"Sakura-chan! Tunggu kami!"

Sang gadis menengok sambil tersenyum jahil, "Kejar aku, Naruto, Sasuke-kun!" katanya semangat. Tak dihiraukannya peringatan kedua sahabatnya itu. Gadis itu mempercepat langkahnya, berpacu dengan angin yang terasa menyejukkan di wajahnya.

Pemuda berambut pirang yang sedang mengejarnya lagi-lagi berusaha memperingatkan—walau jelas, tak dihiraukan gadis keras kelapa itu. "Hati-hati, Sakura-chan! Kau bisa jatuh!"

Gadis itu tersenyum lebih lebar. Ah, dua sahabatnya yang sedang mengejarnya di belakang memang kalah dalam hal kecepatan dengannya. Gadis itu berbalik, dan dengan seringai jahil di wajahnya, ia baru saja akan menggoda dua sahabatnya itu ketika sepatu ketsnya terantuk batu.

"SAKURA!"


Naruto © Masashi Kishimoto


S E K A I

© Myuuga Arai


AWAL


"Aduhhh!!" Sakura meringis pelan sambil menatap sikunya yang mulai mengalirkan darah. Benar-benar perih rasanya.

Salah satu sahabatnya—yang juga berprofesi sebagai bodyguardnya—mendengus sebal. Walau begitu, tetap saja ketampanannya tak berkurang sedikitpun. Rambutnya yang hitam kelam itu sedikit tertiup angin ketika dengan begitu khawatirnya—tentu saja, ia tak mengakuinya—ia menghampiri gadis itu. "Cih! Padahal diperingatkan, kau bisa jatuh. Tapi tetap saja tidak mendengarkan!" katanya gusar. Dengan kasar ditarikannya lengan Sakura, berusaha memeriksa keadaan siku gadis itu.

"Sudahlah teme, Sakura-chan kan sedang kesakitan! Tutup mulutmu sebentar bisa kan?" Naruto, rekan satu profesi Sasuke membela Sakura. Si rambut pirang ini memang sangat menyayangi Sakura, masalahnya.

Sasuke menatapnya sebal. "Jangan berbicara seolah-olah kau lebih baik dariku, baka! Lagipula ini semua salahmu! Kau tidak benar menjaganya!" katanya dengan nada meremehkan, membuat Naruto—yang sudah dasarnya memiliki kepala panas—segera naik pitam.

"Kau! Yang salah itu kau! Kau lama sekali di toilet! Dan saat aku ingin menyeretmu keluar dari toilet terkutuk itu, Sakura-chan luput dari pengawasanku, tahu!" katanya sambil menuding Sasuke yang tak menghiraukannya.

Sakura menghela napas melihat kedua bodyguardnya—yang juga merupakan sahabatnya—bertengkar. "Sudahlah Naruto, Sasuke-kun." katanya jengah, "Aku tidak apa-apa, kok." dan setelahnya ia meringis ketika Sasuke membalut lukanya itu dengan kain kassa yang selalu tersedia di sakunya itu.

Naruto masih tidak terima dengan pembelaan Sakura terhadap Sasuke. "Tidak! Itu juga termasuk salahnya! Siapa suruh kemarin selama seharian ia hanya makan tomat dengan alasan buruk seperti itu!"

Sakura mengernyitkan kening, "Alasan buruk?"

"Ya-ya! Kau tahu? Sasuke bilang kalau tomat di Supermarket sedang didiskon, jadi dia—" Naruto menutup mulut ketika menyadari aura membunuh keluar dari tubuh gagah milik Sasuke.

Sakura hanya menggeleng pelan, "Oh, oke. Aku tidak akan memaksamu , bagaimana kalau sekarang kita main basket di lapangan!" katanya semangat.

Naruto dan Sasuke merengut, "Tidak! Nanti penyakitmu kumat!"

Sakura mendengus pelan. "Apa tidak bisa memperlakukanku layaknya gadis normal, hah?" katanya sambil merengut. Dua sahabatnya itu hanya menghela napas.

"Tapi kami tidak ingin kau sakit,Sakura-chan…" Naruto bersaha menenanfkan Sakura yang sudah mulai mengeluarkan air mata itu. Ditatapnya Sasuke yang hanya diam dengan ekspresi yang tak dapat ditebak, berusaha memina pembelaan.

"Hn."

Naruto balas menatapnya kesal karena apa yang dilakukan pmuda itu sama sekali tak membantu.

"Aku tahu aku penyakitan…" suara gadis itu terdengar parau, "tapi aku benar-benar ingin hidup normal seperti gadis lain…" dan air matanya benar-benar jatuh kali ini.

Sasuke menunduk dan menyentuh dagu Sakura, berusaha mensejajarkan wajahnya dengan wajah Sakura yang mulai basah karrena air mata. "Kami sudah beusaha membuat kehidupanmu senormal mungkin, Sakura…," katanya penuh penekanan, "hanya kau yang tak pernah bersyukur dengan keadaanmu."

Gadis itu menyentakkan tangan Sasuke yang berada di wajahnya dengan kasar, "Kau tidak pernah mengerti perasaanku, Sasuke-kun!" katanya sambil berlari.

Sasuke hanya menundukkan kepalanya tanpa berusaha mengejar gadis itu, membuat Naruto semakin seba dengan kelakuan rekannya yang menurutnya sudah kelewat batas itu.

"Kau keterlaluan kali ini, Teme!" katanya kesal. "Dan aku takkan memaafkanmu begitu saja kalau Sakura-chan kenapa-kenapa!"

Sasuke balas menatapnya kesal. Baru saja ia akan membalas ketika—entah mengapa—feelingnya mengatakan sesuatu yang buaruk akan terjadi pada gadis itu. Dengan cepat ditengoknya Sakura yang masih berada sekitar 20 meter dari posisinya saat ini, dan matanya segera membelalak lebar ketika sudut matanya menangkap siluet sebuah mobil sedang melaju dari arah yang berlawanan dengan gadis itu. Dan sialnya, tampaknya gadis itu sama sekali tak menyadarinya.

"SAKURA!"

Gadis itu segera terlonjak kaget ketika mendengar teriakan pemuda raven itu. Dan seketika tubuhnya terasa membeku ketika ia melihat sebuah mobil silver melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya, siap menghantamnya.

Sakura tidak tahu mengapa, hanya saja kakinya menghianati otaknya yang mengharuskannya berlari saat itu juga. Kakinya terasa terpaku di jalan itu, tak mau bergerak selangkahpun. Iapun hanya dapat pasrah seraya menutup matanya ketika dirasakannya sesuatu menariknya dan mendekapnya begitu erat, dan sedetik kemudian tubuhnya dan apapun-itu-yang-memeluknya terasa terbang.

"SASUKE! SAKURA-CHAN!"

OooooooooooO

"Kau bebas sekarang! Tapi bila kau melakukan tindakan kriminal lagi, kami tak akan segan-segan memenggal lehermu!" seorang pria berpakaian seragam polisi mengeluarkan seseorang dari dalam sel seraya mendegus sebal.

"Hn."

Polisi itu menggelengkan kepala, "Dan satu lagi, Gaara. Tadi ada seorang pria tua mencarimu, dan katanya dia akan menunggumu di kafe dekat sini. Dia bilang, dia temanmu." katanya jengah. Raut wajahnya tampak malas, kontrs dengan tubuhnya yang kurus kering.

Gaara—begitulah pemuda berambut merah tampan itu dipanggil—hanya mendengus pelan mendengar kata-kata polisi tersebut. "Cih, teman?"

-

-

Gaara menatap pria tua di depannya dengan malas. "Polisi bilang kau mencariku. Ada apa?" ditatapnya wajah keriput pria itu. Pria tua itu tampak sayu, kontas sekali dengan tubuhnya yang gemuk berisi itu.

"Ya, ya. Ada misi baru untukmu, Gaara. Kau harus bersyukur karena kau masih dipakai walau sudah meringkuk di penjara, hahaha!" pria itu tertawa cukup keras hingga tubuhnya berguncang-guncang.

Gaara terlihat sedikit antusias mendengar kata 'misi'. Sudah lama sekali ia tak merasakan ketegangan ketika adrenalinnya terpacu saat membunuh sesorang, atau sekedar menganiayanya. Seraya menenggak red-wine miliknya, ditatapnya pria gempal itu dengan mata yang menyala karena semangat, "Apa misiku kali ini?"

"Kau tahu gubernur Haruno Morito, 'kan?" katanya sambil menyeringai.

Gaara mengangguk pelan.

"Kau ditugaskan membunuh putri semata wayangnya, Haruno Sakura."

To Be Continued…


Terima Kasih Atas Kesediaannya Membaca.

---Myuuga Arai---