This story, I dedicated it for you, the person i love. It's a story about you and me, like my diary. If you don't like it, please delete this story and put me in your trash bin .
Dear Diary © yuki kawamuri
Aku, aku, aku menyukaimu. Sejak, pertama kali kau menyapaku di siang hari itu, aku mulai menyukaimu. Jujur, aku sudah mengenalmu sejak aku kecil. Kita jarang berbicara, sampai hari itu. Sampai hari kau membuatku mulai jatuh cinta padamu. Aku selalu sendiri, menyendiri lebih tepatnya. Aku tidak suka keramaian, karena itu menggangu. Aku tidak seperti yang lainnya, asal ceplas ceplos. Aku pemalu, aku tidak berani. Aku takut, aku tidak suka. Aku bukan orang yang suka mengambil resiko, dan memilih jalan aman. Tapi, sejak hari itu, kau mengubah semuanya.
Sejak hari itu, kau membuatku tertawa terbahak-bahak. Aku tidak bisa melepaskan handphoneku dari tanganku, hanya untuk tertawa denganmu. Kita memang tidak pernah berbicara di sekolah, tapi kita selalu tertawa di handphone. Sampai aku mengetahui fakta bahwa kau menyukai teman sekelasku- dia memang cantik. Kulitnya putih, badannya ramping. Rambutnya panjang, suaranya indah. Ia bisa bermain biola, piano dan gitar. Ia juga pintar. Bila dibandingkan denganku, aku hanyalah sampah.
Sedih rasanya mengetahui kau menyukainya. Aku tanpa sadar, untuk pertama kalinya menangis karena laki-laki. Lalu, sebisa mungkin aku mendekatkan kalian. Hasilnya? Memuaskan. Kalian pacaran, dan aku senang. Malam itu aku menangis habis-habisan, sampai aku terlelap karena lelah menangis.
Walaupun aku tahu kau sudah mempunyai pacar, tapi kau tetap saja mengajakku tertawa. Aku tidak bisa tertawa lepas seperti dulu, aku hanya tersenyum sambil berusaha menyembunyikan kesedihanku. Aku tidak bisa melupakanmu, itu sangat sulit. Hingga akhirnya sebuah kesempatan terbuka lagi untukku.
Kau bilang kau 'memutus'kan pacarmu. Ketika kau tanya, kau tidak berada di mood yang menyenangkan. Aku simpan pertanyaan itu, hingga akhirnya kau menjawab. Kau memutuskannya karena kau ketahuan kakakmu? Aku nyaris tertawa, kalau aku tidak menahan diri aku sudah tertawa terbahak-bahak. Tapi itu kulakukan untuk menjaga perasaanmu.
Sejak saat itu, kita jarang tertawa. Kau hanya mengatakan hal-hal penting seperti "Iya." "Oke." "-_-". Aku sempat merasa sedih, kita tidak bisa tertawa seperti dulu. Tapi, mantan pacarmu itu, mengetahui aku menyukaimu. Ia mulai marah kepadaku, benci kepadaku. Ia terus menyindir-nyindirku. Aku memang sempat kesal, tapi, ada hal yang ingin kutahu. Dari mana ia tahu aku menyukaimu?
Oh, ternyata temanku. Teman yang aku percaya menjaga rahasiaku. Rahasia bahwa aku menyukaimu. Ia memberitahukannya kepada mantanmu dan pop! Semua teman mantanmu tahu. Ya! Terima kasih teman, kau membuatku kesal setengah mati. Sejak saat itu sampai sekarang aku tidak pernah menyapamu lagi. Kau sudah terlanjur melukaiku, menyoret sikap baikmu. Dan akhirnya aku terpaksa mengakuinya padamu, aku memang menyukaimu.
Awalnya kau menganggap itu hal yang membingungkan. Hingga akhirnya aku memberi tahumu. Kau sempat terkejut- mungkin. Aku tidak tahu, sakit rasanya. Kembali malam itu aku menangis, membuat bantalku basah. Aku menangis karena banyak hal, masalah dengan keluargaku, masalah denganmu. Aku hanya bercerita kepada tiga teman terdekatku, atau sahabatku yang paling aku percaya. Aku memberitahu mereka aku menyukaimu, dan sejak saat itu aku selalu bercerita tentangmu kepada mereka.
Semakin kesini, kau semakin jarang berbicara kepadaku. Aku sedang emosi saat itu, jadi langsung saja aku menghapus contactmu. Kau memohon-mohon meminta maaf, dan akhirnya hatiku luluh. Kita sempat baikkan, dan kau juga memaafkanku. Tapi? Kau terus melakukannya! Kau melupakanku, kau menganggapku tiada. Oh iya. Makin ke sini aku makin menyadarinya. Siapa aku bagimu?
Aku terus memutar-mutar memoriku. Pertama kali kita bertemu, tertawa. Kedatangan mantan pacarmu, juga lelucon-lelucon yang kau lontarkan. Sekarang? Kau tidak pernah menyapaku, dan kau hanya menjawab seperlunya. Aku bisa memakluminya, mungkin kau sibuk. Lalu, tanpa sengaja aku melihatnya. Aku melihat, kau bisa tertawa lepas dengan temanku, salah satu dari sahabat yang aku percaya. Kau memang mengenalnya lebih dulu dari pada aku. Kau tertawa, kau tersenyum. Aku dapat merasakannya, senangnya kau dengannya dari pada aku. Aku mengakuinya, aku cemburu. Aku iri kau bisa tertawa dengannya.
Lagi-lagi aku menyadarinya. Siapa aku? Aku itu apa bagimu? Aku mungkin cuma patung dan hiasan. Entah kenapa, aku selalu merasa sedih bila melihat namamu. Aku rasanya ingin membuangnya, membuang handphoneku ke tempat yang jauh sehingga aku tidak perlu merasakan sakit ini. Aku menyesal memiliki handphone ini, sehingga aku mengetahuimu.
Aku mulai berusaha melupakanmu. Aku menghapus contactmu, aku memutuskan semua jaringan. Aku menangis, aku melempar handphoneku ke tembok sampai baterainya lepas. Aku bercerita kepada tiga sahabatku itu. Aku merasa kau membohongiku. Aku mulai merasa, semua hal yang kau lakukan padaku hanya tipuan. Kau meminta maaf, dengan smiley menangis, kau membuatku tertawa, dan segala hal yang kau lakukan bersamaku. Aku juga menyuruhmu melupakanku. Aku merasa telah mengganggumu dengan mantanmu. Tapi apa yang kau katakan? Kau tidak bisa melupakanku, kau tidak tahu mengapa. Itu membuatku semakin sedih, dan semakin kesal.
Like what I say, your tears and sorry are fake.
Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku meminta maaf kepadamu atas segala ke egoisanku. Semua hal kotor yang aku katakan kepadamu. Sudah saatnya aku menyerah, dan aku mengatakan kepada mantanmu aku mengembalikan pacarmu. Aku tidak mau tahu lagi tentangmu, aku ingin bisa melupakanmu. Aku, minta maaf. Setulus-tulusnya. Maaf, untuk memarahimu. Maaf, karena aku membuatmu kesal kepadaku. Maaf, membuatmu meminta maaf kepadaku. Dan, terima kasih. Terima kasih atas segala hal yang kau lakukan padaku. Juga terima kasih, pernah menjadi orang yang aku sukai .
~End of Dear Diary 1
Maafkan kisah abalku ini, hanya sepintas yang muncul di otak =A="
Hanya pesan terakhir, RnR please! Arigatou!
