MY TRUE FEELS

Disclaimer : Eiichiro Oda-sensei

Warning : Gaje, OOC, (maybe) typos, hasil pikiran nista author, Shonen-Ai, dll.

Don't like don't read

.

.

.

.

CKLEK!

"Cih, sial! Ini sudah terlalu larut".

Trafalgar D. Water Law mengunci ruang kerjanya dan menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah cepat. Seharusnya, dia tak pulang selarut ini, 'apa yah yang 'dia' lakukan dirumah sendirian jika aku pulang selarut ini?'. Begitu mungkin pikirnya. Ia khawatir padanya, ia takut terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan jika meninggalkannya sendirian di apartemennya.

"Eh! Law, sepertinya kau terburu-buru sekali? Khawatir padanya lagi ya? Shu ro ro ro". Ujar rekan kerjanya, Caesar Clown dengan asistennya, Monet berlari menyusul Caesar sambil membawa beberapa dokumen.

"Huft, aku sedang tak ada urusan denganmu, Caesar. Maaf, aku sedang buru-buru".

"Ya ampun Law-kun, usianya 19 tahun dan kau masih menganggapnya seperti bocah balita". Ujar Monet dengan senyum simpul.

"Ya memang, walaupun begitu dia ceroboh dan tumpul jadi tak salah kalau aku mengkhawatirkannya". Jawab Law seadanya sambil melangkah cepat meninggalkan keduanya.

"kalau begitu sampai jumpa besok, Law! Aku titip salam untuknya! Shu ro ro ro". Jawab Caesar dengan tertawanya yang khas. Diikuti dengan anggukan pelan dari Law.

.

.

.

'Tak ada suara berisik, lampunya juga mati… Sedang apa dia didalam?'. Tanpa basa-basi Law membuka pintu apartemennya dan masuk dengan buru-buru.

'Gelap'. Belum sampai ia menekan tombol saklar lampu didekat pintu, seseorang menabraknya dan memeluknya.

"Torao!".

"Ah, Luffy-ya?". Ditekannya tombol saklar lampu dan memang benar itu dia, Monkey D. Luffy yang sedang memeluknya dengan cengiran khasnya.

"Aku sudah menunggumu! Apa sih yang kau lakukan dirumah sakit? Banyak orang yang ingin dibedah ya?".

"Banyak hal yang harus aku lakukan disana hari ini, kenapa kau matikan lampu?".

"Shishishi, tadinya aku mau mengagetkanmu tapi sepertinya tidak berhasil ya?".

"Baka, aku membawakan makanan kesukaanmu". Ujar Law sambil membuka sebuah bungkusan.

"Apa itu! Daging, daging, daging! Yey!". Teriak Luffy girang.

"Aku mampir sebentar ke restaurant dan membelinya, aku tau kau belum makan, apalagi kau tak bisa memasak".

"Makasih! Ayo Torao! Kita makan bersama". Ujar Luffy girang sambil menarik tangan Law menuju meja makan.

.

.

.

Sudah lebih dari tiga bulan apartemennya tidak sepi dan suram seperti sebelumnya sejak kedatangan bocah kelewatan aktif ini. Hari-hari Law dilewati dengan senyuman. Yah, walaupun pertama kali ia sama sekali tak menyukainya karena ke-hiper aktifannya, suara ributnya dan oh! Jangan lupa dengan selera makannya yang berada diatas rata-rata orang normal. Tapi, karena Luffy ia merasa ia mempunyai tempat untuk berbagi, hidupnya tak lagi sesuram sebelumnya, dan berbagai macam rasa khawatir seperti ini baru ia rasakan ketika memiliki Luffy. Yah, walau kadang Law berlebihan.

Garp kakek Luffy, menitipkannya pada Law karena Luffy dikuliahkan disana. Entah, tapi ia sangat mempercayainya pada Law, putra sahabat karibnya yang sudah meninggal saat Law masih kecil. dan sejak saat itu Law diasuh olehnya. Ia pikir, mungkin Luffy bisa menjadi orang yang hebat seperti Law yang sekarang adalah dokter bedah dirumah sakit terkenal didistrik Punk Hazard. Walau usianya masih terbilang cukup muda.

"Torao, Ini pasti mahal yah?". Tanya Luffy yang seketika menghentikan aktifitas makannya.

"Memangnya, kenapa?". Jawab Law datar. 'Padahal tadi ia bersemangat ketika melihat aku membawakan makanan ini untuknya'. Pikir Law.

"Kau tak perlu repot-repot! Aku ada uang kiriman dari Kakek untuk menghidupiku".

"Hei, tenang saja. Tak usah merasa tak enak begitu, Luffy-ya, kita 'kan bersaudara. Kurasa tak apa kalau aku sekali-kali melakukan ini untukmu."

"Sekali-kali? Hampir setiap kau pulang kerja, aku dibelikan makanan. Apa ini tak menguras hasil kerja kerasmu?".

"Ceh, aku ini dokter, makanan seperti ini takkan menguras uangku".

"Jadi sekarang kau sombong karena gajimu besar?". Ucap Luffy cemberut.

"Bu-bukan begitu, Luffy-ya". Ujar Law sambil mencubit pipi chubby Luffy dan yang dicubit hanya bisa mengaduh tak berdaya.

"Aw, Kau ini! Ugh… Lalu?". Ujar Luffy sambil mengelus pipinya yang masih terasa sakit.

"Mungkin, karena aku menyayangimu". Ujar Law sambil tersenyum.

"Bercandamu tak lucu". Ujar Luffy cemberut dengan apa yang Law katakan.

"Ah! Sudahlah, bereskan ini, bersihkan dirimu dan pergi tidur, ini sudah larut malam. Lagipula kau ada jam kuliah 'kan besok?". Sergah Law mengganti topik pembicaraan.

"Ah! Ya!". Jawab Luffy sambil menumpuk beberapa piring dan membawanya ke dapur.

.

.

.

Setelah mengenakan sweater bermotif garis kesukaannya Luffy berbaring di ranjang diikuti dengan Law yang berbaring tepat disampingnya yang hanya mengenakan T-shirt dan boxer. Ya, memang di apartemen ini hanya ada satu kamar tidur dan satu ranjang besar, Law tak mau menambah jumlah kasurnya atau pindah ke kamar lain yang mempunyai 2 kamar hanya karena kedatangan Luffy, akan sangat merepotkan dan uang yang ia keluarkan bakal sia-sia.

"Bakal dingin lho, kalau Torao hanya mengenakan T-shirt dan boxer saja". Ujar Luffy menarik selimutnya.

"Nah, kalau begitu aku harus ikut berselimut bersamamu". Jawab Law menutup dirinya dengan selimut yang sama dan kemudian menarik Luffy kedalam dekapannya. "Begini, akan lebih hangat".

"Ugh! Torao!". Protes Luffy, tadinya Luffy merasa tak nyaman pertama kali Law memeluknya dan selalu menghindar. Tapi, apa daya Law selalu melakukannya dan Luffy mulai lelah untuk menghindar darinya.

"Kau ini lucu sekali kalau sedang cemberut, wajahmu bundar! Nanti tambah bundar lagi". Goda Law mencubit pipi Luffy. Tidak, ia tidak menggoda hanya karena ingin mengejek, tapi jujur dalam dirinya ia benar-benar merasa bahwa adik tak kandungnya ini bernar-benar lucu, bahkan, manis. Law sadar bocah yang ada didekapannya ini, bocah yang membuat hantinya menjadi lunak ini, sangat ia sayangi.

Bukan sekedar menyayangi karena ia adalah saudara tirinya. Tapi, mungkin Trafalgar D. Water Law sudah terlanjur mencintai sang otoutonya ini. Law tahu ini tak seharusnya terjadi, Law tahu ini tak normal, tapi yang namanya perasaan seperti ini tak bisa ia hilangkan secepat itu. Lagipula, perasaan ini datang sendiri bukan? Jadi biarlah.

"Ugh! Sakit..! berhenti mencubitku!".

"Habis, kau lucu sih, Luffy-ya".

"Eh?". Tiba-tiba Luffy terkejut dan menarik kerah T-shirt Law.

"Hei! A-apa yang kau mau lakukan! Lu-!". Ujar Law gelagapan.

"Kau menambah Tatomu lagi yah?!". Selidik Luffy sambil mengelus dada Law dengan tato bergambar hati terukir diatasnya.

'kukira dia mau melakukan apa…'. Pikir Law sambil menenangkan dirinya. "I-iya, tak masalah 'kan? Dan. Hei, jangan kau elus dadaku seperti itu". Protes Law sambil menyingkirkan tangan Luffy, bisa-bisa dia 'bangkit' dan tak bisa mengendalikan diri.

"Tak apa, aku hanya penasaran, kau suka sekali mengukir tubuhmu dengan tato. Lagipula, apa ini artinya? Gambar hati atau love?".

"Hmm, mungkin menggambarkan perasaanku padamu". Ujar Law sambil menyeringai.

"Torao! Tidak lucu! Berhentilah bercanda yang begituan". Ya, memang Luffy hanya mengira bahwa kakak tirinya ini bercanda, walaupun nyatanya ia mengatakannya dengan sejujur-jujurnya.

'aku mengatakan yang sebenarnya kok, Luffy-ya'. Batin Law."Ah! Sudah, sudah! Tidurlah, sudah larut". Paksanya sambil mengeratkan dekapannya pada Luffy.

"huh! whoam, ugh…. Malam, Torao-nii".

"Malam, Luffy-otouto, mimpi indah".

Dan tak lama kemudian keduanya telah tenggelam dalam kegelapan masing-masing.

.

.

.

Yohohoho! ( Saya bukan Brook ) Kyaa! Apaan ini? Nista banget! Pendek yahh? Law OOC banget… Tapi, memang sulit sih bikin ga' OOC ya biarlah… Ini Fic pertama saya sebagai newbie disini, Hmm… Mungkin masih banyak typos dan hal-hal nista lainnya disini tapi saya harap para readers sekalian bias nikmatin dehh…

Rencana bakal bikin 3 chap, newbie langsung bikin chapter-chapteran… Tapi ga' pa-pa soalnya bakal panjang nanti. Still really need some comment from senpai-senpai semua agar bisa lebih berkualitas lagi ya, one last word.. Mind to review?