I pray endlessly, wish that God will bring me to him; In his embrace once more but to last forever. I accept this curse to remember but if that's the toll to finally find him, I don't mind. Afterall, this curse will end when it finally comes, the day when we met again.

.

.

Melqbunny presents

"Drown in the Sea of Red String"

An Alternate Universe fanfiction

Pairing : Homin (Jung Yunho X Shim Changmin)

Rate : T - M

Disclaimer : I own the story only, but whatever

Warning! : emangnya ada gitu yang bener2 peduli sama warningnya? =_= terserahlah. Mau baca ya baca, nggak mau baca juga gak apa-apa. Tapi yang udah baca review ya! Termasuk yang biasanya nongkrongin couple lain.

Oh ya. Yang italic itu kejadiannya di masa lalu yaaa... akan ada flashback berkali-kali jadi ya sabar aja. Memang kadang kita perlu melihat ke masa lalu #plak

.

.

.

.

Changmin berjalan di koridor yang sepi, hanya terdengar suara guru di masing-masing kelas, memberikan pelajaran sesuai jadwal. Langkah kakinya dan sepasang high heels memenuhi koridor. Mereka berhenti di ujung koridor. Kelas 2-H.

Greeeekk.

"Oh? Kepala sekolah? Ada yang bisa saya bantu?" guru matematika yang mengajar langsung berhenti menjelaskan karena kepala sekolah mereka tiba-tiba datang.

Pakaian rapi dan sepatu hak tinggi yang mengkilap selalu jadi ciri khas kepala sekolah, tak ada kusut sedikitpun. Senyum juga tidak murah. "Ada yang ingin kuperkenalkan pada kalian semua. Masuklah..."

Hanya setelah dipersilahkan saja Changmin mau melangkah masuk ke dalam kelas. "Ini guru magang yang akan mengajar matematika dan biologi selama 2 bulan ini. Shim Changmin." Lelaki muda yang masih berumur 20-an itu membungkuk pada guru yang sedang mengajar sebelum membungkuk kecil pada siswa-siswa. "Dia akan menggantikanmu sementara waktu untuk kelas F-H. Dimulai dari sekarang."

"Ba... baik!" kata-kata Kepala sekolah adalah mutlak dan harus langsung dikrjakan. Walau itu berarti harus buru-buru membereskan buku pelajaran dan keluar kelas saat itu juga. Tak ada yang mengalahkan kekuasaan ibu kepala sekolah saat ini, kecuali bila dewan sekolah memutuskan untuk mencopotnya. Sayangnya sepertinya itu tak akan terjadi dalam waktu dekat.

.

Sembari menunggu, Changmin mengamati satu-satu siswa di kelas 2-H ini. Ada seseorang yang duduk di belakang dan mengamati kejadian ini dengan bibir bawah yang dimajukan. Sepertinya bosan.

Tetapi justru siswa itulah yang membuatnya tertarik. Hanya siswa itu saja. Changmin bisa mengingatnya dengan jelas. Tak ada yang berubah dari orang itu, mata tajam yang sama, bibir bentuk hati yang sama, bahkan ada tahi lalat di atas bibirnya.

Sempurna.

"Silahkan, Changmin-ssi."

Dia bersyukur tidak tenggelam dalam memorinya. "Baik. Terimakasih banyak."

.

Memenuhi formalitas, Changmin memulai dengan perkenalan singkat dan disambung dengan tanya-jawab dengan siswa-siswi barunya ini. "Sudah punya pacar?" para siswi terkikik dengan pertanyaan konyol itu sementara siswa laki-laki mendengus.

Apa mau menyalahkannya? Tinggi, langsing dengan wajah tampan dan kadang terlihat cantik dan senyum yang manis?

Yap, dia tersenyum. "Hampir. Jadi kuharap kalian tidak berusaha menggagalkan usahaku, oke?"

Jawaban yang tidak disangka siapapun di dalam sana. Sementara siswa yang menarik perhatiannya terlihat tidak tertarik sama sekali sejak awal. Hanya memainkan pensil dan mencorat-coret di buku catatannya. "Kita mulai pelajarannya, ya." Tak perlu menunggu jawaban sebab Changmin langsung memulai pelajarannya.

Hanya saat itulah Changmin merasa mendapatkan perhatian dari siswa yang diincarnya. Walau lebih tepat jika siswa itu memperhatikan pelajarannya, bukan dirinya. Mendekati akhir pelajaran, guru magang itu memberikan tes kecil. Dia sudah mengatakan bahwa dia hanya ingin tahu kemampuan kelas ini dan tak akan berpengaruh pada nilai-nilai mereka.

Hanya satu nilai sempurna sementara nilai lain jauh dari harapan. Jung Yunho. Siswa yang manakah itu? Semoga itu siswa yang menjadi perhatiannya, bukan siswa lain.

.

.

.

2 hari kemudian, Changmin mengajar kelas 2-H lagi. Kali ini dia berkesempatan untuk mengabsen siswanya satu-satu. "Jung Yunho." Dan siswa yang terlihat tidak tertarik sama sekali itu mengangkat tangannya. "Hadir."

Changmin menyembunyikan senyumnya. Sesuai dugaannya.

.

Tangan kekar itu terangkat. "Lee Yoon!"

"Mooseok hyung!" tangannya ikut terangkat secara otomatis. Melambaikannya di atas kepala tanpa peduli jika mungkin ada pembunuh disekitar sini. Sebab tempat ini seolah jadi area kekuasaan Kang Mooseok. Seseorang yang Lee Yoon tahu kemampuannya di atas rata-rata. Baik itu ilmu pedang, panahan, taktik dan perang. Pria sempurna yang sudah menyelamatkan kegalauannya karena 'diasingkan' oleh keluarganya sendiri.

.

Semua pelajaran ini mudah untuknya. Changmin punya cara untuk membuat pelajarannya jauh dari kata kaku. Dia sudah mempelajarinya langsung dari banyak pengajar, cara agar bisa mengajar dengan baik, menyenangkan dan mudah dimengerti. Walau awalnya sulit baginya untuk bisa menyembunyikan sifat aslinya yang tak terlalu menyukai siswa SMA.

Tapi apa boleh buat. Berdasarkan petunjuk yang diterimanya waktu itu, jiwa Mooseok akan kembali lahir dalam kondisi begini. Hanya dengan menjadi guru saja dia akan semakin cepat bertemu dengan Mooseok. Bukan pekerjaan yang dia bayangkan tetapi kalau mau berusaha dan mempelajari cara mengajar yang baik, semua ini jadi jauh lebih mudah. Lagi pula tak mungkin meningkatkan prestasi siswa dalam semalam.

Kondisi kelas 2-H ini tak terlalu baik. Rata-rata nilainya rendah, kecuali Yunho tentu saja. Merupakan suatu misteri baginya kenapa Yunho ditempatkan di kelas H yang siswanya tak sesuai untuk berkompetisi dengannya. Apa dia perlu mencari tahu alasan dibalik ini?

"Songsaenim! Saya ada pertanyaan!" seorang siswi yang roknya dipendekkan dan bajunya dikecilkan mengangkat tangannya. Tipe yang tak disukai Changmin; tipe penggoda yang sok dewasa sebelum waktunya. Mungkin saat dewasa gadis itu akan menyesal dengan kelakuannya sekarang.

Ingin rasanya menyingkirkan siswi yang satu ini, tetapi itu tak mungkin dilakukan.

.

Masih diingatnya kelakuannya sebelum 'dibuang' oleh keluarganya.

Lee Yoon.

Putra mahkota kedua kerajaan. Hanya putra mahkota kedua, bukan yang utama. Jadi tak ada yang benar-benar dikhawatirkan olehnya. Hidup dalam kemewahan, harta yang melimpah, keamanan, kenyamanan dan sedikit tambahan yang paling dia suka, wanita.

Atau tepatnya, seks.

Tentu saja dia menghargai wanita, menyukainya sungguh-sungguh dan menyimpannya dalam berbagai bentuk, lukisan, puisi dan cerita. Hidup sebagai putra mahkota kedua tak banyak tantangan, dia hanya ingin sesuatu yang membuatnya senang, hobi, dan dia bisa mendapatkannya dari menulis cerita.

Tentu saja sesuai dengan kesukaannya terhadap wanita dan seks, rata-rata ceritanya berisi detil tentang itu, juga ilustrasi yang dia gambar sendiri. Sungguh sangat berbakat, hanya saja kondisinya sebagai seorang pangeran memaksanya untuk menyimpan hal ini. Hanya segelintir orang saja yang tahu, orang-orang kepercayaannya saja.

Tetapi reputasinya di dalam kerajaan tak terlalu baik. Terkenal sebagai playboy dan pemalas. Lee Yoon hanya tak suka ikut campur urusan kerajaan yang bahkan tak akan dia dapatkan sama sekali. Untuk apa dia berusaha masuk ke dalam sana jika dia selalu disingkirkan? Dianggap nomor dua. Selalu saja kakaknya yang merupakan putra dari permaisuri saja yang di anak emaskan. Orang itu dipuji berkali-kali karena sifat dan sikapnya yang sopan, dewasa dan berkharisma. Juga karena kemampuannya bermain pedang dan panahan.

Lee Yoon sebenarnya lebih cerdas dibanding kakaknya itu, tetapi tak ada yang benar-benar peduli. Sang raja tak memujinya atau mungkin tak menyayanginya sama sekali. Hal ini yang membuatnya membenci kakaknya dan membenci posisinya yang lahir kedua. Seandainya saja dia lahir duluan, pasti tak begini keadaannya.

Karena semua hal itulah Lee Yoon memutuskan untuk bersenang-senang saja. Tak peduli pendapat orang, dia berusaha menulikan telinganya. Menghabiskan waktu dengan wanita yang selalu memujanya, memberikan hal yang tak pernah diberikan oleh orang-orang disekitarnya membuatnya merasa kuat. Semua perhatian itu, Lee Yoon membutuhkannya.

.

Changmin mengelilingi kelas sementara siswa-siswi mengerjakan soal yang dia berikan. Ketenangan yang wajar terjadi. Hanya saja bisa dirasakannya beberapa siswi berusaha menarik perhatiannya dengan memperlihatkan sedikit lebih banyak dari kulit tubuh mereka. Area yang normalnya tertutup seragam. Tentu saja diam-diam, seolah mereka tak sadar jika rok mereka tersibak atau kancing baju melonggar. Lagi pula siswa laki-laki fokus pada soal yang mereka kerjakan. Bukannya buang waktu melihat kelakuan tak pantas itu.

Memang Changmin meilhat hal itu, tetapi ingatannya sebagai Lee Yoon tak pernah lepas dari memorinya. Hal yang sangat berat untuk menanggung ingatan dari masa lalu, tetapi itu disyukuri betul olehnya, bagaimana dia bisa bertemu dengan Mooseok kalau dia tak ingat bagaimana wajahnya?

Dan tentu saja, ingatan sebagai Lee Yoon mencakup tubuh-tubuh polos para wanita yang rela melucuti pakaiannya untuk sang pangeran, putra mahkota kedua kerajaan yang tampan dan berkharisma tetapi tak dianggap oleh sistem kerajaan itu sendiri. Hanya cadangan.

Jadi melihat gaids-gadis remaja mulai pamer aset yang belum matang tak seberapa menarik buatnya, bahkan jika dibandingkan dengan wanita-wanita di masa lalunya. Masa lalu yang terpisah jarak ratusan tahun dengan Shim Changmin.

.

Ketika sampai dibelakang Yunho, siswa yang menjadi incarannya itu duduk dengan malas. Badannya bersandar pada meja, satu tangan terlipat untuk alas dagunya, sementara tangan lain bergerak di atas buku catatan, menari-nari membentuk coretan tak jelas. Gambar buatannya jauh dari kata baik, hanya coretan kekanakan saja. Bahkan sisi ini mirip dengan Mooseok, tak bisa menggambar.

"Kau sudah selesai?" Changmin berbisik tepat di telinga Yunho, membuatnya terkejut dan berjengit di bangkunya. Reflek Changmin menjauhkan kepalanya sebelum terbentur Yunho.

"Sudah." Jawabnya singkat.

"Boleh kulihat?" tanpa itu pun tangan Changmin sudah menarik kertas soal milik Yunho. Changmin mengecek semuanya dan tak ada kesalahan sedikitpun, membuatnya tersenyum senang. Bahkan Mooseok di masa sekarang begitu cerdas. Changmin memberinya nilai sempurna dan mengembalikan kertasnya, tak lupa berbisik pada orang yang sudah dia klaim sebagai calon kekasihnya. Bisikan yang membuat alis Yunho berkedut karena sebal. "Gambarmu jelek ya?"

.

"Jelek." Komentar Lee Yoon kala itu. Mengintip coretan kuas di atas kertas putih. Alis Mooseok berkedut sebal. "Cerewet! Memangnya kau punya hak untuk memutuskan gambar seseorang bagus atau tidak?"

Lee Yoon mengambil bukunya, memperlihatkan gambar pemandangan yang lebih baik. Dibaliknya ada gambar gadis disana. "Ya, ya, ya. Kau memang ahli beginian ya?" komentar Mooseok malas. "Padahal memanah saja tak sampai target." Ejeknya.

"Ini dan itu adalah dua hal yang berbeda." Changmin meletakkan bukunya di lantai teras gubuk lalu tiduran disana. Tak ada formalitas apa-apa. Bahkan disini tak ada yang tahu statusnya sebagai seorang pangeran.

Mooseok diam-diam mengambil buku itu dan membuka-bukanya. Harus dia akui gambar Lee Yoon bagus, beda jauh dengannya. Hanya saja... "Kau suka menggambar lelaki juga, Yoon?" Langsung saja Lee Yoon duduk. "Aaa... ada gambar tidak pantas juga disini. Wanita telanjang. Oh tunggu... "Lee Yoon berusaha menggapai bukunya tetapi Mooseok sudah menghindarkannya. "Ada seorang pria yang dikelilingi beberapa wanita telanjang."

"Kembalikan!"

"Nanti dulu..."

"Hyung!"

Lee Yoon menarik baju Mooseok, membuatnya oleng dan terbaring di lantai. Dan dengan berat tubuhnya, Lee Yoon masih berusaha menggapai bukunya yang penuh dengan gambar. Mulai dari yang biasa saja hingga yang tidak pantas.

"Eh ini?" Lee Yoon menarik buku itu dari tangan Yunho. Membuangnya asal, tetapi begitu menatap ke bawah, ada Mooseok yang sudah ditindihnya, dengan baju yang terbuka karena ditarik olehnya. Lee Yoon terengah, baru disadarinya dia menduduki perut bawah Yunho, otot perutnya terasa keras di bawah pantat dan pahanya. "Kau menggambarku?"

Sang pangeran menatap Mooseok marah, kulit wajahnya berubah merah karena amarah, matanya tajam dan segera saja dirinya bangkit dari sana, mengambil bukunya yang tadi dia lempar asal dan segera meninggalkan gubuk kecilnya.

.

.

.

Yunho mengantri makanan untuk makan siangnya di kantin. Kare-katsu yang jadi pilihannya, ada juga semangkuk salad dan susu. Dan seperti biasanya, dia duduk di kursi panjang bersama teman-temannya dari kelas lain, membicarakan hal-hal biasa seperti pertandingan sepak bola dalam negeri dan luar negeri, film-film terbaru, games, dan cewek.

"Hey, Dongho. Changmin-songsaenim itu mengajar kelasmu juga kan? Dia aneh tidak?"

Dia tersenyum. "Kenapa? Naksir?"

"Aku hanya merasa dia aneh. Masa dia tidak memarahiku waktu menggambar di kelas tapi mengatai gambarku jelek."

Mereka tertawa berbarengan. "Memangnya ada gambarmu yang beres?"

"Yah! Ini namanya karya seni tahu!" Tetapi itupun tak menghentikan tawa teman-temannya. Malah semakin kencang saja. Memangnya siapa dianatara mereka yang tak tahu gambar seorang Jung Yunho?

Hanya sebuah suara lain yang membuat mereka berhenti tertawa. "Boleh bergabung?"

Mereka otomatis berhenti karena mendengar suara yang tidak terlalu familiar, apalagi ketika melihat sumber suara. Orang itu langsung duduk di depan Yunho. "Kenapa berhenti?"

"Songsaenim? Anda kenapa makan disini?" Dongho memberanikan diri bertanya. Semua juga tahu kalau guru tidak biasa makan bersama murid-muridnya.

Changmin hanya tersenyum. "Kan aku belum benar-benar jadi guru, hanya magang. Jadi tak apa, kan kalau aku bergabung?"

"Atau jangan-jangan ada siswa atau siswi yang menarik perhatian anda" kali ini Donghee yang bertanya, tetapi kali ini benar-benar hanya senyuman saja yang diberikan Changmin.

Yunho menatapnya malas. Kenapa bisa-bisanya guru yang satu ini merasa tenang-tenang saja? Apa dia sengaja mengganggunya? Berusaha mengalihkan perhatian, Yunho menyendoki nasi kari-nya lagi. Baru 2 suap, tahu-tahu ada sumpit yang menghampiri piringnya, mengambil satu potong katsu dan memakannya langsung. Semua siswa di meja itu menatap kelakuan ajaib gurunya yang sudah dengan seenaknya mengambil makanan dari piring siswanya. "Kenapa? Kalian tidak lapar?"

"Ah, ti... tidak. Tak ada apa-apa." Mereka minta maaf bersamaan, kecuali Yunho yang masih cemberut saja. Katsunya baru saja diambil, tentu saja ada rasa tak nyaman di hatinya

.

Sementara Changmin tenang-tenang saja dengan kondisi ini. Makan seperti biasa. Rasanya seperti kembali ke masa itu waktu dia makan bersama Mooseok. Dengan seenaknya dia akan mengambil makanan dari mangkuk Mooseok dan melahapnya. Jarang sekali dihentikan oleh yang punya, jadi buat apa berhenti? Toh dengan begitu dia bisa makan lebih banyak.

Walau saat itu, Lee Yoon tak pernah melakukannya di depan umum seperti sekarang ini.

Waktu sumpitnya kembali menuju piring Yunho, ada garpu yang menahannya. Barulah saat itu dia sadar. "Songsaenim itu kenapa sih? Kalau mau katsu, beli sendiri donk!" keluh Yunho sambil cemberut imut.

Gawat. Jadi terbawa suasana.

Akhirnya Changmin fokus dengan makanannya sendiri tanpa berkata apa-apa. Sempat diliriknya Yunho yang makan dengan aura melindungi makan siangnya. Tak sudi kalau diambil lagi.

Mana mungkin Yunho ingat dengan kehidupannya di masa lalu?

Hanya Changmin saja yang ingat. Salahkan kutukannya?

.

.

.

Changmin tersenyum sendiri mengingat kemampuan gambar Yunho yang sepertinya setara dengan Mooseok. Apakah kemampuannya yang lain juga sama dengan dirinya di masa lalu? Memanah? Ilmu pedang? Taktis?

Mengingat hal itu membuat Changmin penasaran dengan klub yang diikuti Yunho. Apakah dia ikut panahan? Atau mungkin bela diri?

Jadi dengan niat untuk mengetahui klub yang diikuti Yunho, Changmin sengaja pulang terlambat. Malas menilai ulangan siswa dirumah yang jadi alasan. Untungnya para guru percaya saja dengan itu. Hingga ruang guru cukup sepi untuknya meninggalkan ruangan itu dan berkeliling sekolah.

Tempat pertama yang dia datangi sudah jelas klub panahan.

.

Lee Yoon cemberut karena lagi-lagi anak panahnya tak mencapai target sama sekali. "Mooseok hyung! Targetnya terlalu jauh!" keluhnya.

Mooseok yang tadinya hanya duduk diam dan memperhatikan itu akhirnya berdiri. "Itu tidak jauh. Panah ini bisa mencapai lebih dari 100 meter. Kalau segini tak bisa itu berarti kau saja yang payah."

"Aku tak berbakat urusan ilmu panahan."

"Orang berbakat akan bisa dikalahkan oleh orang yang bekerja keras." Timpalnya. "Sini!" Mooseok berdiri dibelakang Yoon. Mengambil anak panah agar Yoon memasangkannya. Dengan cemberut, Yoon kembali memasang posisi, tangnnya terangkat, membidik target. "Ingat. Busur panah ini mampu mencapai yang lebih jauh dari itu. Sekarang tinggal bidikanmu dan kekuatan tanganmu saja." Tangan kiri Mooseok menahan tangan kiri Yoon, memperbaiki posisinya. "Tarik nafas, konsentrasi, bidik dengan tepat. Ingat kalau panah perlu dilambungkan dalam jarak segini karena akan tertarik gravitasi."

Mooseok bisa mendengar Yoon mengatur nafasnya. "Kalau kau sudah siap, kau bisa melepaskannya." Bisik Mooseok tepat di telinga Yoon, membuatnya bergidik dan sekaligus menahan diri.

Trak! Syuuutt.

Panah terlepas dan melambung sebelum kembali menukik, mencapai papan target. "Hyung! Sampai! Lihat, kan?" Mata Changmin terbelalak. Dia menunjuk-nunjuk panahnya sambil menatap Yunho.

"Kau ini... belum sampai tengah target saja sudah senang setengah mati."

Yoon cemberut lagi. "Paling tidak sudah sampai, tahu! Puji sedikit kenapa?"

.

Ng? Tidak ada?

Benar-benar tidak ada Yunho disini. Kok bisa? Jadi dia tidak memilih klub panahan? Kalau begitu apa? Bela diri? Kalau tak salah sekolah ini punya klub Taekwondo dan Judo, kan?

Berpindah ke gedung lain, Changmin melihat-lihat ke dalam ruangan latihan, tetapi lagi-lagi Yunho tak ditemukan. Jangan-jangan basket atau sepakbola?

Jadi sekali lagi dilangkahkan kaki menuju lapangan sepak bola dan juga lapangan basket outdoor. Hanya saja hasilnya nihil.

Changmin cemberut lalu duduk di bangku taman terdekat. Rasanya dia jadi ingat waktu dia mencari Mooseok dimana-mana tapi tak ketemu. Dari tempatnya biasa berlatih pedang atau memanah, di pasar dan tempat minum juga tak ada. Di dekat mata air tempat mereka biasa duduk-duduk juga tak ada.

Ternyata Mooseok sedang...

Berdiri di luar gedung kolam renang, hanya mengenakan celana pendek tanpa kaus ataupun handuk untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Berbicara dengan seseorang dengan seragam baseball.

Eh? Ini sih bukan Mooseok tapi Yunho.

Changmin mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Otot kaki, tangan dan tubuhnya bagus dan terbentuk. Rambutnya basah dan jadi menempel di kepalanya, juga jadi acak-acakan, tetapi justru membuat Changmin merasa itu sangat sexy.

Pantas saja tidak ketemu dari tadi, ternyata Yunho ikut klub renang. Bagaimana dia bisa lupa kalau dulu Mooseok pandai berenang, bahkan mengajari Lee Yoon juga.

Hanya saja sebelum itu bisa terjadi...

.

Byurrrr

Kepala Lee Yoon naik-turun di air. Berkali-kali berusaha berteriak memanggil seseorang sambil menggerak-gerakkan kedua kaki dan tangannya tak tentu arah. Panik. Juga banyak air yang sampai tertelan karena tak bisa berenang.

Hingga ada tangan kekar yang menggapainya, berusaha menariknya tetapi Lee Yoon tetap berontak. Tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Satu tamparan mengenai pipinya hingga dia diam karenanya, dan saat itulah pria itu menggapainya dan menariknya ke tepi.

Sampai di tepi, Lee Yoon hanya bisa berlutut dan kedua tangan di atas tanah, terbatuk-batuk hebat karena air yang merangsek ke paru-parunya. Perlu beberapa lama, dan sebuah tangan mengelus punggungnya, membantunya. Setelah air berhasil lolos keluar, Lee Yoon berbalik, berusaha duduk dan sekaligus menepis tangan orang asing yang ttak dikenalnya. Menjaga harga dirinya.

"Siapa kau? Mau ambil keuntungan dariku?"

Tetapi wajah tampan orang yang menolongnya itu tak bergeming. Disaat begini, harusnya yang diselamatkan mengucapkan terimakasih, bukan memaki begini. "Kau baik-baik saja? Bisa pulang sendiri?" Lee Yoon merasa orang didepannya ini sudah gila. Bahkan setelah Lee yoon berkata begitu padanya, dia malah bertanya baik-baik padanya dan mengkahwatirkannya.

"Aku bukan perempuan!" serunya.

Orang itu mengangguk. "Yah. Terserah kau sajalah." Katanya sebelum menjauh dari Lee Yoon. "Oh ya, hati-hati saat pulang, sudah hampir malam, siapa tahu ada hewan buas atau hantu disekitar sini."

Lee Yoon melihata punggung tegap itu dan bagaimana tetes-tetes air berjatuhan dari bajunya yang basah karena menyelamatkannya. Kalau posisinya bukan sebagai 'orang buangan' pasti dia bisa memberikan sesuatu sebagai tanda terimakasih. Bukannya berlaku seperti wanita saat PMS.

AAAAUUUUUuuuuuuuuu

Deg.

Suara serigala?

"He... hei tunggu! Tunggu aku! Orang asing! Heiiii!"

.

"Eh? Itukan guru magang yang jadi favorit akhir-akhir ini? Kudengar cara mengajarnya bagus." Seungri menyikut Yunho. Kelas mereka berbeda jadi dia tak tahu banyak tentang guru magang itu.

Teman mereka yang lain jadi tertarik juga. "Oh ya? Apa itu benar, Yunho?"

Yunho yang menunggu giliran untuk masuk ke kolam renang lagi bahkan tak melirik pada Changmin. "Entah ya?"

"Huuu! Mentang-mentang rangking 1! Nggak ada bedanya buatmu ya?"

"Yap."

"Jung Yunho! Giliranmu!"

.

Changmin melihat saat Yunho mengenakan cap dan kacamata renang, bersiap sebelum meloncat ke air. Setiap gerakan otot tangan dan kakinya, juga otot punggungnya begitu menggoda. Rasanya sudah tidak sabar untuk bisa membelai setiap otot itu, mungkin menjilatinya juga. Atau mungkin saat mereka di ranjang dan saling memuaskan satu-sama lain, Changmin bisa memeluknya erat.

"Ada apa denganmu! Kenapa catatanmu kali ini turun?!" Pelatih dengan galaknya meneriaki Yunho. Tetapi sepertinya Yunho tak ada masalah dengan itu. "Kau lebih lambat 1,2 detik!"

Yunho membuka cap dan kaca matanya, melihat ke arah Changmin yang hanya mengamati dari jauh. "Maaf, pelatih. Aku merinding." Jawab Yunho jujur. Bagaimana tidak merinding? Rasanya ada seseorang yang mengincarnya. Jadi bergidik.

"Kalau kau tidak bisa mempertahankan rekormu, kau bakal kalah!"

Nyaris semua siswa yang ada disana memutar bola mata mereka. Karena sebagai pemegang rekor terbaik di sekolah mereka, Yunho jarang sekali begini. Dan kecepatannya justru akan meningkat saat pertandingan yang sebenarnya. Meski demikian, Yunho tak pernah menyombongkan prestasinya dan tetap saja terkenal sebagai murid biasa.

Yunho keluar dari kolam renang, sementara Changmin tak melepaskan pandangannya. Bagaimana air membasahi tubuhnya, dan ketika seluruh tubuh Yunho ada di luar air dengan air yang jatuh dari tubuh dan celananya, debaran jantung Changmin meningkat.

Sialnya, begitu juga dengan libidonya.

Huh. Mana bisa menyerang Yunho disaat begini?

Dengan berat hati, Changmin meninggalkan kolam renang. Segera pulang ke apartemennya untuk menyelesaikan suatu hal. Juga memikirkan baik-baik betapa mudah dirinya terangsang hanya dengan melihat Yunho nyaris telanjang.

.

.

.

Changmin kembali ke studio apartemennya. Kecil memang, tetapi ini hanya tempat tinggal sementara dia magang di sekolah Yunho. Oleh karenanya sebelum masa magang itu berakhir, dia herus mendapatkan Yunho.

Melihat Yunho nyaris telanjang di kolam renang tadi membuat sesuatu terbangun. Padahal tubuh Yunho belum tumbuh dengan sempurna. Dia masih remaja, belum dewasa dan itu saja sudah membuatnya ingin menyentuhnya. Bayangkan jika Yunho sudah dewasa. Tunggu 5-7 tahun lagi, dia pasti sangat hot.

Dan akan lebih baik kalau Changmin yang membimbingnya hingga saat itu tiba.

Senyumnya terkembang.

Setelah mengunci pintu apartemennya dengan baik, Changmin langsung melucuti pakaiannya sendiri. Berbaring di atas kasurnya telanjang bulat dengan satu tangan sibuk memanja kejantanannya. Pikirannya sudah melayang menuju kolam renang, membayangkan setiap gerakan otot Yunho.

Di akhir imajinasinya, Changmin mengambil bantal untuk menutupi wajahnya, menahan geraman keras yang muncul.

"Hahhh... Hhhh... Aku akan mendapatkanmu, Yunho. Tunggu saja!"

.

.

.

.

.

.

Nah... saya datang menyodorkan epep baru yang absurd punya. Setting masa sekarang dengan flash back masa lalu di kehidupan sebelumnya. Saya pribadi nggak percaya reinkarnasi tapi ini kan fiksi, jadi boleh donk?

Judulnya terlalu lebay kayaknya. Tapi gak kepikir yang lain tuh... ada ide?

Untuk School Club, saya baru terserang Writer Block jadi saya coba buat yang lain untuk ganti suasana. Cerita ini udah ganti total dari awal pembuatan. Gak tahu lah... pokoknya saya sempat curhat ke seseorang tentang ini (maafkan daku sudah merusuh di DM kakak... n makasih banyak buat supportnyaaa) dan jadilah... Drown

Tenggelam donk ye? Namanya juga ada hubungannya sama renang. /gak nyambung/ ketik author note sambil ngantuk/ ah, kerjaanku banyak/ kerjaan banyak kok bikin ginian?

Ini bisa dibilang dua cerita dijadikan satu, walau yang masa lalu mungkin nggak jelas2 amat. Gak gampang bikin dua cerita yang nyambung begini disaat yang sama.

Tauk deh kapan bisa apdet buat yang satu ini, selama writer block tidak menyerang sih, bisa segera.

Jadi saya harap tolong kasih review buat cerita ini yaaaa ^^ yang biasanya jadi sider, yang sebenernya nongkrongin couple lain tapi suka kepoin ff homin. Lol. Nggak perlu punya user untuk bisa review jadi klik tombol review yang tersedia okayyy?

In the midst of drowsiness.

Melq

(d fb Reue Kanin)