1•27•XXX

By: Ietsuna G. Ventisette

G27

Cast: Giotto (Ieyasu Sawada); Tsunayoshi Sawada

Rated: M

Genre: Drama, Romance

Katekyo Hitman Reborn!

©Akira Amano


[!]

OOC

GiottoxTsuna

PuriTsuna

Yaoi

Lemon

•••


Terangnya bulan di langit menjadi pertanda malam. Embusan angin dingin yang menusuk kulit membuat dua sejoli yang berbalut selimut tebal, kini tengah saling tarik-menarik ujung sisi selimut untuk menutupi tubuhnya yang tak tertutupi. Keduanya masih menutup mata. Tetapi tidak dengan tangan mereka yang terus bergerak.

Di saat yang bersamaan, keduanya membuka mata dan berbalik, berhadapan satu sama lain. Tatapan sengit mereka tunjukan karena tidak ada yang mau mengalah satu pun dari mereka.

"Tsunayoshi."

"Giotto-san."

Mereka mengeluarkan suaranya masing-masing. Rasa kantuk tak mereka rasakan kembali. Keduanya menghela napas lelah. Ternyata rasa lelah tadi siang sudah menghilang. Mereka masih mengingatnya dengan jelas. Kenapa mereka bisa sampai tertidur pulas di tempat ini.

Keduanya menghela napas. Bertengkarkan pun tidak akan menghasilkan apa pun. Lalu Giotto menggenggam satu tangan Tsuna. "Bagaimana jika kita melakukannya di sini?"

"Eh?" Tsuna mengerjap. Ia langsung mengerti maksud perkataan Giotto. Wajahnya bersemu. "Se, sekarang?"

Giotto tertawa renyah mendengar tanggapan kekasihnya. "Ternyata kau mengerti. Aku kira tidak."

"Jangan tertawa," kata Tsuna sedikit kesal. "Tapi jika Giotto-san mau, aku akan melakukannya," lanjutnya dengan malu-malu.

Giotto mengerjap dan menoleh pada kekasihnya. Padahal ia hanya bercanda. "Karena kita sepakat," katanya dengan meremas tangan Tsuna. "Kita lakukan."

Ucapan Giotto yang terakhir langsung membuat jantung Tsuna berdebar kencang. Ia sangat gugup. "Ta, tapi... Pelan-pelan, ya?" pinta Tsuna.

"Jangan khawatir. Aku tahu yang cocok untukmu," kata Giotto sambil tersenyum. Ia segera beranjak. Meraih dagu Tsuna dan mendaratkan sebuah ciuman ringan.

Tsuna menerima ciuman itu dan membalasnya. Tangannya memeluk ringan leher Giotto. Ia memberi ruang pada Giotto agar dia bisa bergerak leluasa padanya.

Ciuman di bibir itu mulai beralih pada leher. Hisapan kecil Giotto lancarkan untuk merangsang Tsuna agar segera terbangun.

Keduanya yang bertelanjang dada menambah kesan gairah. Giotto menyingkirkan selimut tebal yang mengganggunya. Sedang Tsuna tengah menikmati setiap sentuhan pada tubuhnya.

"Uh, Giotto-san..." Tsuna menahan desahannya. Ia mulai bernapas pendek tatkala Giotto mengulum "Miliknya" yang sudah terbangun.

Hal yang sama pun membangunkannya. Tanpa campur tangan kekasihnya, Giotto mampu terbangun dengan sendirinya. Ia sudah melempar celana jeans yang mengganggu pemandangannya. Membuat tubuh kekasihnya menjadi polos sangatlah mudah baginya. Giotto segera melakukan persiapan untuk menu utama.

"A, ahh..." Tsuna bisa merasakan dua jari berada di dalam dirinya. Dengan bantuan pelumas, jari-jari Giotto bergerak sangat luwes.

"Di sini?" tanya Giotto dengan seringaian kecil di bibirnya.

"Aah!"

Giotto tersenyum melihat reaksi kekasihnya yang semakin manis di matanya. Ia menambah satu digit jari ke dalam sana. Tak lupa, pelumas pun ia oleskan.

"Ahh... Ahh... Aahhh..." Posisi duduknya berubah menjadi tertidur dengan kedua kaki yang tertekuk ke samping. Giotto berhasil membuatnya mabuk hanya dengan permainan jari.

Giotto sudah merasa Tsuna telah siap. Ia segera mengeluarkan "Miliknya" dari persembunyian. "Aku masuk," bisiknya.

Tsuna tak bisa mendengarnya dengan jelas. Yang ia tahu hanyalah sesuatu yang besar sedang berusaha memasukinya. Tsuna melenguh dalam perjalanannya.

"Tsunayoshi..." Giotto membelai lembut wajah kekasihnya. Ia mengecup kedua pipinya hingga mata Tsuna fokus padanya.

"Giotto-san..." kata Tsuna lirih. Ia ingin menangis.

"Tenanglah," kata Giotto lembut. Ia tersenyum hangat. Giotto tak langsung bergerak. Ia sedang berusaha menenangkan kekasihnya yang agak... Sulit untuk dijelaskan.

Tsuna mengangguk meskipun air matanya telah menetes. "Ungh..." ia melenguh. Giotto telah bergerak di bawah sana.

Pergerakan Giotto tidak terlalu menekan. Ia berusaha agar kekasihnya nyaman dan menikmati sentuhannya. Baru setelah kekasihnya terbiasa, Giotto lebih memacunya. Terlebih saat Tsuna memberikan respon hasratnya yang sangat menggebu.

"Giotto-san..."

"Tsunayoshi..."

"Giotto!" Tsuna meneriakkan nama sang kekasih ketika milik Giotto menabrak telak titik sensitifnya.

Cairan kental yang khas mengalir keluar. Tsuna merasa lega setelahnya. Ternyata mereka keluar di saat yang bersamaan.

"Kau cepat, ya?" kata Giotto yang menahan tawanya.

Tsuna cemberut. "Jangan tertawa," katanya dengan kesal. Ia juga merasa sangat malu.

"Aku tidak tertawa," sangkal Giotto.

"Kau tertawa," kata Tsuna melotot galak. Tapi justru ia lebih terlihat imut daripada seram.

Dan beberapa detik kemudian tawa Giotto meledak. Ia tertawa seraya memeluk gemas kekasihnya yang sangat lucu saat kesal. "Aku mencintaimu," kata Giotto tiba-tiba yang ia selingi kecupan di bibir.

"Giotto-san..." Tsuna mendesah pelan. Ia tak bisa marah karenanya. Kekesalannya menguap begitu saja.

Curang.

•••

•Fin•


Thanks for reading minna-san!

Ciao!

[Ietsuna G. Ventisette]