu. Jadi, siapa yang pelacur murahan sekarang?"
Sehun tidak pernah menyangka kalau Mina bisa menjadi tipe cewek yang seperti itu–yang jujur saja menurutnya sedikit hot. Pemuda bajingan itu mendengus keras seolah tuduhan Mina sangat tidak benar. Tapi, jika dilihat dari tatapan yang diberikan oleh sebagian orang di dalam kafetaria–termasuk ibu kantin yang begitu intens menonton mereka berdua–pemuda itu memang pantas disebut sebagai pelacur murahan.
"Kau, Kim Jongin, benar-benar orang paling jahat yang-"
Sebelum, Mina sempat menyelesaikan kalimatnya. Seorang gadis yang berjalan dari belakang Jongin menyiram wajah Mina dengan es teh manis. Seluruh kafetaria kembali dibuat terkejut dengan drama yang menurut Sehun harus segera dihentikan ini. Mina mengelap wajahnya yang lengket dengan tangan basahnya, menggigit bibir berusaha keras menahan tangisnya. Sehun tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi. Ia berjalan menembus kerumunan di hadapannya, melepas rompi seragamnya dan memakaikan rompi itu pada Mina.
"Ayo kita pergi dari sini," bisik Sehun dan Mina mengangguk pelan.
Jongin yang hanya bisa tertegun menonton tindakan sok pahlawan siswa itu, menyikut bahu Sejung yang tampak sama bingungnya. "Siapa dia?" bisik Jongin.
"Murid baru, mungkin? Aku tidak tahu. But, he's hot," jawab Sejung.
Jongin mengamati punggung Sehun yang semakin menjauh. Pemuda itu memeluk bahu Mina dari belakang dengan sangat protektif. Jongin sampai menyipitkan matanya karena entah mengapa ia tidak menyukai apa yang dilihatnya. "Yeah, he's kind of hot," bisik Jongin lebih kepada dirinya sendiri. Sejung menatapnya dengan tatapan 'you-should-fuck-him'.
Jongin menjilat bibirnya sendiri lalu menggelengkan kepala. "No, I shouldn't fuck him. But, damn, he can fuck me,"
.
.
Sehun berakhir meminta izin pada wali kelasnya dan wali kelas Mina untuk mengantar gadis itu pulang. Ia juga melaporkan tindakan bajingan itu beserta kekasihnya (?) pada Mina. Namun, anehnya, mereka malah mengusirnya secara halus serta memberikannya kebebasan untuk tidak mengikuti pelajaran selanjutnya.
Ketika, mereka keluar dari gedung sekolah. Barulah Sehun ingat kalau ia belum diperbolehkan membawa kendaraan sendiri oleh ibunya. "Jadi, apa rumahmu-"
"Aku tidak mau pulang ke rumahku, Sehun. Aku tidak mau menambah beban kedua orangtuaku. Karena aku yakin pasti mereka sedang mengantar adikku ke terapi sekarang," Mina kembali menggigit bibir untuk menahan dirinya agar tidak menangis lagi. Sehun benci melihat gadis yang menurutnya cukup keren ini tertekan oleh situasi yang menurutnya sangat tidak adil.
"Rumahku tidak terlalu jauh. Kita bisa berjalan kaki ke sana, mungkin, sekitar sepuluh menit,"
"Sudah kuduga, kalau kau akan menyuruhku jalan kaki," sebelum, Sehun mempertanyakan dirinya. Mina segera melanjutkan, "aku melihatmu turun dari mobil ibumu tadi pagi."
"Creepy," gumam Sehun mencoba untuk menggodanya.
Mina langsung mencubit pinggangnya membuat pemuda itu merintih kesakitan. "Aku tidak sengaja melihatmu, oke? Jangan membuatku merasa seperti penguntit, dude,"
Sehun hanya menanggapinya dengan tawa lalu menggengam tangan gadis itu. Mina langsung menoleh menatapnya tampak seperti ingin mempertanyakan tindakan Sehun. Namun, beberapa menit berlalu dan mereka sudah berjalan cukup jauh dari sekolah. Mina hanya menatapnya lalu melirik ke arah tangan mereka yang saling bergandengan dan kemudian menarik senyum. Gadis itu memilih untuk tidak mempertanyakan kebahagian sementara yang dirasakannya sekarang ini.
"Aku yakin ibuku sedang bekerja sekarang," ujar Sehun begitu melihat mobil di garasi rumah kosong.
"Ibumu kerja dimana?" tanya Mina. Gadis itu tampak benar-benar ingin tahu dan bukannya sekedar basa-basi.
Sehun menuntunnya masuk ke dalam rumah. Mina melepaskan sepatunya di dalam rumah dan menaruhnya di samping sepatu Sehun. "Dia seorang dokter," jawab Sehun singkat. Ia tidak ingin membicarakan ibunya disaat ia sedang berduaan dengan gadis paling keren serta cantik yang pernah ditemuinya.
"Oke," Mina melangkah menuju ruang tengah dan berdiri canggung di belakang sofa.
"Kau boleh duduk di situ. Aku akan mengambilkanmu baju ibuku. Tidak bermaksud untuk menghina, tapi ibuku mungkin seukuran denganmu," ujar Sehun seraya melangkah masuk ke dalam kamar ibunya di lantai bawah.
Mina menaruh tasnya di lantai serta duduk di atas sofa. Setelah ini, mungkin ia akan menanyakan dimana letak kamar mandi karena wajahnya terasa lengket menjijikkan sekarang. Selang beberapa menit, Sehun keluar dengan kaos hitam polos serta celana panjang piyama warna abu-abu. "Ini sangat nyaman," komentar Mina tulus. Ia mengambil kaos serta celana tersebut dari tangan Sehun lalu berbisik, "Gomawo."
Sehun menunjukkan deretan giginya, memberikan cengiran yang berarti apa yang dilakukannya bukan suatu hal yang besar. "Tidak, serius, Sehun. Aku sangat berterima kasih," Mina bersikeras dan sebelum Sehun membuka mulut, gadis itu sudah mengecup pipinya lalu berlari mencari kamar mandi.
Sejenak, Sehun hanya bisa termangu di tempat dan menyentuh pipinya sendiri layaknya idiot. "Kamar mandi di sebelah sana!" teriaknya karena Mina masih belum juga menemukan kamar mandi.
.
.
"Kenapa tidak ada guru yang terlihat berani menghukum bajingan itu? Kim songsaengnim saja tampak menahan diri saat aku melaporkan apa yang dia lakukan padamu,"
Mereka sedang menonton episode ulangan salah satu drama di SBS yang kata Mina sangat bagus, tapi Sehun berulang kali menahan matanya agar tidak tertidur. Mina yang tampak jauh lebihbaik setelah berganti pakaian dan meminum secangkir teh hangat kini menatapnya dengan tatapan berapi-api penuh kebencian. "Bajingan itu bernama Kim Jongin dan dia adalah anak dari donatur terbesar di sekolah kita. Jadi, dia memiliki semacam kemampuan atau kekuasaan yang membuat semua orang di sekolah, termasuk kepala sekolah dan para guru, takut padanya. Selain itu, ayahnya seorang pejabat dan ibunya bekerja di firma hukum terbesar di kota. Dia juga anak satu-satunya. Bayangkan pengaruh yang dia miliki terhadap orang-orang di sekitarnya,"
Yang artinya, Kim Jongin memiliki pengaruh besar untuk menentukan nasib setiap siswa maupun siswi di sekolah. Ia bisa menjatuhkan seorang populer menjadi pecundang. Dan seorang pecundang menjadi super invisible.
"Tapi, kau pernah tidur dengannya," jujur saja, fakta itu sedikit mengganggu Sehun.
Mina hanya terdiam menatapnya. Gadis itu tampak tidak menyukai apa yang baru saja Sehun katakan padanya. "Kau sudah melihat seperti apa Kim Jongin. He's sooo hot. Maaf saja kalau aku kehilangan virginitasku padanya. Tapi, itu tidak penting, oke? Yang terpenting adalah kau harus membantuku untuk balas dendam padanya. Kita harus membuatnya-"
Sehun tidak mendengarkan Mina setelah gadis itu mengaku kalau dia kehilangan virginitasnya pada bajingan paling bajingan yang pernah Sehun temui. Like what the hell. Sehun saja sampai detik ini masih sangat virgin.
"-seratus kali lipat lebih menderita dari adikku. Kau tahu awalnya adikku dicalonkan menjadi kapten klub sepakbola tahun ini. Tapi, karena foto menjijikkan itu. Adikku didepak dari klub sepakbola seolah ia tidak memiliki kontribusi besar terhadap setiap kemenangan klub. Basically, Jongin menghancurkan hidup adikku!"
Sehun mencoba menenangkan Mina dengan memijat bahu gadis itu. Nafas Mina mulai kembali teratur serta kerutan di keningnya perlahan menghilang. Sehun berpikir ini adalah saat yang tepat baginya untuk menunjukkan kalau dirinya adalah teman yang suportif. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang untuk membalas Kim Jongin?"
Sesaat, Mina tampak larut dalam pikirannya sendiri. Matanya menatap kosong ke arah layar televisi yang menunjukkan adegan seorang perempuan yang sering mempermainkan laki-laki, tapi kali ini dialah yang dipermainkan. Begitu melihat perempuan itu berkata ''Aku tahu aku memang pantas mendapatkan ini. Aku tahu aku tidak seharusnya jatuh cinta padamu. Tapi, selamat kau berhasil mematahkan hatiku. Karena, brengsek, aku jatuh cinta padamu!" lalu perempuan itu berlari pergi meninggalkan laki-laki yang dicintainya itu setengah jam sebelum pernikahan laki-laki itu dimulai.
Mina langsung menoleh menghadap Sehun, menatapnya dengan binaran bercahaya dari dalam matanya yang membuat Sehun sulit untuk menolak apapun permintaan yang keluar dari mulutnya. "Sehun, kau harus membuat Jongin jatuh cinta padamu. Lalu, seperti laki-laki itu, kau harus mematahkan hatinya! Karena bajingan itu pantas mendapatkannya, benar kan?"
Sehun hanya menganggukkan kepala karena itu adalah hal terbaik yang harus dilakukannya sekarang. Mina kembali terdiam menatapnya lalu berakhir memeluk tubuhnya erat sambil berulang kali mengucapkan kata terima kasih. Sehun balas memeluk gadis itu, hingga mereka berpelukan sampai dua jam kemudian. Tidak ada yang berniat untuk membahas apa yang terjadi kala itu. Karena apa yang mereka lakukan terasa benar serta wajar. Tanpa dirinya sendiri sadari, Sehun sudah mulai jatuh ke dalam pesona Mina dan tidak bisa berkata tidak pada apapun yang gadis itu minta padanya.
Sehun mengantar Mina pulang dengan motornya. Rumah Mina ternyata tidak begitu jauh dari rumahnya. Mina kembali mengecup pipinya setelah gadis itu memasukkan nomornya ke ponsel Sehun. Sehun hanya bisa melambaikan tangannya seperti idiot saat gadis itu berlari masuk ke dalam rumahnya. Dan dalam hati, Sehun bersumpah kalau lain kali dirinya lah yang akan mencium Mina lebih dahulu.
Setelah, Sehun sampai di rumahnya dan memasukkan motornya kembali ke dalam garasi. Ia segera mengirimkan pesan pada Mina. Sampai ibunya pulang membawa burger serta dua botol soda, Sehun masih berkirim pesan dengan Mina dan beberapa kali tertawa sendiri membuat ibunya diam-diam mengulum senyum.
"Lain kali, aku ingin bertemu pacar barumu," ujar ibunya sebelum Sehun menaiki tangga menuju kamarnya di atas.
"Oke- hei, ma, dia bukan pacarku! Ini hari pertama-"
"Terserah, Sehun. Yang terpenting; use condom!"
Sehun hanya menggeram keras. Wajahnya sudah memerah hebat dan ibunya tampak puas karena perempuan itu sedang menertawainya sekarang. Sehun menaiki tangga menuju kamarnya sambil menggerutu karena ibunya bodoh. Perempuan paruh baya itu selalu menganggap dirinya tidak virgin lagi karena menurutnya cowok tipe bad boy pendiam sepertinya sangat diinginkan oleh remaja perempuan (oke, mungkin ibunya benar soal itu. Tapi, ia bukan bad boy dan tidak semua remaja seusianya tidak virgin lagi).
OSH : my dumb mom want to see u
OSH : she thought you are my gf
Princess Mina : aku juga ingin bertemu ibumu *winky face*
Princess Mina : dan bilang padanya kau harus mentraktirku Starbucks setiap hari dan kita resmi pacaran
OSH : OK. LIHAT SAJA BESOK
Princess Mina : whatever u say, prince *winky face*
OSH : aku tetap akan mengganti namamu di ponselku
future girlfriend : fuck u, osh
.
.
Ibunya masih bersikeras untuk mengantarnya ke sekolah keesokan harinya. Perempuan itu bilang kalau minggu depan Sehun baru boleh membawa motornya ke sekolah dengan catatan ia tidak boleh menggunakan motor itu untuk mengencani seluruh gadis di sekolah yang kemudian mendapat protes keras dari Sehun ("eomma, kau tahu aku bukan tipe cowok seperti itu,").
Sehun berjalan menyusuri lorong sekolah menuju lokernya. Seingatnya, ia meninggalkan beberapa bukunya di sana. Setelah, mengambil beberapa buku yang akan digunakannya pada jam pertama, kedua dan ketiga. Sehun menutup lokernya dan nyaris menjatuhkan dua buku di tangannya karena entah sejak kapan Jongin sudah berdiri di sampingnya.
"Hai, namaku Jongin. Kau pasti siswa baru di sini," Jongin terlihat ramah, sopan, dan jika mereka semua bilang kalau pemuda itu super hot–menurutnya Kim Jongin adalah definisi dari cute dan adorable.
Sehun nyaris tertipu dengan senyum manis serta wajah polosnya. Namun, fakta bahwa Jongin bertingkah seolah kemarin tidak pernah terjadi membuat Sehun ingin mematahkan hidung sempurna pemuda itu. "Oh Sehun," balasnya lalu berjalan melewati Jongin yang benar-benar tidak tahu apa yang baru saja terjadi.
Sehun melangkah menuju kelasnya dengan lambat. Ia yakin Jongin sedang mengejarnya sekarang. Dalam hitungan, 1, 2, 3.. "Kau tidak bisa pergi begitu saja, Oh Sehun. Aku belum selesai memperkenalkan diriku padamu!" kini, Jongin sudah berada di hadapannya. Pemuda itu menarik perhatian semua orang yang berada di sekitar mereka, tapi tidak berhasil mendapatkan perhatiannya. Sehun menatapnya bosan lalu kembali berjalan melewatinya.
Jongin membuat suara seperti ia tersedak. Tidak pernah ada seorang pun yang berani melakukan ini padanya. Kim Jongin tidak pernah berusaha menarik perhatian seseorang. Karena biasanya orang lain lah yang berusaha menarik perhatiannya. Tapi, sepertinya Oh Sehun bukanlah 'orang lain' yang dapat semudah itu jatuh ke dalam pesonanya.
"Aku dengar dia adalah kekasih Mina," ujar salah seorang cheerleader yang pernah ditidurinya. Tapi, seperti biasanya Jongin lupa nama gadis yang pernah memanaskan sisi ranjangnya.
"Dia sepertinya bukan gay, Jongin," salah seorang anggota klub basket kini meremas bahunya.
Namun, Jongin tidak peduli. Matanya tidak berhenti mengikuti punggung Sehun yang semakin menjauh. Ia harus membuat pemuda itu bertekuk lutut padanya. Ia akan menunjukkan pada Mina ataupun pada dunia kalau ia bisa mendapatkan Oh Sehun dan memasukkan pemuda itu ke dalam daftar orang yang pernah ditidurinya. Ya, tidak ada yang mustahil bagi Jongin.
Ia pasti bisa mendapatkan Sehun dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan.
"Kau tahu dia sekelas denganmu," ujar Sejung saat mereka bertemu di lorong sekolah. Jongin yakin berita kalau ia mencoba menggoda murid baru itu sudah menyebar ke seantero sekolah.
"Itu berita bagus, Jungie,"
"Kau tahu kalau aku membenci panggilan itu, asshole. Tapi, Nini, kau harus berhati-hati dengan murid baru itu. Dia tidak seperti targetmu yang biasanya,"
Jongin memasang wajah tersinggung karena Sejung membalasnya menggunakan panggilan mengerikan itu dan gadis itu terdengar mulai meragukan kemampuannya untuk menaklukkan seseorang. "Jungie, seharusnya, kau memberikan peringatan itu pada Oh Sehun dan bukannya padaku. Karena seperti biasanya, bukan akulah yang akan berakhir dicampakkan di sini,"
Untungnya, kekasih baru Sejung tengah berjalan menghampiri mereka sekarang. Sehingga, Jongin tidak perlu mendebat berbagai macam argumen yang keluar dari mulut manis sahabatnya. Jongin berjalan meninggalkan Sejung menuju ke kelasnya.
Sebelum Sejung sempat mencegah Jongin, kekasih barunya sudah terlebih dahulu menariknya ke dalam ciuman panas. Mengalihkan seluruh perhatiannya dari Jongin ke bibir kekasih barunya itu. Sesungguhnya, Sejung memiliki firasat buruk terhadap Oh Sehun. Ia sudah bisa menduga kalau pemuda itu tidak akan berakhir menjadi mainan Jongin. Melainkan, meski sulit untuk diakui, Jongin lah yang akan berakhir menjadi mainannya.
Apapun yang akan terjadi selanjutnya. Sejung bersumpah akan menghentikannya sebelum Jongin berakhir terluka. Karena seburuk apapun sahabatnya, pemuda itu tidak pantas dipermainkan oleh siapapun–well, damn, sebenarnya tidak ada seorang pun yang pantas untuk dipermainkan oleh siapapun.
.
.
Oh Sehun is soo hot.
Melihatnya dari jarak sedekat ini membuat Jongin tidak sengaja menggambar penis di buku sejarahnya. Sehun yang dengan tekun mencatat seluruh penjelasan Lee songsaengnim di buku catatannya berusaha menghiraukan gambar penis Jongin dan cara pemuda itu memandangnya. Ia tahu kalau Jongin mengancam siswa kutu buku yang duduk di sampingnya untuk bertukar posisi dengan pemuda itu. Sehun melemparkan tatapan simpati pada siswa itu yang kini dikelilingi oleh bajingan populer yang tidak berhenti mengganggunya.
"Oke, untuk tugas pertama, saya ingin kalian membuat laporan mengenai dampak perang dunia kedua serta Hitler pada dunia masa dulu serta sekarang. Agar lebih mudah, siswa yang berada di samping kalian adalah patner kalian untuk tugas pertama ini. Saya memberi waktu sebulan untuk mengerjakan tugas,"
Sehun menoleh ke samping kirinya dan mendapati gadis berambut pendek itu sudah menemukan patner. Kalau sudah begini, ia tidak bisa mengelak lagi dari Jongin. "Jadi, bagaimana kalau weekend ini kita mulai mengerjakan tugas itu?" tanya Jongin terdengar lebih antusias daripada yang Sehun kira.
"Bagaimana kalau weekend ini aku memiliki rencana lain?"
Senyum di bibir Jongin langsung mengendur serta topeng ramahnya luntur menunjukkan diri aslinya. "Rencana seperti kencan dengan kekasih pecundangmu itu? Kau tahu Mina adalah patner yang payah di-"
"Aku bisa menghantamkan wajahmu ke permukaan meja sekarang jika kau tidak berhenti bicara," ancam Sehun tidak main-main.
Jongin menyeringai karena ia telah berhasil menemukan kelemahan Sehun. Walaupun, ia sedikit terganggu oleh fakta bahwa Mina adalah kelemahannya. Namun, masa bodoh yang terpenting sekarang ia dapat menggunakan Mina untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. "Kau tahu, Oh Sehun, kau tidak sehebat atau seseksi yang kau pikirkan. Aku hanya menginginkanmu masuk ke dalam daftar orang yang pernah kutiduri. Jadi, jangan berpikir kalau kau lebih hebat dariku hanya karena aku menginginkanmu sekarang,"
"Ouch," Sehun memasang wajah terluka seolah apa yang baru saja Jongin katakan benar-benar menyakitinya. "kata-katamu sama sekali tidak berpengaruh padaku. Jadi, weekend ini di Starbucks dekat sekolah jam 2 siang. Kalau kau tidak datang, aku tidak peduli. Dan seandainya, kau memutuskan untuk datang. Aku tetap tidak peduli. Karena pada akhirnya hanya akulah yang akan mengerjakan tugas ini."
Diluar dugaannya, Jongin amat tersinggung setelah mendengar sindiran tersirat kalau pemuda itu sama bodohnya dengan siswa populer lainnya. Jongin semakin membuat Sehun terkejut karena pemuda itu memilih bungkam dan menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuannya. Setelah itu, Jongin tidak mencoba bicara lagi padanya dan Sehun merasa bersyukur akan itu.
Saat istirahat, Sehun menghabiskan waktunya dengan Mina. Gadis itu memperkenalkannya pada anggota klub jurnalistik yang benar-benar ramah tanpa ada kepalsuan atau maksud jahat tersirat dari pertemanan mereka. Sehun larut ke dalam obrolannya dengan Kim Taeyong–adik kelas serta patner fotografernya untuk koran sekolah yang terbit sebulan sekali–yang tidak jauh dari kamera serta lensa keluaran terbaru.
Sebelum, Sehun dan Mina berpisah untuk kembali ke kelas mereka masing-masing. Sehun sengaja mencium kening Mina di depan Jongin serta kelompok menyedihkannya yang terdiri dari bajingan kelas A. Jongin menghiraukannya dan berjalan melewati masuk ke dalam kelas. Oke, ini tidak berjalan sesuai rencana Sehun.
Pelajaran matematika mereka lewati dalam keheningan. Situasi seolah berbalik. Sehingga, kini Sehun lah yang mencuri pandang ke arah Jongin yang begitu fokus mengerjakan soal di papan tulis yang dibuat khusus oleh Kim songsaengnim untuk siswa kutu buku di barisan paling depan. Sehun sempat mengira kalau Jongin kembali menggambar penis atau objek lain untuk menghibur dirinya dari kebosanan. Namun, ketika ia menggeser bangkunya lebih dekat dengan Jongin. Ia melihat ada coretan berisi jawaban dari soal di papan tulis yang kini sedang diselesaikan oleh siswa kutu buku itu.
Ketika, Kim songsaengnim memuji siswa itu karena menurutnya tidak ada satu pun orang selain dirinya di kelas yang dapat menyelesaikan soal trigonometri rumit itu dengan benar. Sehun nyaris mengangkat kertas coretan Jongin agar mereka semua tahu kalau Kim Jongin ternyata tidak sebodoh siswa populer biasanya. Fuck, mungkin saja, diam-diam bajingan itu adalah seorang jenius. Siapa yang tahu, bukan?
Sesuatu seperti menghantam Sehun cukup keras. Ia baru menyadari apa yang membuat Jongin kini mendiamkannya. Pemuda itu tidak ingin disamakan oleh siswa populer bodoh lainnya karena sebenarnya Jongin sangat pintar. Sial, pasti karena itu!
"Mianhae," bisik Sehun pada Jongin. Ia tidak bisa kata-kata itu terselip keluar dari mulutnya.
Jongin mengangkat kepala dari bukunya dan menatap Sehun dengan tatapan 'too-late-bro' yang membuat Sehun semakin menyesal. Ia tahu kalau ia tidak boleh meremehkan kemampuan Jongin, sekalipun pemuda itu adalah Dewa Bajingan. Ia merasa amat menyesal telah memutuskan kalau Jongin tidak akan membantunya dalam menyelesaikan tugas sejarah. Padahal, mungkin saja Jongin lah orang yang akan menyelesaikan tugas tersebut dengan sempurna dan memberikan mereka nilai di atas 90. Sekali lagi, siapa yang tahu, bukan?
"Kau bisa membelikanku es krim di ujung jalan sebagai permohonan maaf," ujar Jongin tiba-tiba.
Sehun menoleh menatapnya membuat mata mereka bertemu. Mata Sehun bergerak dari mata Jongin turun pada hidungnya lalu berhenti pada bibir bajingan itu. "Ya, pulang sekolah. Anggap itu sebagai permohonan maaf dariku," balas Sehun. Matanya masih tidak berpindah dari bibir Jongin.
"Perrmintaan maafmu diterima kalau begitu," Jongin memutar kepalanya ke depan. Ia kembali memperhatikan soal Kim songsaengnim di papan tulis.
Sehun mencoba untuk kembali fokus dengan soal yang kini dicatatnya. Namun, ia tidak bisa. Ada sesuatu di dalam dirinya–mungkin suatu dorongan atau entahlah–yang membuatnya sempat berpikir untuk mencium bibir Jongin. Apa mungkin ini artinya dia gay? Tapi, semalam dia membayangkan Mina sebagai objek masturbasinya. Jadi, apa itu artinya dia bisexual?
Untungnya, Jongin tidak mengganggunya sampai bel selesainya pelajaran terakhir terdengar. Sehun mencoba untuk menyingkirkan segala macam pikiran tentang orientasi seksual serta bibir Jongin di dalam pikirannya. Karena ia yakin kalau dorongan yang dirasakannya tadi hanyalah efek dari libido remajanya saja yang tidak stabil. Ia tidak mungkin menginginkan bibir Jongin atau bibir laki-laki manapun. Yang dirinya inginkan hanyalah bibir Mina–atau gadis lain yang tentunya tidak memiliki penis seperti dirinya.
"Mana pacarmu?" tanya Jongin sambil menyeringai.
Beberapa orang memperhatikan mereka begitu melihat the new hot boy dan siswa paling populer di sekolah berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Sehun mencoba untuk tetap tenang dan tidak merasa terganggu dengan perhatian yang didapatkannya. Matanya tanpa sengaja bersitatap dengan seorang gadis yang menyiram Mina di kafetaria kemarin. Gadis itu membalas tatapannya dengan delikan tajam. "Pacarmu terlihat tidak senang," tukas Sehun.
Awalnya, Jongin tampak bingung karena; Kim Jongin selalu single, Kim Jongin tidak akan pernah berkomitmen dalam hubungan apapun, dan sekali lagi, Kim Jongin selalu single. Namun, begitu Sehun melirik ke arah Sejung dengan sudut matanya. Jongin nyaris terbahak keras karena Kim Sejung tidak akan pernah menjadi kekasih atau salah satu gadis yang ditidurinya.
"Ew, itu Sejung. Dia sahabatku sejak kecil. Kami tidak pernah berhubungan seks sama sekali. Mengapa? Karena dia bukan sembarang gadis yang bisa kutendang setelah kugunakan. Dia lebih berharga daripada itu," jelas Jongin.
Sehun menyipitkan matanya setelah mendengar penjelasan Jongin. Ia berusaha memahami perkataan Jongin yang jujur saja cukup membuatnya geram. "Jadi, menurutmu gadis selain Sejung itu pantas kau tendang setelah kau tiduri?" tanya Sehun lalu menarik nafas. Ia mencoba amat keras untuk tetap tenang.
"Ya," jawab Jongin disusul oleh seringai yang merekah di bibirnya. "lagipula, seharusnya para gadis itu bangga karena mereka tidur denganku."
Rahang Sehun mengeras serta bibirnya mengatup rapat membentuk garis kaku. Tangannya mengepal erat menahan berbagai macam emosi serta desakan untuk meninju wajah Jongin. "Apa kau pikir semua orang menginginkanmu, Jongin?"
Jongin tertawa seolah pertanyaan Sehun adalah pertanyaan paling konyol yang pernah didengarnya. "Ya, tentu saja. Siapa orang yang tidak menginginkanku?"
Aku. Sehun tidak menjawab pertanyaan Jongin. Ia memilih untuk diam dan menarik lengan bajingan itu. "Hei, Sehun!" Jongin mencoba untuk berontak dan melepaskan dirinya. Namun, sialnya tenaga Sehun lebih kuat darinya dan semua itu terlihat dari otot biceps Sehun yang membuat Jongin semakin sulit untuk berontak.
Sehun menariknya masuk ke dalam gang kecil yang berada tidak jauh dari kedai es krim. Ia menyudutkan Jongin di sana sampai punggung Jongin membentur tembok. "If you want to fuck me so bad. Sebaiknya, kita pilih tempat lain," gurau Jongin sambil menutup hidung serta mulut dengan telapak tangannya. Bau menyengat dari empat tempat sampah yang berada di gang itu mulai membuatnya merasa mual.
"Kau tahu, Kim Jongin," Sehun semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Jongin. Jika saja, Jongin tidak menutup mulut dengan tangannya. Mungkin, bibir mereka sudah bersentuhan sekarang. "kau adalah orang paling menjijikkan yang pernah kutemui. Kau berpikir semua orang menginginkanmu? Fuck you, Jongin. Tidak semua orang menginginkan tubuh murahanmu."
Kata-kata Sehun tidak berarti apa-apa baginya. Ia tidak terluka atau merasa tersinggung dengan perkataan pemuda itu. Karena jauh di dalam hatinya, ia tahu kalau tidak ada orang yang benar-benar menginginkan dirinya. Mereka semua hanya menginginkan tubuh, popularitas serta kekayaannya. Tanpa ketiga hal itu, ia bertaruh kalau semua orang yang sekarang memujanya hanya akan berbalik menjadi orang yang paling membencinya.
Jongin mengalungkan kedua tangannya di leher Sehun. Hidungnya merasa nyaris bertumbukkan. Sehun dapat merasakan hembusan nafas Jongin mengenai wajahnya. Ketika, Sehun mencoba menjauhkan wajahnya dari Jongin. Bajingan itu sudah terlebih dahulu menahannya, mendorong kepalanya hingga bibir mereka nyaris bertemu.
"Kau tahu, Oh Sehun, pada akhirnya kau hanya akan menginginkan tubuh murahan ini." bisik Jongin lalu mencium bibir Sehun.
Mata Sehun terbelalak besar begitu bibir Jongin memagut bibirnya. Ketika, Jongin berusaha memasukkan lidah ke dalam mulutnya. Sehun memejamkan mata dan mulai mengambil alih ciuman mereka. Ia menekan tubuh Jongin hingga kembali membentur tembok. Jongin mengerang di tengah ciuman mereka dan membiarkan Sehun memasukkan lidah ke dalam mulutnya. Sehun menggigit bibir atas Jongin membuat pemuda itu kembali mengerang, menyukai ciuman serta bibir Sehun.
Ketika, Jongin mulai mengesekkan penisnya dengan penis Sehun yang beberapa kali bertumbukkan. Sehun sadar kalau orang yang sedang berciuman panas dengannya bukan Mina atau bahkan seorang gadis. Ia segera menjauhkan dirinya dari Jongin dan menatap pemuda itu dengan tatapan jijik bercampur benci.
"Jangan bilang kalau kau homophobic," Jongin nyaris tertawa saat mengucapkan kata homophobic.
Sehun mendelik tajam padanya dan berjalan pergi kembali ke sekolah. Ia mengendarai motornya seperti orang gila. Masa bodoh dengan lampu lalu lintas yang dilanggarnya serta seorang pejalan kaki yang mengutuknya. Di pikiran Sehun sekarang hanya ada kekacauan serta fakta yang amat mengganggunya–kalau sebenarnya ia sangat menikmati ciuman Jongin yang merupakan seorang laki-laki dan bajingan.
"Hei, ma!" seru Sehun lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Sehun, bagaimana hari keduamu?" teriak ibunya dari dapur.
"Fine!" teriak Sehun dari lantai dua lalu menutup pintu kamarnya.
Ia menaruh tasnya di bawah kasur. Sekitar lima menit kemudian, ponselnya berdering. Sehun menerima panggilan tersebut dengan punggung berbaring di atas kasur. "Hai, chagiya," sapanya setengah bercanda.
"Hai, baby. Aku dengar kau pulang bersama Jongin,"
Sehun menahan geraman yang akan keluar dari mulutnya. Seharusnya, ia sudah menduga kalau mulai besok akan ada banyak orang yang mempertanyakan hubungannya dengan Jongin. "Kau tahu, Jongin menciumku. Jadi, sebaiknya kau mulai susun rencana yang bagus untuk menghancurkannya,"
"Wah, secepat itu? Kau benar-benar seorang cassanova, Oh Sehun,"
"Ya, ya, terserah. Kau harus membayarku besok karena aku benar-benar tidak menikmati ciuman bajingan itu," bohong. Sehun melotot menatap langit-langit di atasnya. Bohong? Untuk apa dia berbohong? Kau berbohong lagi.
"Haha, oke, dude. Besok aku akan menciummu sampai kau tidak bisa berhenti memikirkan bibirku, sekalipun bajingan itu menciummu lagi,"
Sebuah senyum tertarik di bibir Sehun. "Ide bagus," Sehun memejamkan matanya berusaha membayangkan wajah serta bibir Mina. "kau membuatku tidak sabar sekarang," katanya lagi.
"Kalau begitu, tahan libidomu. Karena mungkin saja besok aku memberikan bonus seperti ciuman di tempat lain,"
Fuck. Persetan dengan libido remajanya. Penis Sehun mulai terasa sesak di bawah sana. Satu tangannya yang tidak memegang ponsel mulai menyusup masuk ke dalam celananya. "Talk dirty to me, baby," ujar Sehun dengan suara serak.
"Maybe, next time, Sehun,"
Lalu, Mina memutuskan sambungan telepon. Sehun menggeram frustasi dan kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi. Ia menanggalkan seluruh pakaiannya dan berdiri di depan shower . Ketika, air hangat mulai menghujani tubuhnya. Salah satu tangannya mulai menyentuh penisnya sendiri. Ia mulai membayangkan Mina dan tubuh gadis itu. Fuck, fuck, Sehun mulai mengocok penisnya sendiri dalam tempo cepat saat imajinasinya mulai semakin meliar. Saat, ia dapat merasakan orgasme di ujung penisnya. Ia mencoba membayangkan bibir Mina pada batang penisnya, mengecup ujungnya sengaja menggoda Sehun.
Beberapa menit setelah membayangkan bibir itu, Sehun menyemburkan cairan orgasme pada tangannya sendiri. Ia mengatur nafas pasca orgasme terbaik dalam sejarah masturbasinya. Sehun menyeringai puas karena ia baru saja menggunakan Mina sebagai objek masturbasinya yang artinya dia masih straight–selurus penggaris.
Namun, tanpa dirinya sadari bibir yang menjadi fantasi liarnya barusan bukanlah milik Mina. Melainkan, milik Kim Jongin.
.
.
Seperti biasanya, Jongin diantar oleh supir pribadinya ke sekolah. Ia turun di depan gerbang, melempar senyum serta kedipan selama perjalanannya masuk ke dalam sekolah lalu berhenti sebentar di lokernya untuk mengambil buku. Selang beberapa menit, Sejung atau salah satu teman populernya akan datang untuk menceritakan apa saja yang terjadi kemarin. Bisa dibilang itu adalah rutinitas pagi Kim Jongin setiap hari.
Namun, pagi ini rutinitasnya berubah begitu ia melihat Sehun sedang memarkirkan motornya. Jongin berjalan menghampiri Sehun, tapi sayangnya dia kalah cepat oleh Mina yang entah darimana datang dan memeluk tubuh Sehun dari belakang. Huh, that bitch. Jongin nyaris menghentakkan langkahnya masuk ke dalam gedung sekolah membuat beberapa siswa yang melihatnya saling melirik satu sama lain.
Rumor mengenai skandal segitiga antara murid baru, siswa paling populer serta calon ketua jurnalistik tahun ini mulai tersebar menjadi topik paling panas di antara para siswi maupun siswa.
Sejak pelajaran pertama sampai bel istirahat berbunyi, Sehun mendiamkan Jongin dan sama sekali tidak melirik ke arahnya. Meskipun, Jongin sudah berusaha keras menarik tetap fokus memperhatikan atau mencatat selama pelajaran berlangsung. Jongin mulai merasa frustasi saat Sehun beranjak keluar kelas tepat saat bel berbunyi. Ia bertaruh kalau pemuda itu langsung mencari pacar jalangnya yang bahkan tidak sehebat Jongin di atas ranjang.
Jongin mulai menggerutu pada Sejung begitu mereka bertemu di lorong sekolah. Ia mengeluhkan hal-hal kecil seperti supirnya yang memiliki selera musik buruk serta mantan pacarnya yang baru saja direkrut menjadi model. "-maksudku, dia bahkan tidak secantik anggota SNSD dan dadanya rata, Sejung. Kenapa ada orang yang mau menjadikannya model? Aku yakin dia hanya akan berakhir menjadi model porno,"
Sejung memutar mata. Ia sudah mengenal Kim Jongin sejak kecil. Ia tahu kalau Jongin mulai mengeluhkan hal-hal kecil yang mulai tidak masuk akal. Itu artinya ada sesuatu yang sangat menggangu Jongin. Shit, jangan bilang ini menyangkut Sehun.
"Cut the bullshit. Apa yang sebenarnya mengganggumu?"
Jongin sudah setengah membuka mulutnya. Namun, begitu ia melihat kekasih baru (serta idiot) Sejung datang dan langsung mencium mesra bibir gadis itu. Jongin segera mempercepat langkahnya ke kafetaria. Seperti biasanya, ia kembali menjadi pusat perhatian. Ada banyak murid kelas sepuluh yang terang-terangan memperhatikan dirinya. Jongin sudah terbiasa dengan segala macam perhatian yang didapatkannya sejak kecil.
Jadi, ia berjalan dengan dagu terangkat serta wajah arogan menuju antrean makanan. Salah seorang gadis kelas sepuluh sengaja mengantre di belakangnya dan menjatuhkan dirinya hingga wajahnya membentur punggung Jongin. Untung saja, Jongin memiliki keseimbangan yang cukup baik. Sehingga, ia dapat menahan dirinya agar tidak terjatuh.
"Ah, maaf, sunbae!" gadis itu memekik seperti tikus yang ekornya terinjak (menurut Jongin).
Jongin menoleh ke belakang dan, well, that bitch is hot. Berbagai macam kata tajam yang berada di ujung bibirnya lenyap. Berganti menjadi ratusan kata rayuan yang menggelikan, tapi selalu berhasil membuat para gadis yang digodanya luluh. "Malam ini akan ada pesta di rumah salah satu siswa kelas dua. Kau harus datang denganku," ujar Jongin sambil mengangkat dagu gadis itu dengan satu jarinya.
Para siswa yang mengantre di depan serta belakangnya hanya melongo, diam-diam merasa iri dengan gadis jalang itu. Gadis itu mengangguk dengan mata berbinar seperti gadis-gadis lainnya. "Bagus," setelah itu, Jongin mengecup pipinya lembut membuat lutut gadis itu terasa lemas. Ibu kantin yang kembali menyaksikkan Jongin merayu gadis-gadis yang kebetulan mengantre bersamanya hanya memutar mata.
Ketika, giliran Jongin tiba. Ibu kantin memberikan porsi lebih banyak dengan menu berbeda pada pemuda itu. Membuat Jongin menyeringai dan melemparkan kedipan padanya. Well, dia pernah tidak sengaja menyicipi vagina wanita itu. Jadi, yah, inilah keuntungan yang didapatkannya.
Jongin berjalan menuju mejanya dan melihat Sejung di sana. Namun, ia langsung menyipitkan matanya begitu ia menangkap Sehun, Mina, dan anggota klub jurnalistik sedang makan bersama tepat di belakang mejanya. Ia melihat Mina sedang menyuapkan sepotong kentang goreng ke dalam mulut Sehun dan pemuda itu membalasnya dengan menjilat saos di tangan Mina. Persetan dengan mereka. Tiba-tiba saja, Jongin tidak merasa lapar. Ia melihat ada seorang siswa kutu buku yang sedang mengantre di barisan paling belakang. Ia mendekati siswa itu dan memberikan nampan miliknya.
"Untukmu," ujar Jongin. Membuat bukan hanya siswa itu, melainkan siswa lainnya yang sedang mengantre kembali melongo.
Tanpa peduli dengan perut kosongnya serta Sejung yang mulai mencarinya, ia berjalan menjauh dari area kantin menuju perpustakan atau entahlah, yang terpenting ia tidak duduk di depan Sehun dan gadis jalang itu. Jongin memutuskan untuk mengambil tasnya di kelas dan kemudian kabur dari sekolah lewat pagar belakang. Ia sudah melakukan ini selama dua tahun. Dan seandainya ia tertangkap oleh guru, mereka hanya akan berpura-pura tidak melihatnya.
Well, inilah keuntungan sebagai anak pejabat serta donatur terbesar di sekolah. He can do whatever he wants and no one can give a shit about it.
.
.
"Kau ingin pulang bersamaku nanti?"
Sehun berdiri di depan kelas Mina masih menggenggam tangan gadis itu. Mina melirik Somi, wakil ketua klubnya, yang tampak letih. Selama seminggu ini, klub jurnalistik memang sedang sibuk mengevaluasi kegiatan setahun kemarin serta memikirkan rencana klub tahun ini. Selain itu, ada banyak laporan yang harus ia buat sebagai anggota utama klub yang sebentar lagi juga akan menyandang sebagai ketua. Jadi, dengan wajah murung serta mata sayu, Mina menggelengkan kepala.
"Mianhae," bisik Mina.
Sehun hanya menjawab permohonan maafnya dengan kecupan di kening. Sekelompok siswa populer yang melintas di depan mereka bersiul dan tertawa. Sehun menjauhkan dirinya dari Mina lalu melirik ke arah mereka. Matanya tanpa sengaja bersitatap dengan Sejung. "Ada masalah?" tanyanya dengan wajah dingin.
Beberapa orang siswa memasang wajah pura-pura takut dan salah satunya berkata, "Tidak, dude. Teman Jongin adalah teman kami juga. Tapi, serius, man, ada banyak cewek lain selain dia yang menginginkanmu. Kenapa kau harus memilih cewek yang memiliki adik jalang serta-"
Sehun sudah mengangkat kepalan tangannya untuk meninju wajah siswa itu. Namun, Mina menahan lengannya dan berbisik jangan. Sementara itu, Sejung masih menatapnya dengan tatapan tajam. Bibir gadis itu mengatup rapat menandakan kalau ia tidak ingin terlibat. "Wah, dude, tenang. Aku hanya bercanda,"
"Bercandamu tidak lucu, dude," balas Sehun dengan penekanan pada setiap katanya.
Sebelum, siswa itu sempat membalasnya. Sejung memutuskan untuk angkat bicara. "Sebaiknya, kita mencari Jongin sekarang," ujarnya dan sekilas melirik ke arah Sehun.
Persis setelah itu, bel akhir istirahat berbunyi. Sehun meremas tangan Mina sebagai salam perpisahan. Mina membalasnya dengan senyuman kecil. Sejung masih menatapnya dengan tidak suka, tapi tidak mau melontarkan apa yang sebenarnya gadis itu tidak sukai dari Sehun. Sehun meliriknya sekilas lalu berjalan menuju kelasnya. Begitu ia duduk di bangkunya, Sehun menoleh ke sampingnya dan mendapati bangku Jongin kosong.
"Dia kemana?" Sehun bertanya pada seorang gadis yang duduk di depannya.
Gadis itu–Yeri or something–menjawabnya dengan wajah bosan. "Jongin pasti bolos lagi. Ini sudah kebiasaannya sejak kelas sepuluh,"
Sehun menganggukkan kepala. Ia tidak menanyakan lebih jauh mengenai kebiasaan bolos Jongin karena, sungguh, ia tidak peduli. Namun, selama pelajaran berlangsung. Ia tidak bisa menahan diri untuk melirik ke arah bangku kosong di sampingnya. Bayangan akan seringai serta perkataan arogan Jongin mulai mengisi pikirannya. Kemudian, ciuman itu.. Sehun menggeram pelan. Ia masih bisa merasakan bibir Jongin pada bibirnya. Ia masih bisa merasakan hangat tubuh Jongin yang menghimpit dirinya. Sehun mencengkram erat pulpennya. Fuck, fuck, he is so fucked.
Mungkin, dirinya memang tidak akan pernah menginginkan seseorang seperti Kim Jongin. Namun, bagaimana dengan libido remajanya yang masih buta akan hal-hal berbau seksual, yang masih membutuhkan eksperimen untuk mengetahui apa yang penisnya inginkan?
Sehun memilih untuk tidak menjawab pertanyaan konyol itu. Karena ia tahu kalau dirinya hanya tertarik pada perempuan–pada Mina. Ia tidak mungkin bisexual atau bahkan gay. Dia adalah remaja laki-laki yang straight seperti penggaris.
Ya, lurus seperti penggaris.
.
.
"Sehun,"
"Hm?"
"Ayo kita makan di luar,"
Sehun yang sedang menonton acara binatang di televisi, menoleh menghadap ibunya. "Tumben. Dalam rangka apa? Seingatku, ulangtahunmu masih tiga bulan lagi,"
Ibunya memutar mata lalu masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas. "Aku sedang ingin makanan Thailand, oke?" balas ibunya sambil berjalan keluar kamar.
"Thai food? Sounds good, mom," Sehun segera mengambil kunci mobil di atas kulkas sebelum ibunya. "kali ini, aku yang menyetir," katanya lagi.
Ibunya kembali memutar mata. Dalam hati, ia merasa waktu berjalan begitu cepat. Rasanya seperti baru kemarin ia melihat Sehun mengayuh sepedanya dan sekarang iblis kecil itu sudah bisa mengendarai mobilnya. Sehun mengeluarkan mobil dari garasi. Sementara, ibunya mengunci pintu rumah. Jujur saja, Sehun masih belum begitu familiar dengan kota barunya. Busan dan Seoul jelas adalah dua kota metropolitan yang berbeda. Lahir dan besar di Seoul membuat Sehun sudah terbiasa dengan kota besar yang selama 24 jam selalu hidup dan tak pernah mati. Sehingga, rasanya aneh saat melihat jam masih menunjukkan pukul 8 malam dan sudah ada beberapa toko di pinggiran jalan yang lampunya padam.
"Kau sudah mencoba pantai di sekitar sini?" tanya ibunya begitu mereka melewati area pantai Haeundae.
"Belum," jawab Sehun. Matanya melirik sekilas ke arah pantai yang berada di samping jalan. Langit malam dan ombak laut seolah menyatu di ujung sana.
"Kau harus membawa pacarmu ke sini," celetuk ibunya.
"Dia pasti sudah biasa datang ke sini," balas Sehun sebelum menyadari apa yang baru saja dikatakannya.
Ketika, ia menyadarinya. Ia sudah benar-benar terlambat. Ibunya menatap dirinya dengan tatapan yang siap menggodanya tentang pacar itu setiap saat. Dan benar saja, saat mereka sampai di restoran yang khusus menjual makanan khas Thailand. Ibunya mulai menginterograsinya tentang pacar barunya ini.
"Ma, sebaiknya, kita pesan makanan dulu," saran Sehun. Karena pelayan yang sudah beberapa menit berdiri di samping meja mereka mulai memasang wajah memelas seperti anjing kecil yang kelelahan.
"Oh, oke, oke, aku pesan sup Tom Kha Kai,"
"Samakan saja pesananku dengan wanita gila ini," ujar Sehun saat pelayan itu melirik ke arahnya.
"Hei, aku ini ibumu!" seru perempuan paruh baya itu dengan suara lantang. Untung saja, restoran kala itu sudah sepi dan mungkin mereka adalah pelanggan terakhir. Sehun hanya menertawai pout di bibir ibunya yang sangat kekanak-kanakan.
Matanya menerawang ke seberang restoran tepat pada bar dengan lampu paling meriah di sepanjang jalan. Ada sepuluh atau lebih mobil yang berderet di depan sana dan beberapa orang laki-laki maupun perempuan keluar-masuk bar dengan pakaian minim atau dalam kondisi mabuk.
Sehun menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang mungkin saja Jongin di seberang sana. Pemuda itu tampak sangat mabuk sampai-sampai ia memerlukan dua orang pria yang jauh lebih tua darinya, menopang tubuhnya agar tetap berdiri. Kepala Jongin terayun ke belakang dan depan lalu bersandar pada bahu salah satu dari pria itu. Sehun hanya bisa mengepalkan tangannya saat kedua pria itu memasukkan Jongin ke dalam mobil. Lalu, mereka masuk ke dalam mobil dan kemudian mobil, yang platnya sengaja Sehun tulis di ponselnya, itu melaju pergi meninggalkan bar.
Ibunya yang baru saja kembali dari toilet hanya terdiam menyadari perubahan raut wajah anaknya. Sehun terlihat seperti terganggu oleh sesuatu sekarang. Ia juga tampak cemas akan sesuatu yang membuatnya sampai tidak menyadari kalau pesanan mereka sudah berada di atas meja.
"Ini enak," komentar Sehun memecah keheningan di antara mereka.
Ibunya hanya mengangguk serta sempat berpikir untuk menanyakan masalah anaknya. Tetapi, ia menahan diri karena Sehun sebentar lagi akan menjadi pria dewasa. Ia yakin anaknya itu bisa menyelesaikan masalah atau apapun yang mengganggu pikirannya sendiri, tanpa perlu bantuannya.
Namun, sayang kenyataan justru berkebalikan dengan ekspektasinya. Sehun benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghadapi masalahnya–yang baru saja pergi dengan dua orang pria dewasa yang amat mencurigakan.
.
.
Keesokan harinya, Sehun sampai di sekolah nyaris terlambat. Semua ini terjadi karena Mina tidak bisa tidur sampai jam 3 subuh dan sebagai calon kekasih yang baik Sehun menemaninya sampai Mina berhenti bicara dan tertidur. Ia setengah berlari menuju ke kelasnya dan untungnya Nam songsaengnim, salah satu guruyang terkenal killer, yang mengajar pada jam pertama belum datang.
Langkah Sehun melambat saat melihat Jongin sedang menaruh kepalanya di atas meja. Mungkin, pemuda itu sedang tertidur. Mengingat, ia pasti kekurangan waktu tidur karena dua orang pria yang kemarin malam Sehun lihat. Sehun duduk di bangkunya dan kepala Jongin persis menghadap ke arahnya. Sejenak, ia hanya terdiam mengamati wajah Jongin lalu berkata, "Aku tahu kau tidak tidur."
"Diam, Sehun. Aku sangat lelah, oke?"
Sehun memutar mata karena, tentu saja, Jongin kelelahan. Bajingan jalang itu berhubungan seks dengan dua pria semalam! "Aku melihatmu di depan bar semalam," gumam Sehun membuat mata Jongin langsung terbuka.
"Huh?"
Sehun menyeringai lalu menopang dagu dengan satu tangannya. "Kau benar-benar murahan, Kim Jongin. Slut, whore, bitch, itu saja tidak cukup untuk menunjukkan betapa jalangnya dirimu," Sehun sengaja mengecilkan suaranya hingga hanya Jongin saja yang mendengarkan perkataan kotornya.
Wajah Jongin memerah menahan emosi serta rasa malu di dalam dirinya. Ia menggigit bibir berusaha untuk tidak terangsang oleh perkataan Sehun. Ia juga mencoba untuk membenci pemuda itu karena Oh Sehun baru saja merendahkan dirinya yang selama ini selalu dipuja oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, sialnya, usahanya berakhir sia-sia. Penisnya tetap saja mengeras di bawah sana. Selain itu, ia tidak bisa membenci Oh Sehun seperti ia membenci beberapa orang yang selalu berusaha menentang dirinya–ia benar-benar tidak bisa.
Karena semakin Sehun membenci serta menolak dirinya, Jongin hanya akan semakin menginginkan pemuda itu.
"Malam ini akan ada pesta di rumah siswa kelas sebelas. Sebaiknya, kau datang," ujar Jongin dengan mata fokus tertuju pada papan tulis.
Sehun melirik ke arahnya. Ia tidak pernah menyukai pesta atau semacamnya. Jadi, untuk apa ia datang? "Kenapa aku harus datang?"
Kali ini, Jongin menoleh ke arahnya dan memasang wajah 'seriously?' yang membuat salah satu alis Sehun terangkat naik. "Karena aku ada di sana. Jadi, kau harus datang," jawab Jongin sambil memutar mata.
"Sekali lagi, aku bertanya; kenapa aku harus datang?"
Jongin sadar kalau Sehun hanya berusaha mempermainkan emosinya–membuatnya meledak di kelas matematika yang merupakan kelas favoritnya. Jongin menarik nafas lalu membuangnya berusaha tidak terpancing oleh seringai di bibir Sehun. Jika, bajingan itu ingin bermain dengannya. Well, two can play game.
Jongin mendekatkan dirinya pada Sehun membuat beberapa siswa yang berada di belakang mereka saling bertatapan. Sehun hanya terdiam menatapnya. Ia sama sekali tidak takut dengan langkah yang akan Jongin ambil. Karena bagaimanapun juga, pada akhirnya dialah yang menjadi pemenang dalam permainan ini–bukannya bajingan itu.
"Why? Because I want you to fuck me, Sir. I want you to fuck me hard until I can't breath and only remember your name," jawab Jongin dengan suara lantang. Ia memecahkan keheningan kelas yang semula sedang mencatat materi transformasi geometri di papan tulis. Seluruh murid menoleh ke arahnya dan Sehun, begitupun Kim songsaengnim yang tidak bisa menahan ekspresi terkejut di wajahnya.
Jongin hanya menyeringai lebar, menikmati perhatian yang didapatkannya. Sedangkan, Sehun berusaha keras untuk tetap tenang. "Kim Jongin," Kim songsaengnim memanggil namanya dari depan kelas. Pria paruh baya itu terlihat kesulitan untuk menjaga suaranya agar terdengar stabil.
"Yes, sirr?"
Jongin sengaja mengerang di depan guru serta 30 orang murid di dalam kelas. Sehun dapat mendengar suara helaan nafas dari seorang siswa di sampingnya dan seorang siswi langsung menyilangkan kakinya dengan kepala tertunduk. Shit, Kim Jongin baru saja membuat semua orang di dalam kelas terangsang sekarang. "Cepat pergi ke ruang kepala sekolah!" –termasuk Kim songsaengnim sendiri yang kemudian duduk di bangkunya berusaha menutupi gundukan daging di tengah celananya.
Jongin bangkit berdiri. Matanya masih tertuju lurus pada Sehun seolah menantang pemuda itu untuk terlibat dalam kegilaan yang dibuatnya ini. "Kau menang kali ini-" Sehun menyeringai dan melanjutkan perkataannya, "-whore."
"Aku tahu," balas Jongin dengan seringai. Lalu, ia mengedipkan satu matanya pada Sehun. Sebelum akhirnya, ia berjalan keluar dari dalam kelas.
.
.
Rin's note :
tbh fanfic ini udah lama banget ada di draft tab-ku.. dua hari yang lalu, aku iseng-iseng nyoba nulis dan, wow, 9.6k baby lol padahal, target utamaku itu 15k but yeah i kind of got stuck with everything kkk
basically, Jongin is a rich, jerk and kind of whore. Meanwhile, Sehun is an ordinary boy in gay-denial (or bisexual-denial?). Jongin only want to have sex with Sehun and Sehun? dia cuma bantuin Mina untuk balas dendam dengan mainin perasaan Jongin. Intinya, dia berusaha bikin Jongin jatuh cinta sama dia lalu BOOM you know what will happen next.
Anyways, aku nggak pernah nunjukkin transisi seorang straight boy jadi gay dan aku ngerasa ini fanfic pertamaku yang benar-benar nunjukkin gimana seorang remaja laki-laki mulai meragukan orientasinya serta nyangkal orientasinya karena "i dont want to be gay"
So, yeah, this is kind of FUN.
aku berusaha bikin fanfic dengan plot soo mainstream ini jadi something fun and I hope y'all my lovely readers will enjoy this fanfic (anggap ini hadiah lebaran lol)
Mina di fanfic in adalah Mina from Twice. Sementara, Sejung adalah Sejung from Produce IOI
p.s SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI UNTUK YANG MERAYAKAN. dan buat yang masih mudik.. jaga selalu kesehatan dan semoga sampai tujuan!
p.s if u want to ask something just go on my profil (itu ada list medsos ku)
