Main Pairing : Taoris
Rated : M
Warning : Yaoi, rape scene
Kris tidak pernah menyadari kalau tidak punya pacar bisa sangat menjengkelkan, sampai sekarang. Sampai dia melihat Hunhan dan Kaisoo yang sedang bermesraan di depan tv, atau baekyeol yang sedang berebut majalah. Tapi serius, pemuda tinggi itu selalu mengira pacar bukanlah hal yang penting, dan dia menyesalinya. Mungkin kalau dia sudah mengajak maknaenya berkencan, dia tidak perlu merasa sendirian seperti sekarang.
"Dduizang, wajahmu itu kenapa?"
"Dduizang, kenapa diam saja?"
"Dduizang, ngomong dong,"
"Dduizang? Dduizang?"
Kris harus menahan segala hasrat untuk tidak menonjok bandmatenya yang terus menerus bertanya ada apa dengannya. Demi Tuhan, dia hanya ingin sendirian, kenapa rasanya sulit sekali?
"Dduiza—"
"Bicara sekali lagi dan kupatahkan tenggorokan kalian!" bentak Kris dan pertanyaan-pertanyaan tadi berubah menjadi gumaman yang hebatnya sangat terdengar oleh Kris. Dia pasti merindukan pandanya, sebaiknya kungfu panda cepat pulang sebelum dduizang ngamuk, dia kekurangan cinta dari pandanya.
"Oh Tuhan, Kris, lebih baik kau segera nembak Tao," ucap Baekhyun, membuat Kris nyaris tersedak. Dengan mempertahankan sisa wibawanya, Kris menatap Baekhyun kosong, meminta penjelasan. Sedangkan yang ditatap hanya menghela napas kasar. "Ayolah Kris, dduizang kami yang ganteng, kau tidak mengira kami setolol itu kan?" Baekhyun tampak siap membunuh saat Kris tetap diam. "Begini ya, orang buta saja bisa melihat kalau kau ingin meniduri Tao setiap kali kalian bertemu, dan karena aku baik hati, aku tidak mau dongsaengku yang polos itu kehilangan kesuciannya pada orang yang tidak menjalin hubungan apa-apa dengannya, mengerti?"
Kris menganggukkan kepalanya. Baekhyun benar, diakan memang selalu ingin meniduri panda kesayangannya itu. Oh come on, just look at that fucking sexy ass. "Ok, akan kuajak Tao kencan nanti."
Pembicaraan soal mengajak Tao kencan selesai tepat saat pintu dorm exo terbuka dan menampilkan Xiumin, Chen, Suho, dan Lay yang membawa kantung-kantung belanjaan. Saat itulah Kris merasa ada yang sangat salah di tengah keramaian dorm. 'Ada yang kurang', pikir kris.
Xiumin tampak mencari-cari sesuatu sebelum akhirnya berbicara. "Hey, dimana Tao?"
Tubuh Kris menegang. Mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Kris tahu betul seperti apa maknaenya, Tao selalu menghindari pergi sendirian di Korea, dan lagi, Tao selalu meminta izin Kris kalau mau pergi kemanapun. Mulut Kris tetap terbuka dalam kalimat sunyi, sebelum akhirnya Luhan angkat bicara. "Bukankah Tao bersama kalian?"
Xiumin tampak bingung saat berucap, "tadi dia terlihat kurang enak badan, jadi kusuruh pulang duluan, memangnya dia belum sampai? Dia pulang sekitar satu jam yang lalu."
Perkataan Xiumin sudah cukup untuk membuat semuanya terdiam. Seluruh member tahu betul sifat Tao yang tidak bisa terlalu lama sendirian, dan jarak pusat perbelanjaan dengan dorm mereka hanya berkisar 15 menit dengan jalan kaki, tidak lama kan? Paling tidak, tidak akan sampai satu jam.
"Mungkin dia mengunjungi dorm suju atau shinee?" ucap Kai, jelas tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Member yang lain hanya mengangguk dan kembali ke kegiatan masing-masing, meskipun raut cemas terlihat jelas diwajah mereka.
Kris tidak ikut bergabung dengan member lain yang maih mengerubuti kantung belanja yang dibawa Xiumin, Chen, Suho, dan Lay. Leader tinggi itu hanya diam di sofa, pandangannya tidak beralih dari pintu, berharap sesosok namja bermata panda akan datang dan melompat ke pelukannya. Menunggu selalu menjadi pekerjaan yang menjijikkan, dan menunggu tanpa kepastian membuat Kris berpikir kapan dia akan mulai muntah. Mati-matian Kris menahan hasrat untuk keluar dan mencari pandanya itu. Tao bukan anak kecil Tao bisa menjaga diri Tao bukan anak kecil Tao bisa menjaga diri, Kris mengucapkan kalimat itu berulang-ulang seperti mantra, untuk ketenangan pribadinya. Pemuda itu memejamkan matanya, membayangkan sosok panda kecilnya dengan seksama. Tao yang memiliki mata hitam dengan kantung mata tebal yang membuatnya terlihat seperti panda yang menggemaskan. Tao yang memiliki rambut hitam sehalus sutra. Tao yang selalu tampak malu-malu. Tao yang penakut. Tao yang cengeng. Tao yang polos. Polos. Tao masih polos, pikiran itu menghantam Kris seperti palu menghantam paku. Tao masih polos, semuanya bisa terjadi padanya, termasuk, termasuk…
Sambil mengerang keras, Kris bangkit berdiri, menyambar jaketnya dan melompat menuju pintu. Persetan dengan Tao bukan anak kecil atau Tao bisa menjaga diri, yang penting maknaenya itu harus ada di sampingnya, aman dan nyaman dipelukannya. "Aku akan mencarinya," dan suara pintu dibanting memenuhi dorm exo.
.
.
Tao melangkah pelan-pelan, pening di kepalanya tidak kunjung pergi. Dalam hati pemuda pecinta panda itu meruntuki dirinya sendiri yang tidak menuruti perintah Kris untuk istirahat di rumah hanya karena ingin membeli boneka panda baru. Dan sialnya, bukan boneka panda yang dia dapat, malah kepalanya yang seperti dipaku dari luar. Untunglah Xiumin yang memang perhatian padanya menyadari keadaan pemuda itu dan menyuruhnya pulang.
Mengerang kecil, Tao melangkah memasuki gang sepi yang merupakan jalan pintas menuju dormnya. Biasanya dia terlalu takut untuk melewati jalan ini—karena jalan ini sangat sepi—tapi kepalanya terlalu sakit untuk melewati jalan biasa yang artinya memakan waktu lebih lama, dia hanya ingin cepat sampai dorm dan meringkuk di kasurnya sambil memeluk boneka panda kesayangannya. Mungkin dengan Kris juga yang mengelus rambutnya sayang.
Tao merasa pipinya memanas saat pikiran tentang dduizangnya muncul. Sudah merupakan rahasia umum kalau Tao memiliki perhatian lebih pada gegenya yang tinggi itu. Kris gege yang perhatian. Kris gege yang penyayang. Kris gege yang selalu ada untuknya. Kris gege yang tampan. Kris gege yang tinggi. Memikirkan gegenya saja sudah memuat wajah Tao benar-benar merah dan untuk sejenak pemuda itu melupakan sakit di kepalanya.
Tao menggelengkan kepalanya—untuk menjernihkan pikirannya—dan merasa kepalanya seperti meledak. Dunianya terasa berputar-putar, dengan susah payah Tao berdiri menggunakan dengan bersandar ke tembok gang. Setelah menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam, Tao merasa kepalanya tidak lagi terasa meledak. Meski masih pening, pemuda itu berusaha kembali berjalan.
Baru sebentar dia berjalan, Tao melewati dua orang pria. Pemuda panda itu tidak mengindahkan mereka, dan tetap berjalan menjauh, sampai sebuah suara memanggilnya. Dari suaranya yang berat dan tegas, jelas itu pria. Tao berbalik, dan melihat dua pria tadi berdiri sekitar dua meter darinya. Setelah memperhatikan dengan seksama, Tao menyadari kalau si pria pertama bertubuh tinggi—mungkin setinggi Chanyeol—dengan jaket kulit yang dipotong lengannya, memperlihatkan otot tangannya yang kencang dan rambut cokelat yang dibiarkan memanjang sampai bahu. Dan pria kedua lebih tinggi lagi—Tao bahkan memperkirakan pria ini lebih tinggi dari Kris—dengan wajah dingin, rambut pirang, dan mengenakan kaos hitam biasa.
Entah kenapa, kedua pria ini membuat Tao takut. Bukan hanya karena mereka lebih tinggi darinya, mereka juga memiliki aura aneh. Tao hanya diam memandangi mereka, bingung harus mengucapkan apa. Si pria cokelat berjalan ke arahnya, langkahnya lebah dan mantap. Tao merasa agak risih saat pria itu menyeringai kearahnya. Si pria memutarinya, memperhatikan Tao yang masih bingung dari atas ke bawah. "Wow, he has such a hot ass. Want to taste him, brother?" kata si pria cokelat dengan sebuah tamparan ringan di bagian bawah Tao.
Tao yang mulai menyadari ada yang tidak beres, segera berbalik dan berniat berlari keluar dari gang itu. Tapi si pria pirang sudah mencengkram pergelangan tangannya dengan kekuatan yang berlebihan, memuat Tao memekik pelan. Kapan pria ini ada di dekatku? pikir Tao keheranan. Belum sempat Tao berbikir tentang hal lain, kedua pria itu sudah membantingnya ke dinding, menarik keluar semua oksigen di paru-paru Tao. Maknae exo-m itu menarik napas kuat-kuat, berusaha mengisi paru-parunya yang serasa terbakar. Dan mata berlapis air mata, Tao bisa melihat si pria cokelat menjilat bibir bawahnya dan si pria pirang mendekatkan wajahnya ke perpotongan leher dan bahu Tao.
Tao merinding saat merasakan napas si pria pirang mengenai lehernya. "Well, he has such a good smell too," gumam si pria pirang, suaranya datar namun tegas. "Let's play with him."
Si pria cokelat tertawa. Perasaan takut menyergap Tao seperti elang menangkap mangsanya saat si pria cokelat menggigit dan menjilati cuping telinganya, sedangkan si pria pirang menghisap dan menjilati lehernya. "M-mau a-pa ka-kalian?" tanya Tao, tidak bisa menghentikan suaranya yang bergetar hebat.
Mereka tidak menjawab, membuat Tao semakin panik. Sekuat tenaga dia mencoba memberontak, tapi tangan kanan dan kirinya dicengkram dengan sangat kuat oleh keuda pria tersebut, begitu pula dengan kakinya. Seumur hidup Tao belum pernah merasa setakut ini. Dia memang belum tahu apa yang mungkin dilakukan kedua pria ini, tapi apapun itu pastilah bukan hal yang menyenangkan. Si pria pirang mundur sedikit untuk membuka kaosnya dan kembali menjilati leher Tao. Tubuh Tao semakin gemetar saat si pria cokelat melepas cengkramannya di tangan dan kaki kanan Tao dan membuka pakaian atasnya.
Tanpa berbikir Tao menggerakkan tangan kanannya untuk menonjok pelipis si pria pirang dan menggunakan kaki kanannya untuk menendang perut pria itu. Sambil menggerang pelan, pria itu melepaskan Tao. dengan segera, pemuda itu mencoba berlari, menghiraukan rasa sakit menyengat di kaki, tangan, dan kepalanya.
Sepertinya dewi fortuna belum berpihak pada pemuda Cina itu, belum jauh dia berlari, si pria cokelat sudah mencengkram bahunya dan membantingnya ke tanah. Rasa sakit di punggungnya memaksa air mata kembali menggenangi matanya. Tao merasakan tamparan keras di pipinya dan memaksa untuk membuka matanya. Dan si pria cokelat yang sudah telanjang dada bukanlah pemandangan yang diharapkan Tao, dia ingin pulang, pulang dan berlindung di pelukan dduizangnya, aman dan nyaman.
"What the fuck do you think you're doing, huh?!" Bentak si pria cokelat. Tidak ada jawaban dari Tao, dia terlalu takut untuk bereaksi. Si pria menyeringai. "Well, I think I need to punish you, mind to join me brother?"
Tao menggigil hebat saat merasakan udara gang yang lembab menyentuh kulitnya, dia bahkan tidak menyadari kaus putihnya sudah di robek entah oleh siapa. Tao merasa seperti orang paling tidak berguna di dunia. Dia bisa wushu, kan? Demi Tuhan, dia bisa wushu! Tapi dia hanya diam, menggigil ketakutan, dan membiarkan dua pria ini menyentuh tubuhnya.
"K-kris gege, t-tolong," pemuda polos itu tidak bisa menghentikan air matanya yang kini membanjiri pipinya dan terisak kecil. Kedua pria itu menghentikan kegiatannya, Tao dengan naifnya sempat berharap keduanya akan pergi meninggalkannya. Tapi sekali lagi, Tao terlalu naif.
"Don't call anyone's name when you're having sex with us," desis si pria cokelat.
"Or we're going to punish you," lanjut si pria pirang.
Dan mereka kembali menyentuh, menjilat, dan menggigiti tubuh Tao. Sedangkan Tao hanya bisa merintih kecil, jujur semua sentuhan kedua pria ini memberikan kejutan rasa nikmat bagi Tao. tapi Tao membencinya, dia membenci bagaimana tubuhnya bereaksi, dia membenci setiap suara yang keluar dari mulutnya karena sentuhan kedua pria ini.
Tao berteriak saat si pria pirang menghisap nipple kanannya dengan kuat sampai terasa perih dan memelintir nipple kirinya. Namun teriakan Tao teredam saat si pria cokelat mencium bibirnya, menghisap bibir bawahnya dengan ganas, dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Tao. Itu ciuman pertama Tao. Ciuman pertama yang dia jaga untuk orang yang nanti akan menjadi pendamping hidupnya. Tao benar-benar merasa hancur dan air mata semakin deras membasahi pipinya.
Si pria cokelat melepas ciumannya dengan seringai, dan langsung menuju bagian bawah Tao. dengan perlahan pria itu menurunkan celana jeans Tao dan saat dia hendak melepas celana dalam Tao, sepasanga tangan yang gemetar hebat menghentikannya. "N-no…ah! p-ple-please.. don't," lirih Tao.
Namun si pria cokelat hanya menyeringai dan menyingkirkan kedua tangan Tao dengan kelembutan yang mengherankan. Dalam sekejab Tao sudah berbaring di tanah, di bawah dua pria yang juga mulai melepas celana masing masing, dan telanjang.
Si pria pirang bergerak ke belakang Tao, dan mengangkat pemuda itu agar bersandar di dadanya. Tao hanya menurut, terlalu takut untuk menolak. Sedangkan si pemuda cokelat mengangkat kedua kaki Tao dan meletakkannya di bahunya. Dia merendahkan kepalanya, melirik sedikit ke arah Tao yang memandangnya bingung dan takut, menyeringai, dan mulai menjilati hole Tao.
Pemuda itu jelas kaget dengan ledakan rasa nikmat yang menjalar dari bagian bawahnya. Tapi Tao membenci rasa nikmat itu, sangat amat membencinya. "GAAAH! AAAHHH!" hanya itu yang keluar dari bibir Tao. Pemuda itu berusaha menggigit bibirnya untuk meredam desahannya tapi tidak ada gunanya. Tao tetap berteriak dan melengkungkan pungungnya, air mata benar-benar tumpah dari matanya, Tao belum pernah merasa sehancur ini. "KRIS GEGE! TOLONG! TOLOOONGG!"
Dan si pria cokelat berhenti dan mengangkat kepalanya. Pria itu mengangkat kepalanya, memandang Tao dengan bola mata hijau tua yang menusuk. Sedangkan si pria pirang hanya menghela napas dan berucap, "Well, we need to punish him"
Si pria cokelat menyeringai dan menurunkan pinggul Tao tepat di atas membernya. Sontak rasa panik menghantap Tao. Sex. Belum sempat Tao mengucapkan apapun, rasa sakit yang mengerikan menyerang bagian bawahnya. Kedua tangan Tao mencengkram tanah dibawahnya sekuat tenaga, punggungnya melengkung, kakinya menendang dengan liar mencoba mengusir benda tumpul yang sedang dipaksa masuk ke dalam tubuhnya, dan dia menjerit sekuat tenaga. Bagaimana bisa bagian yang memerinya rasa nikmat beberapa saat yang lalu dapat memberinya rasa sakit semengerikan ini?!
"AAAARRRGH! HENTIKAN! STOP! KUMOHON! PLEASE! IT HURTS! NOOOO!" tusukan pertama terasa seperti neraka dan saat si pria mulai bergerak, rasanya lebih buruk dari neraka. Tao tetap berteriak kesakitan saat tubuhnya terasa terbelah jadi dua. Tidak ada rasa nikmat sama sekali, hanya ada sakit. Penderitaan. Perih.
"Oh, it feels so damn good, ah! So tight, brother you need to try this! This kid is born to get fucked," Tao bisa merasakan pria pirang di belakangnya mengangguk. Dan rasa sakit itu menjadi dua kali lipat. Pria itu mendesis nikmat saat mulai memasuki Tao, sedangkan Tao hanya bisa memohon belas kasihan. Seandainya dia mendengarkan dduizangnya untuk tidak keluar dorm. Seharusnya dia mendengarkan dduizangnya, seharusnya dia bisa mringkuk di pelukan Kris yang aman dan nyaman. Dia memang bodoh. "K-Kris g-gege, maaf, maaf, ma—AAAKKH!"
Si pria cokelat jelas tidak menyukai Tao yang barusaja menyebut nama Kris, terbukti dari gerakannya yang semakin brutal. Begitu pula si pria pirang. Kedua pria itu tetap menimati tubuh Tao, tidak memerdulikan Tao yang terus menjerit. "You're Kris will never come, why should he come to a worthless whore like you, huh?"
Dan saat mereka selesai, Tao merasa mati. Tubuhnya penuh memar dan kissmark dan darah mengalir diantara kakinya. Bagaimana mungkin jalan-jalan menyenangkan bersama gege-gegenya malah berakhir menjadi mimpi buruk begini?
Kedua pria dengan cepat kembali berpakaian, tertawa melihat tubuh Tao yang diam tak bergerak, dan pergi meninggalkan Tao sendirian. Hanya kesunyian yang mengantarkan pemuda itu menuju kegelapan yang pekat.
.
.
Kris panik. Dia sudah mencari Tao ke semua tempat yang mungkin didatangi Tao. Mulai dari dorm super junior, dorm shinee, dorm snsd, dorm f(x), toko mainan, toko baju, bahkan Kris sudah menyusuri jalan dari pusat perbelanjaan ke dormnya sebanyak empat kali, dan tidak menemukan tanda-tanda maknaenya, seolah Tao ditelan bumi.
Pemuda tinggi itu sudah hampir menyerah saat kakinya membawanya ke jalan kecil yang bisa menjadi jalan tembus ke dorm mereka. Sehun dan Kai pernah menunjukkan jalan ini pada member exo-m, dan memang jalan ini lebih dekat, tapi jalan ini sangat sepi. Tao tidak melepaskan tangan Kris sama sekali saat melewatinya. Kadang Kris menyukai sifat penakut Tao. Mengingat sifat penakut Tao membuat Kris terkekeh pelan.
Kekehan Kris harus terhenti saat matanya menangkap sosok seseorang. Terbaring. Berdarah-darah. Dan yang paling mengejutkan Kris, tanpa busana.
Dengan keadaan terguncang, Kris menghampiri sosok itu, berharap semoga itu bukan pandanya. Dan begitu melihat mata panda Tao yang tertutup, jantung Kris seperti dilempar keluar dari tubuhnya. Dengan Tangan gemetar, Kris menyentuh pipi maknaenya yang terasa dingin dan menepuknya pelan. Perlahan mata Tao terbuka, awalnya mata itu mengerjap bingung dan begitu menatap Kris, ia langsung histeris.
"TIDAK! KUMOHON! JANGAN SENTUH AKU! SAKIT! PERGI! KUMOHON!"
Kris merasa seperti ditampar saat melihat Tao yang histeris dan menendang dengan liar, seolah ingin melarikan diri. Kris mengulurkan tangannya, memegang kedua bahu Tao yang telihat semakin panik. Dengan menahan tangisnya sendiri Kris menarik Tao ke dalam pelukannya, tidak memerdulikan pukulan dan tendangan yang dilancarkan Tao padanya.
"Shh, baby panda, ini aku, Kris, ingat? Shh… tenang, ok? Gege ada di sini, Semua akan baik-baik saja," ucap Kris membiarkan setitik air mata mengalir di pipinya. Dia tidak pernah berpikir akan melihat pandanya dalam kondisi seperti ini, dan begitu ia melihatnya secara nyata, dia benar-benar ingin menonjok dirinya sendiri. "Gege di sini, Gege akan melindungimu, shh… Gege tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu, ok?" Tapi sesuatu telah terjadi, tambah Kris dalam hati.
Tao tampak lebih tenang sekarang. Dengan hati-hati tangn Kris bergerak untuk mengelus rambut Tao yang berlumuran tanah. Tao menegang sebentar, sebelum sepenuhnya tenang, aman dan nyaman di pelukan Kris. "K-Kris gege?"
Kris harus bersusah payah menahan segala keinginan untuk melukai dirinya sendiri saat mendengar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya suara Tao. Kris hanya mengangguk, memeluk maknaenya seerat mungkin dan menyadari Tao gemetar. Dengan sigap, Kris melepas jaketnya dan memakaikannya pada Tao. Kris hanya mengulurkan tangannya untuk mengambil celana Tao yang berjarak tidak terlalu jauh. Sedangkan Kaos Tao sudah robek dan tidak mungkin dikenakan lagi.
"Kita pulang, ya?" ucapan Kris hanya dibalas anggukan kecil dari Tao, tapi itu sudah cukup.
Kris meletakkan satu tangannya di bawah lutut Tao dan tangan yang lain di tengkuk Tao, dan dengan hati-hati menggendongnya. Tao melihat Kris dengan mata polos yang terlihat lebih gelap dari biasanya, dan bergumam. "Gege di sini, gege benar-benar disini, aku tahu gege akan datang, aku tahu mereka salah, aku tahu gege masih menyayangiku, gege benar-benar disini," Tao tersenyum. Dan Kris benar-benar ingin menonjok wajahnya sendiri.
.
.
Seluruh member exo dan beberapa member super junior yang datang karena mendengar kalau Tao hilang membulatkan Mata saat melihat Kris memasuki dorm, dengan Tao yang tampak pucat di gendongannya. Yesung, Sungmin, Xiumin, Baekhyun, dan Lay menjerit tertahan dan langsung menghampiri Kris, bertanya apa yang terjadi. Tapi Kris tetap bungkam dan menggendong Tao ke kamarnya.
Saat pemuda tinggi itu keluar, dia disambut oleh empat belas pasang mata pasang mata yang meminta penjelasan. Dan Kris menjelaskan apa yang dilihatnya. Semuanya. Yesung, Donghae, D.O, dan Lay memekik dengan mata berair. Kyuhyun, Siwon, Chanyeol, Suho, dan Kai mengeraskan rahang mereka. Sedangkan Xiumin dan Luhan menjerit histeris, membuat Chen dan Sehun kewalahan sendiri. Sedangkan Baekhyun berdiri dan menampar Kris.
Semua orang di ruangan itu menatap Baekhyun dengan pandangn kaget, bahkan Xiumin dan Luhan berhenti histeris. Tapi Kris tidak heran, Baekhyun pantas marah padanya, sangat pantas. Pemuda yang lebih pendek darinya itu menarik kerah bajunya, menariknya turun, mensejajarkan tinggi Kris dengan dirinya.
"Dasar brengsek," katanya. Matanya menatap Kris dengan kebencian dan rasa jijik. Napas Baekhyun memburu, Kris tidak bisa menebak itu karena Baekhyun sedang sangat marah padanya atau karena Baekhyun sedang menahan tangis. "Kau bilang akan melindunginya, Kau berjanji akan melingdunginya," Kris mengangguk lesu. Dan kemarahan Baekhyun sampai di puncaknya, sekuat tenaga pemuda mungil itu menghantamkan lututnya dengan rusuk Kris, membuat Kris tertunduk kesakitan. Dan lagi-lagi dengan sekuat tenaga Baekhyun menonjok—bukan hanya menampar—Kris. Membuat pemuda tinggi itu terjerembab.
Baekhyun kembali mencengkram kerah Kris, memaksa sang dduizang agar menatapnya. "MANA JANJMU, HAH?! PERSETAN DENGAN KAU ITU APA DAN SIAPA, KAU MEMBIARKAN ORANG LAIN MENYENTUHNYA! KAU MEMBIARKANNYA SENDIRIAN! KAU MEMBIARKANNYA TERLUKA! KAU MEMBIARKAN ADIKKU TERLUKA!" Baekhyun menarik napas dalam-dalam dan berkedip sedikit untuk menghilangkan air matanya sebelum melanjutkan dengan suara rendah yang bergetar. "Kau tidak tahukan seberapa besar adikku menyayangimu, memercayaimu, memujamu? Dia selalu percaya kau akan selalu ada untuknya, dia percaya kau tidak akan membiarkannya terluka, dia percaya kau akan selalu menjadi pelindungnya, menjadi pahlawan super nya. Tapi apa yang kau lakukan? Apa, hah? Kau membiarkannya diperkosa! Demi Tuhan, diperkosa! Dia bukannya dirampok atau apa, Kris! Dia diperkosa! Aku bersumpah, kalau sampai Tao menjadi berbeda, aku akan membunuhmu! Persetan dengan kepopuleran, aku akan membunuh leader exo-m yang dipuja-puja dengan tanganku sendiri kalau sampai dia gagal menyembuhkan adikku, kau mengerti?"
Kris hanya mengangguk, dan Baekhyun melepaskannya. Yesung yang pertama kali memecah kesunyian. "Emh… boleh aku melihat Tao? A-aku hanya ingin melihat keadaanya," katanya. Kris hanya menatap kosong.
"Kurasa tidak apa-apa, Yesung Hyung kan cewek banget, mungkin Tao akan mengira didatangi noona yang cantik," ucap Kyuhyun. Kris akhirnya bangkit dan menyingkir, memberi jalan bagi Yesung untuk masuk ke kamar Tao.
Dengan sangat perlahan, pemuda itu menundukkan dirinya di sofa, dan diam. Sampai Chanyeol menghampirinya. "Hai, dduizang, well… kau terlihat—" Chanyeol mengangkat bahu. "—parah"
Kris mengusap kepalanya kasar. "Katakan pada pacarmu itu, terimakasih atas pemberitahuannya. Dan beritahukan juga kalau aku memang berniat menghabisi diriku sendiri kalau sampai Tao berubah, tapi kalau dia mau melakukannya untukku, pasti lebih baik."
"Santai, kawan, dia hanya sedang emosi, kau tahukan bagaimana sayangnya Baekkie pada Tao. Kadang malah aku merasa diduakan. Tapi harus akui, dia kelihatan keren tadi dan kau terlihat seperti pecundang karena dihajar oleh orang yang lebih pendek 13 cm darimu."
"Aku memang pecundang," ucap Kris miris. Sekali lagi ucapan Baekhyun menghantuinya. Dia selalu percaya kau akan selalu ada untuknya, dia percaya kau tidak akan membiarkannya terluka, dia percaya kau akan selalu menjadi pelindungnya, menjadi pahlawan super nya. "Ya, aku memang pecundang."
.
.
TBC
