ASK AS MUCH AS YOU WANT

A Naruto Fanfiction by Anfidoos

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Warning: OOC, Typo(s), EYD dipertanyakan (?), etc

.

.

.

DLDR

Chapter 1

Jam menunjukkan pukul 6 pagi, matahari-pun sudah menampakkan diri, cahayanya menerobos masuk melalui celah-celah jendela sebuah kamar. Sebuah kamar yang dihuni oleh dua orang, Sakura dan Sasuke, dua makhluk berbeda gender yang meresmikan hubungannya dengan tali pernikahan kurang lebih setahun yang lalu. Sakura tengah asik memperhatikan lelaki di sampingnya dengan senyumnya, ia tak pernah bosan dengan pemandangan indah ini setiap paginya. Dimana saat ia terbangun, selalu ada wajah lelaki tampan dengan mata setajam elang, hidung yang mancung sempurna, dan bibir merah mudanya, ia tak pernah bosan disuguhi pemandangan itu. Belum lagi dengan tangan kekar lelaki itu yang melingkar manis di pinggangnya, lelaki yang sangat dicintainya, dan dia adalah suaminya, Uchiha Sasuke.

Setelah puas memandangi wajahnya, Sakura mempererat pelukan suaminya yang masih terlelap itu, dan mengesap aroma tubuh sang-suami, Sakura sangat menyukai aroma wangi alami yang dihasilkan dari tubuh suaminya, sekalipun dia belum mandi. Setelah puas berada dalam dekapan lelaki itu, Sakura masih belum rela untuk membangunkan sang-suami. Ia malah menaruh telapak tangan mungilnya di pipi lelaki itu, mengusapnya sayang dan menaruh telunjuknya menyusuri bibir yang selalu saja menyentuh bibir miliknya tak pernah lupa tiap harinya, membuatnya kesulitan untuk tidak mencintainya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, tak terasa sudah setengah jam lebih ia mengagumi tubuh dan rupa suaminya dan ia sudah tak bisa lagi mengulur waktu untuk membangunkan Sasuke, meskipun kenyataannya ia masih menyusuri setiap lekukan sempurna di wajahnya, termasuk mata, hidung, alis, jidat, pipi, pelipis, dagu dan semua yang ada di wajahnya sebelum suara yang tak keras namun jelas ia dengar membuatnya tersentak kaget dan melepaskan tangannya dari wajah sang suami.

"Ohayou."suara baritone itu yang membuat Sakura melepaskan tangannya. Ya, itu adalah suara suaminya. Suara yang selalu datar dan dingin, tapi selalu terasa lembut ditelinganya, entah hanya perasaan atau memang kenyataannya begitu.

"A-ah.. Ohayou."Sakura menjawab dengan lembut namun tetap menunjukkan rasa gugup bercampur kaget dengan bangunnya sang suami setelah setengah jam lebih Sakura pandangi dan nikmati, mengingat itu membuat semburat merah muncul di pipi chubby-nya.

"Aku tak mengira Istriku mengulur waktu sampai setengah jam lebih untuk memandangiku, Dan aku tak kunjung mendapat sebuah perintah untuk bangun darinya."

"Aku baru saja akan membangunkanmu, Sasuke-kun."respon Sakura. " Jadi, kau pura-pura tertidur-eh?"Sakura melanjutkan kata-katanya, sedikit tersipu mendengar Sasuke menyebutkan kata 'istrinya' yang ditujukan untuk dirinya. Namun ia juga sedikit kesal, jadi sedari tadi Sasuke sedang menggodanya dengan pura-pura tidur?!

"Aku bangun lebih dulu darimu, anak kecil."Sasuke menyentil dahi Sakura pelan, menatapnya dengan tatapan yang lembut, tidak tajam seperti biasanya. Sakura hanya berumur dua tahun lebih muda dari Sasuke, tetapi sifat manjanya jangan ditanya, apalagi setelah hubungan mereka menjadi semakin terikat dengan yang namanya pernikahan, sifat manjanya semakin menggila. Namun sifat manjanya itulah yang membuat Sasuke semakin dan semakin mencintai wanitanya itu, ia sangat menyukai gelagat Sakura yang bersikap manja atau merengek minta sesuatu, belum lagi bila ia sedang kesal dan merajuk. Sasuke sangat mencintai dan menyayangi Sakura, semua yang ada dalam diri Sakura, ia mencintainya. Meskipun mungkin dimata orang lain, Sakura hanya wanita dengan sikap kekanakan yang sering berulah dan menimbulkan masalah, belum lagi sifat manjanya yang menjadi nomor satu itu. Namun dimata seorang Uchiha Sasuke, Sakura adalah wanitanya yang begitu menarik, begitu menggodanya, bahkan terkadang ia lupa caranya bernapas atau mengendalikan debaran jantungnya yang tidak menentu dengan beberapa perlakuan Sakura padanya.

"Menyebalkan."Sakura mengerucutkan bibirnya sebal, bagaimana mungkin Sasuke begitu hebatnya ber-acting? Bahkan selama setengah jam tersebut tak ada tanda-tanda bahwa Sasuke sudah bangun dari tidurnya. Entahlah, mungkinkah dirinya yang kurang peka?

"Turunlah dan sarapan, aku akan mandi."

"Aku akan menunggumu, Sasuke-kun."

"Duluan saja, Sakura."Sasuke melenggangkan kakinya menuju ke kamar mandi yang ada di kamar –kamar dirinya dengan Sakura, namun gerakannya tertahan oleh lengan kecil yang menahannya, dan tentu sudah sangat jelas siapa pemilik lengan tersebut. Lengan putih mungil yang sempurna, lengan yang sangat ia sukai, lengan milik wanitanya.

"Hn?"Sasuke membalikkan badannya, menatap sang istri dengan penuh kehangatan. Tak dapat di pungkiri ia memang selalu terpesona oleh wanitanya itu, bahkan detak jantung Sasuke berpacu begitu kencang dengan hanya melihat istrinya memakai baju tidur longgar biasa khas anak balita, bergambar mickey mouse. Baiklah- seleranya memang sangat kekanakan. Dan yang sukses membuat Sasuke kesulitan menelan ludah adalah kakinya yang jenjang ter-ekspos bebas, memang ia juga mengenakan celana tidur yang sama longgarnya dengan setelan atasannya, tetapi ia melipat.. Eh salah, salah satu celananya terlipat sampai kira-kira dua puluh senti meter di atas lututnya. Bagaimana ia tidak tergoda? Meskipun bila dilihat secara keseluruhan, istrinya itu bahkan sedang menggaruk-garuk kepalanya, sudah ditebak ia belum keramas, hal itu membuat rambutnya yang kusut menjadi berantakan sempurna. Itu ungkapan untuk menunjukkan betapa berantakannya rambut Sakura sekarang. Belum lagi matanya yang sayu akibat bangun tidur dengan kotoran mata yang tertempel disana membuat Sasuke gemas untuk membuangnya, dan ia mengenakan pakaian tidur untuk anak kecil, penampilannya seperti anak umur lima tahun baru bangun tidur dan mencari orang tuanya, dan dengan penampilan yang seperti itu, bisa-bisanya Sasuke tergoda sampai kesulitan bernapas hanya gara-gara salah satu celana panjang istrinya terlipat keatas? Sasuke, wanita ini benar-benar sukses membiusmu.

"Tidakkah kau melupakan sesuatu?"sekarang Sakura menguap lebar, bahkan tanpa menutupinya dengan tangannya. Sebenarnya bila diteliti lebih lanjut, Sakura memiliki tingkat keanggunan yang jauh dibawah rata-rata wanita normal.

"Hn?"

Sasuke memutar otak, ia berpikir. Melupakan sesuatu katanya? Namun otaknya berhenti mencoba mencari hal yang dilupakannya karena melihat Sakura yang sedang memaju mundurkan bibirnya, dan mengerucutkannya dengan bola mata yang jelalatan tak menatap Sasuke, tingkahnya itu membuat pipinya sendiri mem-blushing merah. Sedangkan Sasuke tersenyum kecil melihat kelakuan istrinya, jadi istrinya itu minta dicium-eh?

"Apa yang kau lakukan, Sakura? Apa mulutmu sakit atau apa?"Hal lain yang menjadi hobi Sasuke adalah menggoda wanitanya, ia selalu terhibur dengan respon yang diberikan sang istri dan melihat tingkah kekanakannya yang kesal seperti layaknya anak kecil yang merajuk karena meminta mainan tapi ditolak oleh orang tuanya, bukankah ia benar-benar lucu?

"A-ah.. Sasuke-kun, mana morning kiss-nya?"Sakura memandang Sasuke kesal, namun eskpresinya berubah secepat kilat menjadi merona melihat sang suami mendekatinya, dan mulai memiringkan kepalanya. Sudah dapat diketahui pasti bagaimana selanjutnya, Sasuke mendekatkan bibirnya dan menempelkannya pada bibir mungil Sakura. Mungkin morning kiss pada umumnya hanya terjadi sebentar, tapi yang dilakukan kedua insan manusia itu berbeda, mereka menghabiskan waktu yang tidak sebentar untuk melakukannya.

Setelah puas merasakan kenyalnya bibir Sakura, Sasuke mulai menjilat bibir sang istri membuat Sakura sedikit terkejut dan membuka mulutnya, kesempatan itu tak dibuang Sasuke dengan mudah, ia segera melesatkan lidahnya dan menjelajahi isi seluruh mulut wanitanya itu, lidahnya bermain dengan lidah Sakura, saling menarik dan menggeliat disana, mereka memiliki trik yang tidak diketahui pasangan lain, entah bagaimana caranya, pasangan itu selalu punya cara untuk tetap bernapas selagi berciuman, sehingga mereka bisa kuat berciuman tanpa perlu melepaskan bibir masing-masing dan menjeda ciumannya hanya karena ingin bernapas. Sesungguhnya bagaimana mereka melakukannya masih menjadi misteri. Sakura mengalungkan lengannya di leher Sasuke, tak mau kalah Sasuke-pun melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, memperdalam ciuman mereka.

Karena terlalu serius dengan kegiatan mereka berdua, ketukan pintu di kamarnya bahkan tidak dapat mereka dengar, mereka terlalu bersemangat dan bergairah satu sama lain sehingga ketukan yang lama kelamaan mirip dobrakan itu tidak diacuhkannya.

"Maafkan saya, Sasuke-sama dan Sakura-sama. Saya hanya ingin membaw-"ucapan Ayame, sang kepala pelayan terpotong menyaksikan tuan dan nyonya-nya sedang mempersatukan cinta mereka lewat ciuman di pagi hari, dan itu membuatnya menyesal karena ia bingung harus bagaimana, mereka bahkan mengetahui keberadaan dirinya tapi masing-masing dari mereka seperti tidak peduli dan tetap melanjutkan permainannya, menyisakan dirinya yang kebingungan dengan nampan berisi dua cangkir teh milik tuan dan nyonya-nya.

Tetapi kemudian Sasuke mengisyaratkan bola matanya ke arah meja di samping tempat tidurnya, mengisyaratkan untuk menaruh saja nampan itu disana. Dan itu dilakukan tanpa melepaskan ciumannya, bahkan sang-nyonya tidak memperdulikan Ayame sama sekali.

"Saya minta maaf, Sakura-sama. Sasuke-sama."Ayame pamit undur diri setelah menaruh nampannya dan menundukkan kepalanya pada kedua tuannya yang masih saja tak mengacuhkannya, namun sebelum kakinya berlalu, suara yang sangat familiar terdengar di telinga si-pelayan.

"Arigatou, Ayame-san."suara kecil itu milik Nyonya mudanya, Haruno Sakura. A-ah, bukan. Uchiha Sakura lebih tepatnya. Ternyata nyonya-nya itu masih peduli dengan kehadirannya. Dan setelah Ayame berbalik, ia melihat sang Nyonya tersenyum memandangnya, raut wajah imut bak anak umur lima tahun itu terlihat sangat bahagia. Nyonya-nya sudah tidak lagi menyatukan bibirnya dengan sang Tuan, ia sedang memainkan tangan sang tuan yang melingkarkan tangannya di pinggang mungil sang Nyonya dari belakang, Tuannya itu terlihat bergelayut manja pada Nyonya-nya, meletakkan kepalanya di pundak sang Nyonya dan mencium serta mengendus leher dan tengkuk serta rambut Nyonya pinky-nya itu. Sedangkan Nyonya-nya mendekap tangan dan menggoyang-goyangkan badannya pelan dalam keadaan sedang dipeluk dari belakang.

Ayame menundukkan kepalanya kembali, senyuman tersungging disana. Melihat kedua tuan dan nyonya-nya itu bermesraan setiap harinya seolah menjadi hiburan tersendiri baginya, ia segera menutup kembali pintu kamar majikannya dan berlalu, enggan menjadi perusak suasana.

"Apa tidak apa-apa mempertontonkan hal ini pada mereka, Sasuke-kun?" logat suara Sakura yang terdengar menggemaskan itu membuat Sasuke mempererat pelukannya pada sang istri, meskipun ia sepenuhnya sadar ia pasti terlambat datang ke perusahaan. Peduli apa, seorang Uchiha Sasuke, CEO atau Direktur Utama di perusahaan Uchiha Corp, tentu saja bebas berangkat dan pulang kapan saja.

"Kau senang kan bila orang lain melihat kita bermesraan?"respon Sasuke balas bertanya, Sakura hanya menggembungkan pipinya, perkataan Sasuke membuat dirinya blushing. Ia tak bisa mengelak karena memang begitu kenyataannya, tetapi haruskah ia mengakuinya?

"Sudah, sana mandi."hanya itu respon yang diberikan Sakura, melepaskan pelukan sang-suami yang tak merelakan dirinya pergi, sehingga ia menebusnya dengan mengecup bibir sang suami sekali lagi untuk meredakan amarahnya.

"Baiklah."Sasuke benar-benar melangkahkan kakinya, namun ia melanjutkan ucapannya saat ia membuka pintu kamar mandi, "Keramaslah rambutmu, Nyonya Uchiha."lanjutnya sambil menutup pintu kamar mandi.

"A-ah, benar juga. Kalau di ingat-ingat, Aku belum keramas seminggu penuh."

Kali ini Sakura dan Sasuke tengah menikmati sarapannya dengan santai, pukul setengah delapan. Padahal seharusnya Sasuke harus sudah di kantor jam tujuh pagi, tetapi lagi-lagi ia mengabaikan peraturan mengingat posisinya sebagai Direktur Utama di Uchiha Corp, perusahaan nomor satu di Konoha. Daripada terlalu menaati peraturan, lebih baik sedikit melanggar peraturan dan menghabiskan waktunya bersama sang-istri.

"Sakura, jangan terlalu lelah, jangan melakukan hal-hal yang berat sehingga membuatmu lelah. Istirahatlah di rumah, dan minta saja apapun yang kau inginkan pada Ayame-san, dia akan memenuhi keinginanmu."Sasuke membuka mulut setelah membalikkan kedua alat makannya tanda selesai makan, makanan di piringnya-pun telah kandas. Sasuke mengatakan hal itu sambil mengusap-usap rambut Sakura yang lepek, lagi-lagi istri kesayangannya itu malas keramas.

"Tapi aku boosaaann Sasuke-kuuuunn… Aku ingin jalan-jalan ke mall, makan di restoran, main dengan teman-teman, dan lainnya. Aku bosan hanya duduk menyaksikan tayangan tv, menonton film, bermain game, terus begitu sampai hampir mati kebosanan sambil menungguimu pulang, Sasuke-kuun.. betapa bosannyaaa."

"Aku mengerti, kau bisa mengajak Temari, Shikamaru, Ayame dan pelayan lain untuk jalan-jalan, turuti permintaan suami-mu, Sakura. Hm?"ucap Sasuke, yang dijawab anggukan oleh para pelayan yang tadi Sasuke sebutkan, pelayan-pelayan yang jumlahnya entah berapa selalu berdiri mengelilingi meja makan bila mereka sedang sarapan atau makan siang, sehingga dapat membantu memenuhi keinginan tuan dan nyonya-nya dengan mudah.

Sakura tak menjawab, lagi-lagi ia bersikap kekanakan, merajuk dan memainkan alat makannya mengacak-acak makanannya dan menimbulkan suara bergelotak keras, membuat Sasuke tersenyum dibuatnya melihat kelakukan sang-istri.

Sasuke bangkit dari tempatnya duduk, lalu mengecup ujung kepala sang istri, Ia benar-benar sudah tak dapat mengulur waktu lebih lama lagi, pekerjaannya melambai-lambai padanya menyorak untuk segera di kerjakan. Setelah Sasuke beranjak dari ruang makan, ia berjalan menuju mobilnya yang sudah disiapkan Kakashi, asisten pribadinya. Dan kini-pun Kakashi mengekori tuannya untuk segera menuju perusahaan.

Namun sebelum memasuki mobilnya, Sasuke membalikkan badan, tak ada kata 'hati-hati' yang biasanya selalu ia dengar dari mulut sang istri, dan jujur saja hal seperti itu membuat mood-nya sedikit berubah. Dan setelah melihat kebelakang, Sakura bahkan tidak mengikuti suaminya untuk mengantarnya seperti biasa, ia hanya mematung di pintu besar rumahnya, memandang Sasuke berkaca-kaca.

Dengan sigap Sasuke segera menghampiri istrinya dan memeluknya lembut, Sakura yang awalnya tak mau balas memeluk namun akhirnya luluh juga. Mereka berpelukan begitu erat, seolah tak ada hari esok.

"Jangan menangis, Sakura. Kau membuat hatiku sakit."ucap Sasuke menghapus air mata sang istri yang justru tumpah ruah, setelah itu ia mengusap pelan kedua bibir mungil Sakura, dan menciumnya pelan, penuh perasaan. Para pelayan yang selalu disuguhi pertunjukkan seperti itu, sudah sangat menghafal apa yang harus dilakukan dan menjaga sikapnya, memiringkan pandangan, mencoba memberikan tuan dan nyonya-nya privacy, meskipun sepertinya baik tuan maupun nyonya-nya sama sekali tidak peduli.

Kini Sasuke berjongkok, mengelus perut datar Sakura, lalu menciumnya. "Tou-chan tidak melupakanmu, sayang. Baik-baiklah di perut Kaa-chan, ya."kini Sasuke memeluk perut Sakura, wanita yang tadi merajuk kini tersenyum sumringah melihat perlakuan manis Sasuke pada janin yang ada di perutnya, yang lagi-lagi ditunjukkan di depan semua pelayan, membuat dirinya seolah menjadi wanita paling berharga, seorang istri dari Uchiha Sasuke yang terkenal begitu dingin dan tak berperasaan pada perempuan.

"Kukira kau lupa kalau aku hamil."respon Sakura, Sasuke menggeleng dan tersenyum. Lalu menggenggam tangan mungil istrinya dan menciumnya berkali-kali, membawa sang-istri sampai ke depan mobil yang siap membawanya pergi.

"Ittekimasu!"Seru Sasuke setelah memasuki mobil dan mendudukkan dirinya di bangku belakang, membuka jendelanya lebar. Sakura merespon dengan menjawab 'Itterashai" sambil tersenyum, kemudian setelah klakson berbunyi dan Kakashi yang sudah ada di jok depan siap mengendarai menunduk hormat pada Sakura, mobil itupun bergerak meninggalkan Mansion Uchiha.

"Apa Sakura-sama ingin jalan-jalan?"Tanya Ayame pada Sakura setelah mobil tuannya menghilang dari pandangan, Sakura masih memandang kearah dimana mobil yang membawa suaminya itu menghilang.

"Tidak usah, aku akan kembali berbosan ria dengan menonton tv. Pesankan es krim untukku bisa kan, Ayame-san?"respon Sakura tersadar dari lamunannya dan berjalan masuk kembali.

"Tentu, Sakura-sama."

"A-ah, suruh satu pelayan untuk memata-matai suamiku ya, ambil foto yang banyak. Aku ingin tau apa saja yang dilakukannya, siapa saja yang dia temui, dan orang-orang seperti apa dia. Jujur, Aku belum pernah datang ke perusahaan itu sekedar untuk melihat-lihat apa saja tugas yang diembannya, mungkin para pegawai disana juga bahkan tidak mengetahuiku. Aku juga tidak mengetahui jadwal kegiatannya dengan pasti. Aku juga ingin tau, seperti apa Sasuke-kun kalau sedang bekerja."

"Tidakkah tindakan itu beresiko, Sakura-sama?"Ayame mengerutkan alisnya, ada keraguan disana.

"Ayame-san, apa kau sedang membantahku sekarang?"Nyonya-nya itu terdengar serius, membuat Ayame kelimpungan dan akhirnya menjawab.

"Tentu tidak, saya akan selalu memenuhi permintaan Sakura-sama."

"Bercanda, hehe.. Suaraku terdengar menakutkan, ya.. aku tidak akan memaksamu untuk melakukannya, aku hanya penasaran saja,kok. Kalau keberatan, tak usah juga tak apa-apa."Sakura nyengir kuda, melihat kepala pelayannya itu ketakukan gara-gara sifat jailnya itu.

"Permintaan anda akan terpenuhi, Sakura-sama."

"Arigatou, Ayame-san."

Sasuke melangkahkan kakinya masuk melewati pintu utama, para pegawai yang sedang hilir mudik segera menundukkan kepalanya, mengucapkan salamnya pada sang-Direktur utama, meskipun dapat diketahui secara pasti kalau salamnya tak akan pernah direspon. YA, TAK AKAN PERNAH. Direktur utama itu terkenal sangat dingin dan berperangai keras, sekali ia memberi perintah, tak ada pilihan lain selain menurutinya. Dan untuk orang-orang yang tidak sesuai dengan Kriteria para pegawainya, tak akan segan ia pecat. Selain itu, sang Direktur Utama memiliki mulut yang sangat tajam, ia tak akan setengah-setengah memarahi orang yang melanggar peraturan atau bila kinerjanya yang kurang sesuai dimatanya, entah itu laki-laki atau perempuan.

Namun hal itu tidak mengurangi pesona seorang Uchiha Sasuke, lelaki jenius nan tampan itu di gilai oleh hampir semua pegawai perempuannya. Belum lagi ia merupakan anak tunggal Uchiha, sebuah klan yang sangat terpandang di Konoha, dan di usianya yang masih kepala dua, lebih tepatnya dua puluh dua, ia sudah dipercaya untuk menduduki kursi sebagai Direktur Utama, menggantikan ayahnya, Uchiha Fugaku. Sudah pasti ia sangat digilai dan dikejar-kejar oleh para perempuan yang haus akan wajah rupawan, belum lagi ia memiliki harta kekayaan yang cukup sulit untuk di deskripsikan, mengingat betapa kayanya seorang Sasuke.

Pegawai perempuan mulai dari yang masih gadis, hingga yang sedang maupun yang sudah dibilang berumur, tak terpengaruh oleh sikap keras sang Direktur, mereka berlomba-lomba mendapat perhatian bosnya itu, melihat ia sepertinya belum memiliki pasangan atau perempuan yang dekat dengannya sejauh ini, bahkan ada yang mengira mungkin saja sang direktur kaya raya itu tak tertarik dengan perempuan, tapi tentu saja hal itu ditepis jauh-jauh, seorang Uchiha Sasuke tak akan serampangan memilih seorang gadis untuk dijadikan kekasih ataupun istrinya, dan hal itu membuatnya masih lajang, tak ada seorangpun pegawai yang tau bahwa direktur yang mereka segani itu sudah memiliki seorang istri yang teramat manja dan kekanakan seperti Sakura, padahal ia bahkan sudah memiliki calon buah hati dengan istri tercintanya, tetapi hal itu sama sekali tak diketahui, kecuali Kakashi, tentunya.

Tak hanya dimata para pegawai perempuan, dimata pegawai laki-laki, Uchiha Sasuke juga seorang yang sangat mumpuni, seorang pemimpin yang disegani, tak hanya karena sikapnya yang memang sudah sangat berwibawa, tetapi karena kinerjanya yang tak bisa remehkan, bahkan empat jempol dengan jempol kaki saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa hebat dirinya memimpin perusahaan.

Setelah melewati pintu utama, sang direktur terus berjalan hingga masuk keruang kerja para pegawainya, melihat sang pimpinan masuk, para pegawainya beranjak dan menundukkan kepalanya menyambut sang direktur, lalu para pegawai itu kembali duduk setelah melihat sang direktur memasuki ruangannya sendiri, ruangan seorang Direktur Utama.

"Pagi ini Direktur sangat tampan sekali dengan jasnyaaa."seorang pegawai perempuan menutup mulutnya untuk meredam suara, namun wajahnya menunjukkan ketertarikan yang luar biasa, perempuan itu memiliki rambut pirang panjang, dengan mata aquamarine yang sangat mempesona, ia adalah Ino.

"Kau benar, belum lagi aromanya.. aku jamin ia pasti menggunakan parfum kelas dunia."sambung Tenten, seorang perempuan berambut cokelat bercepol dua, Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi, tersenyum bahagia.

"Tapi, mungkinkah seorang yang begitu sempurna seperti itu belum memiliki kekasih?"sambung Tsunade, ia sudah dibilang berumur namun perawakannya jangan ditanya, ia memiliki tubuh yang begitu seksi dan sempurna, dan ia masih lajang. Terlalu banyak lelaki yang mendekatinya, namun hatinya hanya ia persembahkan pada Direktur Muda, meski sejauh apapun ia mendekati dan mengkode sang direktur secara tidak langsung, tetapi sama seperti pegawai lainnya, hanya abaian yang ia dapatkan dari lelaki pujaannya itu.

"Iya, sangat aneh. Padahal banyak sekali perempuan cantik di perusahaan ini yang tergila-gila padanya, tapi ia cuek dan tidak peduli. Sebenarnya seberapa tinggi lagi sih, kriteria seorang perempuan yang cocok untuknya?!"ucap Matsuri ikut nimbrung.

"Bagaimana kalau dia seorang gay?!"ucap Tsunade, untuk sejenak suasana menjadi hening, beberapa yang tadi ikut nimbrung saling berpandangan.

"Jangan bergurau, Tsunade-san. Ia hanya memiliki kriteria yang tinggi dalam memilih kekasih. Lagipula umurnya baru dua puluh dua tahun, masih teramat belia. Kudengar dia juga pernah menjalin kasih dengan Karin-san, itu adalah bukti kalau dia bukanlah seorang gay."sambung Ino, ia tak terima pujaan hatinya dikatai gay olehTsunade. Itu pasti karena Tsunade sudah putus asa, melihat direktur tidak melirik sama sekali padanya, padahal sudah tak terhitung berapa jumlah lelaki tampan yang ditolaknya, ia tetap memperjuangkan Direktur.

"Habisnya dia tetap tidak melirikku. Seharusnya sebagai lelaki normal, dia terpikat padaku."respon Tsunade.

"Mungkin kau bukan tipe-nya, Tsunade-san."sebuah suara yang terkesan belagu itu terdengar tiba-tiba, membuat para pegawai membubarkan diri, dia adalah Karin. Seorang sekretaris pribadi sang Direktur, sekaligus satu-satunya perempuan yang mengaku-ngaku sebagai mantan kekasihnya. Perempuan berkacamata itu selalu mengatakan bahwa dirinya merupakan mantan kekasih Direktur saat SMP, itu sudah sangat lama sekali. Dan sekali lagi, ia bahkan masih membangga-banggakan hal itu, meskipun sudah jelas-jelas menjadi mantan. Bukankah seorang mantan hanya masa lalu? Apanya yang harus dibanggakan?!

"Lalu, apakah kau merupakan tipenya, Karin-san?!"Tsunade tak mau kalah, meskipun gerombolan tadi sudah bubar dan kembali berkutat dengan pekerjaannya, meninggalkan Tsunade sendirian menghadapi Karin.

"Tentu saja, aku bahkan pernah menjadi kekasih Sasuke-san."Karin memberi tatapan tajam pada Tsunade, padahal sudah jelas ia sedang berhadapan dengan orang yang sudah berumur, tetapi ia tidak peduli. Lagipula ia memiliki posisi lebih tinggi darinya.

"Pernah. Sekarang tidak lagi,kan?!"tantang Tsunade.

"K-kau.."Karin menunjukkan telunjuknya ke dada Tsunade, serta memelototkan matanya, tak terima dengan sikap Tsunade yang semakin berani menantangnya.

"Aku tidak menggaji kalian untuk bertengkar! Cepat kembali bekerja!"suara baritone yang menjadi momok menakutkan bagi semua pegawai itu terdengar, membuat baik Karin maupun Tsunade segera menghentikan cekcoknya dan kembali bekerja, tak puas sampai disitu, Sasuke mendatangi meja Tsunade.

"Tsunade, jangan biarkan seorang pegawai senior sepertimu kupecat gara-gara hal sepele! Dan perbaiki presentasimu, tak hanya presentasimu, hasil kerjamu juga buruk sekali akhir-akhir ini!"Sasuke memandang wanita seksi itu tajam, lalu melempar setumpuk kertas hasil kerja Tsunade yang dikerjakan selama seminggu penuh tanpa tidur itu di mejanya sehingga kini kertasnya berserakan dan membuat suara yang begitu keras.

"Baik, Sasuke-sama."jawab Tsunade patuh sambil menunduk.

"Dan kau Karin, sudah kukatakan untuk fokus pada pekerjaanmu! Aku tak segan memecatmu! Bahkan laporanmu belum kau kumpulkan, kuberi toleransi setengah jam."Sasuke menggebrak meja Karin, lalu memberi deathglare padanya.

"Baik, Sasuke-san."Karin menunduk dan mematuhi perintah sang Direktur, padahal dirinya menjerit ngeri dalam hati. Bukan karena gertakannya, ia lebih ngeri mengenai laporan yang belum ia selesaikan, dan waktu yang diberikan oleh direktur hanya tinggal setengah jam. Dia benar-benar minta mati!

Sakura sedang melihat-lihat seluruh foto yang dibawa seorang pelayan yang ditugasi untuk memata-matai dan mengambil gambar Sasuke, dan ia hanya tersenyum kecut melihat hasilnya. Entah berapa kali ia memandang, tetapi ia merasakan begitu berbedanya sikap dan ekspresi yang dimiliki suaminya yang tadi pagi memeluknya, dengan yang difoto.

"Benarkah ini Sasuke? Suamiku?"Sakura membuka suara, si-pelayan menunduk, lalu mengangguk. "Kenapa suamiku terlihat begitu menyeramkan?!"Sakura menyendok porsi kelima es krimnya, kembali memperhatikan satu-persatu foto yang kini berada di tangannya.

"Aku terlihat menyeramkan?"suara baritone orang yang sedang dibicarakan Sakura sedari tadi-pun terdengar, sangat tiba-tiba sehingga Sakura tak bisa mengambil ancang-ancang untuk menyembunyikan foto yang berserakan, namun ia segera menyembunyikannya di bawah pantatnya dengan gusar, lalu mendudukinya. Semoga Sasuke tidak mencurigainya. Sasuke yang tadi sedang melepas sepatunya segera mendatangi istrinya, menyunggingkan senyum.

"Sasuukee-kuuun.."Sakura hendak beranjak, namun ia segera mendudukkan kembali pantatnya. Mengingat ia sedang menyembunyikan foto Sasuke di atas kursi yang sekang ia tutupi dengan cara mendudukinya. Kalau ia bangkit, foto itu akan jatuh berserakan dan terlihat oleh Sasuke.

"Kau tidak mau memelukku?"ditengah langkah kaki Sasuke yang hendak menuju kursi makan dimana istrinya duduk itu ia berhenti.

"Kenapa harus aku yang selalu berlari menghampiri dan memelukmu? Ayo, kemari dan peluk akuuu… Sasuke-kuuunn.."ucap Sakura dengan manjanya dengan tangan yang sudah ancang-ancang menerima pelukan sang suami, Sasuke hanya tersenyum tipis lalu mendatangi istri tercintanya, memeluknya hangat.

"Ini masih jam sepuluh, Sasuke-kun. Kau sudah pulang?"

"Ah, aku akan menghadiri rapat umum di Cina untuk tiga hari, Sakura. Aku kembali untuk mengambil berkas-berkas yang ada di ruang kerja, berkemas, dan ijin padamu."tutur Sasuke, mempererat pelukan sang wanita yang masih saja duduk di kursinya, membuatnya harus setengah menunduk untuk memeluknya.

"Kau tau kalau aku tak pernah mengijinkan. Dan kau tetap saja pergi."

"Aku mencintaimu, Sakura."Hanya itu yang dikatakan Sasuke. Ia-pun berjongkok, membelai kedua pipi Sakura lembut, lalu memberinya kecupan-kecupan kecil di bibir. Dan seperti biasanya, semua pelayan memiringkan wajahnya, membiarkan majikannya leluasa untuk saling memadukan cinta. Setelah puas mengecup bibir Sakura, Sasuke mengulum bibir bawah Sakura, kemudian berganti dengan bibir atas. Membuat Sakura membuka bibirnya dan itu tidak disia-siakan Sasuke, ia segera menggunakan kesempatan itu untuk mempertemukan kedua lidah berbeda gender itu untuk saling bertemu, menarik, dan membuat desahan-desahan kecil. Saling berbagi saliva masing-masing, bahkan ada saliva yang nampak keluar mengucur dari bibir Sakura, sehingga langsung Sasuke hisap, sekaligus sebagai penutup ciuman mereka.

"Kau selalu sukses membuatku merelakanmu pergi, Sasuke-kun."Sakura mengerucutkan bibirnya sebal, tapi kemudian senyum tersungging di bibirnya melihat Sasuke kembali berdiri dan mengambil alih beberapa barang di kantong belanjaan yang tadi dibawa Kakashi.

"Ini untukmu, denda karena meninggalkan istri yang begitu kucintai ini pergi selama tiga hari."Sasuke memberikan semua kantong belanjaannya pada Sakura, membuat Sakura spontan berdiri dan memeluk Sasuke, ia begitu bahagia. Setidaknya sang-suami selalu mencoba menghiburnya dengan memberikan hadiah atas penyesalannya meninggalkan dirinya meskipun hanya selama tiga hari, itupun untuk alasan pekerjaan. Setelah balas memeluk Sakura, Sasuke-pun melepaskan pelukannya.

"Maafkan aku, Sakura.. tapi aku harus bergegas. Kakashi, berapa sisa waktu yang ada untuk berkemas?"

"Dua puluh menit, Tuan."jawab Kakashi mantap setelah melirik jamnya.

"Undur menjadi satu jam, aku akan siap dalam satu jam."

"Tetapi itu artinya.."

"Iya, kita merubah jadwal."

"Baik, Tuan."

"Apa dua puluh menit tidak cukup untuk berkemas, Sasuke-kun? Aku akan membantumu."

"Tidak, kita harus mengeramas rambutmu, Uchiha Sakura. Aku tak akan tenang meninggalkan istriku dalam keadaan rambut lepek seperti ini. Lagipula, aku harus meluangkan waktu untuk lebih lama bersama-mu."setelah ucapannya berakhir, Ia-pun membopong Sakura dengan gaya bridal style. Membuat sakura sempat menjerit karena kaget dan Sasuke yang melakukannya dengan begitu tiba-tiba. Namun teriakannya terhenti karena sepasang bibir Sasuke menyumpal mulutnya.

"Nyonya muda Uchiha, kenapa meminta seseorang untuk memata-matai aku?"ucapnya sambil berlalu, membawa Sakura dengan lembut dalam gendongannya, membuat Sakura memutar bola matanya, bingung harus merespon apa dengan pertanyaan Sasuke. Ia lupa langsung meloncat dan memeluk Sasuke karena terkejut dan terkesan dengan barang belanjaan tadi, sehingga pastinya Sasuke melihat foto-foto yang tadi didudukinya.

"Jadi kau tau, Sasuke-kuun? Jangaan maraahh.. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman."ucap Sakura merasa bersalah, matanya sudah berkaca-kaca. Ia memang selalu menumpahkan air matanya bila merasa bersalah atau merasa membuat suatu kekacauan.

"Aku tidak marah, Sakura. Aku tak pernah marah padamu, kan?"jawab Sasuke sambil membawa istrinya itu menaiki tangga menuju ke kemar mandi, serta mencium keningnya berkali-kali, untuk menghentikan air mata yang hampir tumpah, serta karena gemas dengan sikap lucu Sakura. "Aku hanya penasaran, apa yang akan kau lakukan setelah memata-matai aku?"

"Hmm.. sebenarnya.."mendengar Sakura yang nampak berpikir, Sasuke menghentikan langkah kakinya, memandang wanita yang kini ada dalam rengkuhannya penasaran. "Aku ingin bertanya padamu lebih dulu, Sasuke-kun. Karena ini ada hubungannya dengan foto itu. Kau akan menuruti semua keinginanku, kan? Ah, salah.. keinginan aku dan bayiku,kan?"

Sasuke mengangguk mantap, ia sudah berjanji pada Sakura mengenai hal itu. Dan Sasuke paling tidak ingin membuat Sakura kecewa, sehingga sebisa mungkin ia akan menuruti permintaan wanitanya itu.

"Aku ingin bekerja bersamamu di perusahaan, Sasuke-kun."

TBC

Hehe, author nan gaje ini sebelumnya mau minta maaf. Karena bukannya apdet fic yang udah di publish malahan nge-publish fic baru. Wkwk.. habisnya ide cerita ini menghantui pikiran aing..kkkk. Tapi tenang aja, fic yang sebelumnya bakalan apdet kok #pede banget lu, berasa ada yang nungguin?!

Oh ya, fict ini nanti bakalan nyeritain tentang ngidamnya Sakura, dan perjuangannya Sasuke memenuhi permintaan Sakura yang ehm- gimana ya, baca aja deh. Wkwk #di keroyok readers.

Tapi di chap pertama ini lebih banyak ngenalin sifat tokohnya masing-masing dulu. Sakura itu OOC banget, Sasukenya juga OOC. Ya, semoga suka deh :)

Btw, meskipun aku suka sama ide ini, aku tetep bakalan mempertimbangkan respon para readers. Review ya… Saran tentang ceritanya gimana, perlu lanjut atau engga. Soalnya kalo ngga ada yang suka, aing bisa apa atuh. Terpaksa di delete aja #tapi sayaaang -_- , tetep lanjut,deh #dasar author tukang nge-gras.

Aku berharap kalian pada suka,ya.. #ngomong sama tembok.

Sepatah atau dua patah gapapa, kalian pasti mengerti betapa berharganya komentar kalian :)

Review-nya di tunggu ya :)