JUST MINE
Disclaimer: Masashi-senpai
Pair: NaruFemKyuu
Rate: T
Genre: Fantasy, Romance
WARNING: OOC, abal, Gaje, dan lainnnnnya
A/N: Maafkan setiap kekurangannya.. m(_ _)m
Summary:
Naruto adalah sang penebang pohon dan Kyuubi adalah peri hutan,, atau sebaliknya.. silahkan pilih sendiri.. XD
Warna biru cerah yang tadinya mendominasi langit mulai memudar dan digantikan warna merah orange yang bergradasi menarik warna malam di ufuk timur, menandakan hari telah berubah petang dan menuju malam damai berbintang musim semi. Seorang pemuda di sebuah ruang berjendela kaca yang juga merangkap sebagai dindingnya berdiri amat dekat dengan salah satu sisi jendela kaca bening bersih tersebut. Ia menatap matahari awal musim semi yang mulai kembali ke peraduannya.
Ia mendekatkan tangan kanannya pada dinding cermin yang menghalanginya dari dunia luar itu, tepat pada mataharinya, sehingga sinar senja di sebagian wajahnya terhalangi oleh bayangan tangannya. Lalu dengan perlahan tangannya mengepal, seakan ia tengah menggenggam matahari di tangannya.
CKLEK!
Terdengar suara pintu terbuka namun ia tetap enggan berbalik. Langit senja masih juga mengunci iris sapphirenya. Disusul suara derap langkah seseorang yang mulai memasuki ruangan itu.
"Kau bias mengambil liburan." Pemuda beriris sapphire itu berbalik dan menatap pemuda berambut perak melawan gravitasi yang juga merupakan sekretarisnya. Hatake Kakashi.
Ia nampak sibuk dengan berkas-berkas di kedua tangannya sambil berjalan mendekat dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi tamu di depan meja pemilik ruangan dengan gusar.
"Semua sudah terkendali, kau bisa memilih sekarang. Lagipula aku tidak tega melihat wajahmu di tekuk setiap pagi Naruto." lanjut Kakashi sembari merapikan berkas-berkas itu dan menaruhnya dengan rapi di atas meja. Naruto masih menatapnya tidak percaya dengan rahang yang sedikit jatuh
Hening
"Yessssss... akhirnya berakhir juga!" serunya girang sambil melompat-lompat kecil dan disertai tingkah bocah 5 tahun mendapat hadiah lainnya.
"Tapi-" lanjut Kakashi menginterupsi kegirangan Naruto.
Naruto terdiam dan memicingkan matanya menunggu Kakashi melanjutkan.
"Kau harus tetap bisa dihubungi."
"oh.. yeahhhh.. akan kuusahakan." jawab Naruto akhirnya.
"Harus bisa!" sahut Kakashi tajam.
Naruto mendelik. "Mm.. iyaaa!?" tanggapnya disertai senyum kaku. Meski dalam hati ia juga ragu
Naruto menggeliat nyaman di dalam kehangatan selimutnya. Meski ia tau matahari musim semi sudah cukup tinggi di langit, ia memang sengaja bangun siang karna ini adalah hari bebas pertamanya setelah 3 bulan yang sibuk dan menyiksa baginya.
Ia baru lulus dari universitas tapi harus langsung menggantikan posisi kakaknya di Namikaze Corp karna kakaknya akan menikah dan bulan madu tentunya. Yeahhh.. untuk itu harusnya sebulan saja cukupkan? memang berapa anak yang ingin mereka buat hingga memakan waktunya selama itu? itu lah yang terus di pikirkan Naruto 3 bulan belakangan ini.
.
.
.
Naruto membuka kelopak matanya perlahan. Meski ingin tidur seharian tapi nampaknya kebiasaan bangun pagi yang terpaksa ditanamkannya sejak 3 bulan lalu itu tidak mendukung niatnya. Terbukti dari pertama matanya terbuka pagi ini ia langsung tidak bisa terlelap lagi, padahal kemarin ia melakukan perjalanan dari Konoha ke Hanazawa yang memakan waktu 2 jam dan sampai di tujuannya saat larut.
Yeahhhh.. setelah mendapat kabar dari Kakashi tempo hari Naruto langsung berangkat ke Hanazawa untuk liburannya. Hanazawa adalah sebuah desa terpencil yang masih kental dengan tradisi dan kebudayaan Jepang kuno, namun meski begitu desa ini juga tidak tertinggal hanya lebih kental tradisi dan suasana alam asri saja, baik telekomunikasi maupun transportasi juga tidak tertinggal. Selain itu jaraknya dengan kota terdekat tidak lebih dari 15 menit perjalanan dengan kendaraan.
Hanazawa memang sengaja di bangun begitu jadi sudah pasti pemilik tanah kebanyakan adalah orang-orang kaya dan warga asli daerah itu.
Naruto akhirnya bangun dengan gusar dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama kemudian Naruto sudah siap dengan sarapannya, sandwich dan orange juice. Naruto memang sendirian di rumah bergaya modern minimalis yang didominasi dinding kaca itu, sehingga tentu ia harus menyiapkan sarapannya sendiri. Meski begitu senyum bahagia tetap terukir di wajah tampannya.
.
.
.
Naruto berjalan pelan menyusuri desa Hanazawa sambil terus mengabadikan semua hal yang menurutnya bisa jadi objek indah kameranya. Suara sutter kamera tak henti-hentinya terdengar. Memotret memang salah satu dari sekian banyak kegiatan favoritnya.
Suasana desa memang damai dan asri seperti yang Kakashi tuturkan tempo hari. Terlebih sekarang musim semi, berbagai macam bunga yang bermekaran semakin mewarnai desa ini. Tidak sia-sia ia berjalan kaki dari rumahnya hingga desa yang memakan waktu sekitar 20 menit, karna rumahnya modern sehingga ia tidak bisa membangun di kawasan desa maka rumahnya di bangul di tepi jalan utama.
Sebenarnya ia bisa saja membawa mobil tapi ia memutuskan berjalan kaki untuk menikmati embun pagi bersama kameranya. Sedikit menyesal juga karna jaraknya terbilang jauh bagi Naruto yang tidak biasa berjalan kaki. Namun pemandangan yang ia dapatkan memang pantas di bayar mahal pikirnya.
.
.
.
Butiran embun pagi yang dingin menyapa kulit halusnya. Kimono putih bercorak bunga sakura musim seminya tampak ternoda tanah dan lumut. Kakinya yang tanpa alas melangkah kecil tergalang kimononya. Tanah dan batu yang ditumbuhi lumut menjadi semakin licin akibat hujan semalam, namun gadis bersurai merah panjang itu tetap melangkah, iris rubynya menatap lurus ke depan. Ia hiraukan langkahnya yang semakin terseok-seok dan kaki kecilnya yang juga mulai terasa perih. Ia hanya ingin segera mengakhiri perjalanannya. Ia sudah terlalu lama lelah dan kesepian. Ia sudah kehilangan tujuan hidupnya sejak lama, dunia terasa seakan semakin memojokkannya. Semuanya tidak akan berubah ataupun berakhir jika ia terus menunggu. Menunggu? apa yang ia tunggu? ia bahkan tidak tau apa yang ia tunggu.
SET..BRUKK
Langkahnya terhenti, ia terjatuh oleh alam, "bahkan alam ingin aku segera mati." lirihnya pada angin yang berhembus menerpa wajahnya, menerbangkan surai senjanya. Dilihatnya kedua kakinya yang terasa perih. Terdapat bercak-bercak likuid merah yang nampak kontras dengan warna putih kulit kakinya. Ia mendengus kecil sembari bangkit dan kembali berjalan.
.
.
.
Penduduk desa dari berbagai lapisan sosial sangat ramah terhadap Naruto. Dari itu Naruto mendengar banyak hal mengenai desa itu, dari hal sepele sampai hal penting. Naruto bahkan sudah tau bagaimana agar bisa mendapat kemiringan harga di pemandian air panas, di kedai ramen, di penginapan, bahkan di Okiya terbaik di sana. Ia juga mendengar tentang hal-hal indah seperti tentang keberadaan danau dengan air terjun indah di gunung di belakang desa sana. Dan tentu saja ia langsung berangkat ke danau itu selepas makan siang.
.
.
Naruto mendaki gunung dengan hati-hati, sebenarnya jalan setapak berdasar batu itu cukup bersih dan rapi tapi karna di tumbuhi lumut dan menanjak ringan maka ia tetap harus berhati-hati agar tidak terpeleset dan mungkin membuatnya menggelinding dengan kasar menuruni gunung dan parahnya kameranya akan hancur nanti. Naruto akan menyesal pastinya.
Dalam perjalanan Naruto terus mengeluhkan jalan setapak yang tidak dibuat bertangga saja, padahal jalannya cukup miring. Bahkan ia sudah beberapa kali terpeleset dalam perjalanannya, meski hanya ringan dan berdampak pada tangan dan T-shirt lengan pendek putihnya jadi kotor. Sementara hem biru darkner yang tadi di pakainya kini sudah melingkar di pinggangnya agar tidak menghambat langkahnya.
Naruto tersenyum puas dan langsung menghempaskan dirinya di atas rumput hijau di sekitar danau yang jadi tujuannya tadi. Setelah hampir 30 menit atau lebih berjuang akhirnya ia sampai juga, dan pemandangannya pun benar-benar indah.
Danau itu begitu luas, sejuk, dan dikelilingi hutan, airnya juga jernih dan terlihat segar. Dan memang benar ada air terjun yang sangat indah di danau itu. Naruto langsung memotret di sana sini hingga tanpa ia sadari langit berubah gelap pertanda akan turun hujan. Namun Naruto malah memanfaatkannya untuk mendapatkan sudut pandang baru dengan background langit mendung tersebut.
Naruto malah memanfaatkannya untuk mendapatkan sudut pandang baru dengan background langit mendung tersebut.
Naruto mengernyit ketika lensa kameranya mendapati seorang gadis berkimono putih di tepi atas air terjun. Naruto menurunkan kameranya.
"Apa gadis itu sudah gila?" tanya Naruto entah pada siapa.
Naruto kembali memperhatikan gadis itu dengan kameranya, memfokuskan lensanya dan.. ia terperangah... gadis itu sangat cantik, rambut merahnya terbawa angin, dan kiminonya nampak berantakan.. eh? Naruto mengernyit mendapati gadis itu tanpa alas kaki dan ada bercak darah di bagian bawah kimononya yang nampak kotor. Sebelah alis Naruto terangkat mendapati gadis itu menengadahkan kepalanya, menatap langit yang semakin gelap dan kemudian memejamkan matanya sambil melangkah mendekati bibir jurang.
Naruto membelalakka matanya. Kini ia tau gadis itu mencoba bunuh diri. Tanpa pikir panjang Naruto langsung berlari, mendaki, merangkak, semuanya secepat yang ia bisa menuju tepi jurang itu. Gadis itu sudah mundur lagi, dan menunduk, nampaknya ia bimbang. Naruto mempercepat langkahnya. Ia tidak berteriak karna ia pikir gadis itu malah akan langsung lompat kalau tau ada orang yang berniat menggagalkan rencananya.
.
.
Gadis bersurai senja, beriris ruby, berkulit porselen, berada di depan pilihan kematian itu adalah Kyuubi. Akasuna Kyuubi. Saat usianya 7 tahun keluarganya di bunuh di depan matanya oleh sekelompok perampok. Dan ia membunuh mereka.. dengan kekuatannya.
Ya.. Kyuubi setengah siluman rubah. Ia juga baru mengetahuinya hari itu. Ia begitu takut akan pandangan orang lain tentang dirinya. Sejak itu ia menutup dirinya, tidak berinteraksi, kecuali dengan pengurusnya, ia selalu berpikir penduduk desa takut, benci, jijik, tidak ingin melihatnya dan.. tidak menginginkan keberadaannya.
Ia takut akan melukai orang lain dengan kekuatannya seperti hari itu. Tapi ia tetap seorang gadis kecil yang butuh sandaran. Kini ia kehilangan arah, ia ingin cepat mengakhiri semuanya, hidupnya, eksistensinya. Setidaknya itulah yang di yakininya dan yang di katakan walinya. Namun hati kecilnya terus berbisik, ia juga ingin hidup, hati itu masih berharap ada seseorang yang menghentikan tindakannya seperti biasanya. Ya.. ia beberapa kali melakukan ini saat kehilangan arah.
Namun biasanya ada pengurusnya yang mencegahnya, memberi harapan, menolongnya, menyayanginya, menerimanya, saat itu ia merasa ia cukup berharga untuk tetap bertahan. Tapi pagi ini ia pergi pagi-pagi, dan pengurusnya memang datang 3 hari sekali, dan hari ini bukan hari kedatangannya. Kyuubi mendecih sambil tersenyum sinis pada dirinya sendiri.
"Kau tersesat?" tanya seseorang membuyarkan lamunan Kyuubi. 'Siapa?' tanya Kyuubi dalam hati. Ia ingin berbalik tetapi bagaimana jika orang itu mengenalnya dan langsung berlari ketakutan atau bagaimana jika orang itu malah mendorongnya. Itu akan membantunya cepat hilang dari dunia tapi hatinya akan benar-benar hancur kan?
Sementara berbagai hal berputar di kepala Naruto. 'Kenapa gadis itu terus diam dan nampak gelisah?'
Naruto memutar otak tentang apa yang harus ia lakukan. Sementara berbagai bagian tubuhnya mulai terasa perih. Naruto meletakkan tas punggungnya yang entah kenapa terasa semakin berat saja. Ia melangkah pelan dan mencoba meraih bahu gadis
itu. Kyuubi reflek berbalik, dan mempertemukan iris berbeda warna mereka. Kyuubi mengakhiri kontak mata mereka. Ia sudah memutuskan, ia berjalan pelan ke bibir jurang dengan tatapan redup dan wajah datarnya menyembunyikan berbagai hal yang memenuh pikirannya.
"Kudengar jika melompat dari ketinggian itu-" Naruto sengaja menggantung kalimatnya melihat langkah Kyuubi terhenti. "-belum tentu bisa mati." lanjut Naruto santai.
Kyuubi terhenyak, setitik harapan nampak muncul, tapi segera ia enyahkan, dari penampilannya Kyuubi sudah bisa menebak pemuda itu tidak tau apa-apa. Kyuubi sudah tepat di bibir jurang, hanya perlu satu langkah kecil dan semua berakhir, mngkin memang benar ia nanti belum tentu mati saat jatuh, tapi setelahnya juga mati karna tidak akan ada yang menolongnya kan?
Entah sejak kapan hujan sudah turun begitu deras. Ia tidak tau sudah berapa lama ia berdiri di sana. Dan.. sejak kapan pemuda itu ada di sampingnya, dengan tangan mereka saling bertautan. Suatu kehangatan mengisi relung hatinya yang lama mengering dan sangat kehausan.
"Kau tidak mengerti apa-apa." ujar Kyuubi membuang wajah dari Naruto dan menarik paksa tangannya, namun tangan itu malah balik menariknya dengan kuat hingga Kyuubi terhempas dan jatuh terduduk cukup jauh dari bibir jurang.
Srrrkkkk!
Tanah yang mereka berdua pijaki tadi longsor dan membawa Naruto bersamanya. Kyuubi menatap Naruto yang tersenyum padanya dengan berbagai emosi di detik-detik sebelum Naruto menghilang dari pandangannya.
TBC.. ^^
Memang sengaja Kyuura potong, agar reader yang baik hati,dll (?) menerka sendiri apa yang terjadi sewaktu Kyuubi larut dalam pikirannya tadi.. Hhehehhe
Trima kasih sudah membaca.. ^^
Review pleaseā¦
