Title : [애별리(Love, Separate, Leave)] Chapter 1 - Haegeum

Genre : Saeguk, Shounen-ai

Rating : T

Length : Chaptered with 3.155 words

Author : leenahanwoo

Pairing: Kid x Law

Cast : Eustass Kid, Trafalgar Law and OC

Warning : SHO-AI Content ! Don't like don't read ! OOC-ness is everywhere !

Disclaimer : All One Piece casts are Eiichiro Oda-sama's. This story and OC are mine.


Glossary


Haegeum : Jenis alat musik gesek tradisional yang berasal dari Korea. Haegeum adalah jenis rebab yang diadaptasikan dari rebab Cina dan masih sejenis dengan erhu, xiqin, dan erxian.

Gibang : rumah pelacuran

Mohwagwan : Aula tamu untuk menyambut para utusan dari China

Gisaeng : Kisaeng, gisaeng atau ginyeo, adalah wanita yang berprofesi sebagai penghibur di Korea pada zaman Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon

Doseong : Ibukota Joseon

Hanja : Huruf yang dipinjam Korea dari Bahasa Cina dan dimasukkan dalam bahasa Korea lengkap dengan pengucapan Korea

Ahjussi : Paman (bukan dalam ikatan sedarah)

Hanbok : Pakaian tradisional masyarakat Korea

Baeja : Tompi tanpa tangan

Naeuri : Tuan (untuk yang berkedudukan menengah hingga paling rendah, Pejabat Senior tingkat 3 hingga Pejabat Junior tingkat 9); juga digunakan oleh orang biasa dan masyarakat menengah ke bawah untuk memanggil/menyebut para bangsawan

Daegam : Tuan (untuk yang berkedudukan sangat tinggi; Pejabat Senior tingkat 1 dan tingkat 2)

Yeonggam : Tuan (untuk yang berkedudukan menengah; Pejabat Senior tingkat 2 dan tingkat 3)


##++~ Love, Separate, Leave ~++##


Sepoi angin menerpa dedaunan yang bertengger di pohon maple yang menguning. Burung-burung kecil terbang rendah, memulai hari lebih awal. Di bawah pohon maple yang berusia hampir seratus tahun, berdiri paviliun kecil tempat para pemusik istana berlatih keras. Bangunan itu kosong, hanya berisikan beberapa alat musik yang baru saja dirapikan. Samar-samar, suara haegeum mengalun sedih.

Sesosok pemuda tengah memainkan haegeum dengan kemampuan seadanya, berbekal ajaran salah seorang pemusik istana yang selalu memperhatikan dan menyayanginya layaknya seorang anak. Dia memakai pakaian budak, berwarna hijau pudar dari bahan berkualitas rendah. Duduk bersebelahan dengan alat musik yang berjejer rapi, dia mengalunkan nada-nada melalui haegeum di tangannya.

Di antara nada, dia kembali terkenang kisah hidupnya. Dia lahir sebagai anak seorang budak di sebuah gibang. Kala itu, Cina mengirimkan utusannya dalam urusan politik kedua negara. Kedatangan rombongan Kekaisaran Cina disertai kedatangan para pedagang melalui Jalur Sutera, yang mempererat hubungan kedua negara dari segi ekonomi. Para pedagang besar Cina dijamu dengan mewah di Mohwagwan, sementara para pedagang kecil hanya mendapatkan penyambutan di berbagai gibang, termasuk para pedagang dari Eropa dan luar Cina. Namun masalah lain pun muncul; jumlah gisaeng yang ada tidak sebanding dengan banyaknya pedagang yang memenuhi gibang saat itu, menimbulkan protes dari para pedagang dan mereka pun membuat kerusuhan hampir di semua gibang di Doseong. Sebagian besar gibang yang berada di ibu kota dihancurkan, dibakar, dan para gisaeng serta para budak diperkosa dengan kejam. Ibunya menjadi salah satu korban kerusuhan yang terjadi pada saat itu. Dia yang hanya seorang budak pencuci pakaian para gisaeng, dipaksa melayani nafsu pedagang yang mabuk dan menggila di tengah kerusuhan.

Petugas kepolisian dibantu para tentara istana dengan cepat mengamankan situasi, namun kerugian yang ditimbulkan begitu besar sehingga Raja Hyeonjong memerintahkan untuk mengusir semua pedagang dari luar Joseon. Keadaan kembali damai, namun efek dari kerusuhan tersebut masih terus berlanjut. Belasan gisaeng yang tak mampu menghadapi trauma setelah kerusuhan ditemukan bunuh diri, atau melarikan diri. Para budak yang diperkosa dan ketahuan hamil pun langsung diusir dari gibang tempat mereka bekerja. Termasuk ibunya.

Dia lahir di desa para budak tempat ibunya mengungsi setelah diusir secara kejam oleh pemilik gibang. Tapi dia berbeda. Rambutnya sama hitam dengan kulit kecokelatan khas budak. Namun garis wajah, rahang, bahkan postur tubuhnya tak menunjukkan ras yang sama dengan yang lainnya. Iris matanya yang berwarna keperakan membuat semua orang di desa rakyat jelata menyebutnya anak siluman. Darah yang mengalir di tubuhnya bukan berasal dari ras yang sama, dan mereka membencinya karena hal itu. Hanya sang ibu yang selalu menghiburnya, dan mengatakan bahwa dia bahagia memilikinya, tak peduli dia berbeda dari semua orang.

Ketika sang ibu meninggal karena wabah epidemi yang melanda desa tersebut, dia berpikir ingin ikut menyusul sang ibu. Dia pun telah terkena penyakit epidemi itu, jadi apa salahnya jika ia ikut mati bersama para korban yang lain? Tak ada yang menyayangi dirinya apalagi menangisi kepergiannya. Namun seorang tabib istana baik hati menyelamatkan nyawa dan menyembuhkannya, lalu mengajaknya tinggal di kediamannya sebagai budak. Sang tabib mengajarinya ilmu pengobatan sedikit-sedikit, juga membaca huruf hanja.

Kebahagiaannya tak berlangsung lama. Selang dua tahun, tabib istana itu dibunuh tanpa sebab yang jelas. Polisi menyatakan sang tabib dibunuh karena perampokan, padahal sebetulnya ia dibunuh oleh sebab politik. Keluarga tabib itu pindah ke provinsi lain, dan para budak milik tabib dikembalikan ke pemerintahan. Entah bagaimana dia pun dimasukkan ke dalam daftar budak yang akan dikirimkan ke Biro Musik Kerajaan, dan sejak saat itu ia bekerja di sana.

"Ternyata kau yang memainkan haegeum di waktu fajar seperti ini."

Pemuda itu terkejut bukan kepalang. Seorang pengawal kerajaan berhasil memergokinya, dan itu bukan pertanda baik. Dengan segera ia menyembunyikan haegeum itu ke balik badannya. Dia hanyalah seorang budak, yang tak berhak memainkan alat musik milik istana. Ketakutan menjalari tubuhnya, dan membuatnya menunduk kaku.

"Mengapa berhenti?" tanyanya.

Tentu saja dia harus berhenti. Dia akan dihukum berat jika sampai ketahuan memainkan alat musik milik istana. Dan pengawal kerajaan ini pasti akan melaporkannya kepada penga …

"Aku tidak akan melaporkanmu, tenang saja."

… was? Dia mengangkat kepala sedikit lalu memicingkan mata curiga. Pengawal ini tiba-tiba muncul dan memergokinya, tapi berkata tidak akan melaporkannya? Siapa yang akan percaya?

"Aku hanya seorang pengawal biasa. Tidak ada petugas di Biro Musik yang akan menanggapi sekalipun aku melaporkanmu."

Dan bahkan membaca pikirannya? Pemuda itu lalu berpikir bahwa si pengawal kerajaan seharusnya menjadi cenayang dan bukannya seorang pengawal.

"… b-benarkah?" Dia pun akhirnya membuka suara.

"Tentu. Kau bisa percaya padaku."

Yang benar saja. Ini bahkan baru kali pertama mereka bertemu. Lalu bagaimana dia bisa mempercayai pengawal kerajaan yang berdiri di hadapannya ini?

"Lanjutkan saja permainanmu. Itu bagus sekali. Kalau saja kau bukan budak, kau pasti bisa menjadi pemusik istana." Pengawal itu tersenyum lebar. Entah itu memang senyuman atau sebuah seringai, pemuda itu tak bisa menebak.

Dengan enggan dia menanggapi, "Terima kasih," dengan setengah berbisik.

Pengawal itu mengangguk, kemudian berbalik. Si pemuda sedikit bernapas lega, kejadian barusan terlalu mengejutkan untuknya. Selama ini dia selalu bermain haegeum sembunyi-sembunyi, dan untungnya tidak ada yang pernah melihat ataupun memperhatikan. Jika tiba-tiba ada pengawal kerajaan yang sampai mendengar suara haegeum yang ia mainkan … tunggu, bagaimana mungkin ada pengawal kerajaan yang berkeliling hingga ke Biro Musik di pagi buta seperti ini? Areal biro kerajaan bukanlah wilayah yang biasa dimasuki oleh pengawal kerajaan. Apa mungkin orang ini …

"Oh ya." Si pengawal menghentikan langkahnya, lalu menoleh kembali ke arah pemuda itu, membuatnya mengernyit takut sambil memeluk erat haegeum di dalam dekapan.

"Y-ya?"

"Lain kali jika kau memainkan haegeum lagi, pastikan kau memainkannya di saat semua orang sedang terlelap. Jika Yang Mulia Raja atau pangeran kerajaan sampai mendengarnya, bukan tidak mungkin kau dijadikan selir kerajaan." Dan kemudian dia berjalan menjauh sambil tertawa.

Sial! umpatnya dalam hati. Dasar pengawal kerajaan kurang ajar!


##++~ Love, Separate, Leave ~++##


Di dekat sumur milik Biro Musik, tampak 3 orang budak sedang mencuci pakaian seragam para pemusik istana. Satu orang mencuci, orang kedua membilas pakaian, dan yang lainnya menjemurkan pakaian di pelataran. Budak yang mencuci pakaian sesekali menyeka keringat, sinar matahari menyengat kulit walau waktu masih dini.

"Law, kau kerjakan yang lain saja. Biar aku yang melanjutkan mencuci pakaian," ujar pria paruh baya yang baru selesai membilas pakaian.

Pemuda yang sedang mencuci pakaian itu menoleh lalu mengernyit. "Eh? Tapi ini pekerjaan rutinku juga."

"Kau selalu bekerja sampai larut setiap malam. Jangan terlalu memaksakan diri." Kemudian dia mengambil wadah cucian di hadapannya dan mulai mencuci. "Tak apa, kau beres-beres saja di paviliun sana."

"Ahjussi, bagaimana jika nanti sakit pinggangmu kambuh lagi? Ayolah, biarkan aku mencucinya sampai selesai."

"Pengawas Hwang pasti akan mencarimu sebentar lagi. Para pemusik istana akan segera berangkat ke Mohwagwan, bukan? Mereka …"

Belum selesai si pria paruh baya berbicara, sebuah teriakan sayup memanggil nama si pemuda dengan nada kesal, membuat pemuda itu mendesah lelah.

"Iya, aku di sini!" Lalu dia berdiri dan beranjak dari area mencuci pakaian.

Dari jauh, sosok Pengawas Hwang yang pendek terlihat tergopoh-gopoh menuju tempat Law berdiri. Pengawas itu memakai hanbok berwarna biru muda dengan baeja biru tua yang senada khas seragam pengawas Biro Musik Kerajaan. Dengan muka penuh amarah, dia mendekati Law dan langsung memukul kepala pemuda itu, yang kemudian membuahkan erangan protes.

"Bocah ini! Kau mau membuatku sakit kepala, hah?" cecar Pengawas Hwang.

"Naeuri, mengapa Anda memukul saya?" protes Law sembari mengusap-usap kepalanya yang berdenyut.

"Kau memainkan haegeum tadi malam di paviliun?"

Pertanyaan itu membuat Law membelalakkan matanya saking terkejutnya.

"N-naeuri, b-bagaimana Anda bisa tahu? Apakah ada yang … melaporkan saya?" ujarnya dengan suara memelan.

Pemuda itu mendelik ngeri. Apa ada yang melaporkan dirinya? Apa dia akan dihukum berat karena ketahuan memainkan alat musik milik istana? Tapi pengawal kerajaan itu sudah berjanji tidak akan melaporkannya kepada siapa pun. Atau jangan-jangan dia berbohong? Sudah kuduga dia memang tidak bisa dipercaya, umpat Law dalam hati.

"Untungnya tidak. Tapi salah satu haegeum di paviliun tidak bisa dipakai karena senarnya putus. Dan Kepala Biro marah besar sampai menyuruh kami para pengawas untuk mencari tahu siapa saja yang memakai haegeum dan alat musik lainnya. Apa-apaan itu?" Pengawas Hwang mendengus kesal. "Dan kau adalah salah seorang yang memakainya, bodoh. Tentu saja aku turut mencurigaimu."

Hal itu membuat Law sedikit lega; Pengawas Hwang bukan memarahinya karena dia memainkan alat musik istana, dan si pengawal kerajaan itu ternyata menepati janji untuk tidak melaporkannya. Namun pemuda bermata keperakan itu tetap mengerucutkan bibir sebal karena dituduh merusak alat musik yang selalu dia rawat baik-baik. "Sekarang katakan pada saya, haegeum yang mana yang rusak kali ini? Haegeum milik Pemusik Cheon-kah?"

Kali ini Pengawas Hwang yang melotot tak percaya. "Kau … bagaimana bisa kau tahu?"

"Bukankah saya sudah bilang kepada Anda bahwa haegeum milik Pemusik Cheon perlu dicek dan diperbaiki? Tapi Anda tidak kunjung membawanya. Tentu saja sekarang senarnya putus." Law tersenyum penuh kemenangan. "Jadi bukan salah saya jika haegeum itu tidak bisa dipakai."

Lima detik lamanya hingga pria yang menjabat sebagai pengawas para budak itu meringis karena malu akan kelalaiannya. Betul saja, ia baru ingat bahwa pemuda ini telah memberitahunya untuk membawa haegeum itu ke tukang reparasi dua minggu yang lalu, tapi dia melupakan hal tersebut. "Baiklah, baiklah. Kuakui ini salahku."

"Jangan marahi saya lagi tanpa bukti yang jelas, naeuri."

"Iya, aku tahu. Nah, sekarang kau bersiap-siap. Kau akan ikut ke Mohwagwan."

"Apa?" Law berseru. "Mengapa saya harus ikut ke sana?"

Bukan tanpa alasan Law tidak menyukai tempat itu. Awal mula kelahirannya disebabkan oleh Mohwagwan yang terlalu penuh dan Joseon yang tak mampu melayani para rombongan pedagang dari Cina dengan baik, membuat mereka meradang marah dan membuat keonaran. Dia telah membenci tempat itu sejak sang ibu menceritakan kisah hidupnya. Bahkan ketika Law menjadi budak di Biro Musik, yang notabene selalu mendapat tugas untuk menghibur para utusan dari Cina, dia tidak pernah mau menginjakkan kaki ke Mohwagwan. Pemuda itu akan meminta budak lain untuk menggantikan dirinya, atau dia akan mencari kesibukan lain sehingga Pengawas Hwang tidak bisa mengirimnya ke sana. Dan kali ini sang pengawas memintanya ke sana? Aku tidak mau, tekadnya dalam hati

"Karena senar haegeum milik Pemusik Cheon putus, aku menyuruh salah satu budak yang seharusnya ikut dalam rombongan ke Mohwagwan untuk pergi ke tukang reparasi. Jadi …"

"Ye? Tapi saya masih banyak pekerjaan, naeuri," tolaknya.

Pengawas Hwang melihat pekerjaan mencuci sudah diselesaikan oleh kedua budak yang sekarang sedang menjemur pakaian. Gudang penyimpanan alat musik juga sudah dibersihkan sejak pagi. Tidak ada alasan bagi Law untuk menolak. "Aku tahu semua pekerjaanmu sudah beres. Tidak ada penolakan. Pokoknya kau harus ikut."

"Naeuri, aku tidak mau ikut!"

Protes itu terbungkam karena Law telah diseret pergi oleh pengawas bertubuh pendek itu.

.

.

Law benci dengan Mohwagwan. Tapi harus dia akui, bahwa aula itu sangatlah luas dan indah. Mohwagwan merupakan perpaduan yang apik antara arsitektur Cina dan pernak-pernik penghias khas Kerajaan Joseon, membuat siapa pun terkagum-kagum melihat cantiknya perpaduan kedua budaya. Aula luas itu telah dipersiapkan untuk menampilkan semua pertunjukan musik dan tari yang indah dari para gisaeng kerajaan. Di sekitar Mohwagwan telah dikelilingi oleh prajurit yang mengawal para utusan dari Cina. Mereka berjaga di setiap sudut, memastikan keamanan para utusan, petinggi kerajaan dan para bangsawan terjamin. Pemuda itu juga melihat beberapa puluh pengawal kerajaan juga ikut berjaga di sana; sedikit aneh karena biasanya yang bertugas menjaga area ini adalah prajurit dari Biro Investigasi Kerajaan. Namun tentu saja itu bukan urusannya, dan Law kembali fokus pada pekerjaannya untuk mempersiapkan para pemusik istana yang sebentar lagi akan tampil dalam pertunjukan.

"Ayo semua segera bersiap! Tari pertama akan segera ditampilkan ke atas podium," seru Pengawas Jung memanggil para pemusik.

Dengan segera Law merapikan pakaian Pemusik Yong, pemusik terakhir yang dia tangani. Para budak lain juga segera menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing setelah mendengar seruan tersebut. Para pemusik pun memasuki areal pertunjukan, dan para gisaeng kerajaan mengambil posisi di atas podium tengah. Para budak dari Biro Musik berdiri tak jauh dari podium musik yang berhadapan dengan podium tengah, bersiaga jikalau ada yang dibutuhkan oleh para pemusik istana. Para utusan dari Cina duduk di sisi kanan podium, beberapa bangsawan termasuk menteri tingkat pertama menduduki areal depan, sementara petinggi Kerajaan Joseon lainnya berada di sisi kiri. Raja Sukjong belum hadir di hari pertama ini. Menurut para pemusik, biasanya sang raja akan datang setelah hari ketiga atau ketika beliau senggang. Dan pemuda berambut kelam itu masih sedikit mempertanyakan mengapa pengawal kerajaan bertugas menjaga Mohwagwan, sementara tugas utama mereka adalah melindungi sang raja dan keluarga kerajaan.

"Law, kau sakit?" tanya seorang budak yang berdiri di samping Law.

Pemuda itu baru menyadari bahwa dirinya berpikir terlalu dalam hingga termangu. "Ah tidak, aku tidak apa-apa. Aku hanya … menikmati musiknya."

"Begitukah? Tapi Law," dia mendekat lalu menarik lengan baju Law dengan tangan setengah gemetar, "tidakkah kau merasa ngeri melihat para pengawal kerajaan memenuhi Mohwagwan? Jika Yang Mulia Raja ada di sini, tentu hal ini tidak aneh, bukan? Tapi Yang Mulia pun belum datang

menyambut …"

Ya, dia juga merasa ganjil sejak dirinya menginjakkan kaki di sana. Mungkinkah ada pertikaian tak kasat mata antar kedua kerajaan? Ataukah …?

"Dan lagi, tidakkah kau merasa aneh dengan salah satu pengawal kerajaan di sisi kiri Menteri Pertahanan? Dia sesekali melirik ke arahmu."

Ucapan budak itu membuat Law melirik ke arah si pengawal kerajaan yang dimaksud. Matanya membulat horor saat mengetahui siapa orang itu. Si pengawal kerajaan kurang ajar! Pemuda itu menggigit bibir sebal. Walaupun dia tahu bahwa pengawal itu tidak melaporkannya kepada Pengawas Hwang, tetapi tetap saja dia merasa risih. Di tengah rasa kesal saat mengingat kejadian itu, si pengawal kerajaan menoleh kembali dan tatapan mereka pun bertemu. Law mendengus lalu membuang muka, namun dia masih sempat melihat senyum lebar di wajah pengawal kerajaan itu. Senyum yang sama yang dia ukirkan di waktu fajar yang lalu.

.

.

Pertunjukan musik dan tari persembahan dari Biro Musik Kerajaan terbilang cukup berhasil membuat para utusan senang. Mereka terlihat tertawa dan berbincang hangat saat berinteraksi dengan petinggi Joseon. Para pemusik istana, gisaeng dan pengawas berkumpul di salah satu sudut aula, begitu juga dengan para budak.

Sementara pimpinan dan wakil kepala Biro Musik masih bersenda gurau dengan salah satu utusan dari Cina dengan bahasa seadanya (dan Law memutar mata bosan melihat kebodohan keduanya memakai bahasa isyarat karena tidak tahu apa yang harus mereka ucapkan). Entah apa yang mereka bicarakan, namun beberapa kali sang wakil kepala melirik ke arah Pengawas Hwang dengan tatapan mesumnya. Benar saja, tak lama berselang, Wakil Kepala Oh memanggil pengawas para budak dan gisaeng itu. Mereka berdiskusi tak lebih dari lima menit, dan wajah Pengawas Hwang berubah pucat. Dengan langkah gontai, dia mendekati Law dan memanggil salah satu gisaeng yang paling muda di antara yang lain.

"Law …." Dia menarik lengan pemuda itu.

"Na-naeuri, apa ada masalah?" Dia menatap sang pengawas dengan cemas. Apa para pimpinan itu menyuruh Pengawas Hwang melakukan hal yang tidak-tidak? pikirnya.

"… Bawa Geum ke kamar Jin daegam."

"Ap …?" Law hampir saja berteriak kalau saja dia tak cepat-cepat menutup mulut dengan kedua belah tangannya. Benar saja tebakannya, mereka memang pimpinan yang tidak bermoral. "Tapi, naeuri, ini melanggar peraturan. Gisaeng kerajaan tidak boleh …"

"Lebih baik kita melanggar peraturan daripada kedua pimpinan sialan itu menendang kita dari Biro Musik. Sekarang tutup mata dan mulutmu, dan turuti saja perintah ini sebelum mereka memukul kita berdua di kantor biro." Pengawas Hwang langsung memotong perkataan Law sambil mengusap wajah dengan putus asa. "Geum, kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?"

Geum, gisaeng muda itu mengangguk tanpa banyak bicara. Sudah menjadi kewajibannya untuk menuruti perintah pengawas dan kepala Biro Musik, tak bisa menolak walaupun ingin. Law cukup sedih melihat para gisaeng kerajaan pun masih diperlakukan secara tidak manusiawi. Mereka memang segolongan dengan budak dan tukang jagal, tapi mereka jauh lebih bermartabat dan terdidik dengan baik jika dibandingkan dengan para budak buta aksara. Sayangnya masih banyak yang memandang mereka sebagai objek dan budak seks.

Dengan berat hati, pemuda itu pun pergi mengantar sang gisaeng kerajaan ke paviliun kediaman Jin daegam setelah mendapat arahan dari Pengawas Hwang. Paviliun itu berada di bagian paling belakang dari Mohwagwan, kamar ketiga dari sayap kiri. Ketika dia tiba di kamar yang dimaksud, Jin daegam dan Kepala Biro Perjamuan dan Pesta sedang berdiri di depan pintu kamar, berbicara dalam bahasa Cina dengan sangat akrab. Tampak keduanya sudah saling mengenal sejak lama, tapi pembicaraan yang mereka lakukan terlihat cukup serius.

"Oh, gisaeng yang kupesan sudah datang," ujar Jang yeonggam dengan seringai lebar, lalu menarik Geum supaya mendekati sang utusan. "Dan kau, pergilah. Sampaikan terima kasihku kepada Pimpinan Oh."

"Ye, yeonggam."

Law melihat Geum dibawa masuk oleh salah satu pelayan milik Jin daegam ke dalam kamar. Dalam hati dia berdoa semoga gisaeng muda itu hanya diperintahkan untuk menuangkan minuman dan menghibur utusan itu. Sebelum ia meninggalkan tempat tersebut, pemuda itu masih sempat mendengar pembicaraan serius kedua pejabat itu dalam bahasa Cina.

"Kau yakin bahwa benda itu ada di sana?"

"Tentu, Tuan. Salah satu bawahanku dari Pyongyang sudah memeriksa beberapa kali, dan salinannya tidak ada di kantor arsip di sana. Jadi seharusnya buku itu memang ada di Kantor Arsip Kerajaan."

"Bagus. Bawakan Arsip Registrasi itu, dan plakat pengakuan Putra Mahkota akan menjadi milik Joseon."

Jantung Law berdegup kencang saat mendengar sekilas pembicaraan mereka. Arsip Registrasi? Dokumen berisi catatan keamanan dan status kekuatan tentara milik Joseon? Mereka akan saling menukar dua dokumen penting milik kedua kerajaan? Konspirasi macam apa yang mereka lakukan? Pemuda itu berjalan cepat menjauhi tempat tersebut, tak berani berspekulasi lebih lanjut.

Saat Law berbelok untuk kembali menuju aula, samar-samar dia melihat sekelebat bayangan memasuki salah satu kamar, sosok tinggi dengan memakai pakaian pengawal kerajaan. Pemuda bermata keperakan itu mengernyitkan dahi melihat kelakuan mencurigakan itu. Apakah ada mata-mata yang menyamar menjadi pengawal kerajaan dan ingin mencelakai salah satu utusan Cina? Hatinya pun tergerak untuk mengikuti orang itu. Paling tidak dia ingin tahu apakah kecurigaannya benar atau salah.

Law melirik ke kanan dan kiri, dan memastikan bahwa tidak ada yang melihat tindakannya itu. Pelan-pelan, dia memasuki bilik berukuran sedang milik salah satu utusan dari Cina itu, berharap si pengawal kerajaan yang mencurigakan itu belum jauh dari jangkauannya. Kalau dia hanya sekadar mencuri, mungkin dia cukup mengatakan kepada Pengawas Hwang untuk melaporkan kejadian itu. Tapi bagaimana jika orang itu bermaksud mencelakai utusan itu? Mungkin bahkan sampai membunuhnya? Pemuda itu bergidik ngeri. Semoga saja pengawal itu tidak sadar jika dia sedang diikuti.

'Eh? Dia menghilang?' Law mengutuk dalam hati karena terlalu larut dalam pemikirannya. Tiba-tiba orang yang diikutinya hilang dari pandangan, membuat kedua mata keperakan itu bergerak ke sana kemari untuk mencari orang tersebut.

Dengan cepat ia bergerak lebih jauh ke dalam kamar, dan mendapati ruang tidur yang kosong. Hanya ada tempat tidur, meja dan kursi serta beberapa lemari dan laci di dalamnya, tanpa ada satu orang pun. 'Ini mustahil,' pikirnya lagi. Kecuali pengawal itu hanya halusinasinya saja, atau mungkin makhluk gaib. Sayangnya Law tidak pernah percaya hal yang tidak masuk akal, jadi dia memutuskan untuk memeriksa ruangan itu. Mungkin saja dia bersembunyi di balik lemari atau di bawah meja.

Baru saja Law akan melangkahkan kaki, sebuah tangan besar berkulit pucat membekap mulutnya, menahan pemuda itu untuk berteriak. Tangan lainnya menahan tangan Law dengan kuat, membuatnya tak bisa bergerak bebas. Degup jantung Law berdebar sangat kencang; ketakutan menjalari tubuhnya, namun dia tak mampu berbuat banyak dan lari dari cengkeraman itu. Apa orang ini akan mencelakainya juga?


TBC


Author's Note


Holaaaaa. Akhirnya saya bisa cuap-cuap di sini.

Terima kasih bagi para reader yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca fic pertama saya dengan pairing KidLaw dalam bahasa Indonesia. It's not like I don't want to write it in English, tapi para KidLaw shipper Indo butuh more love and attention, doesn't it?

Sudah lama berkecimpung di fandom ini, namun belum pernah sekalipun menelurkan … wait, saya bukan burung … menghasilkan fanfic untuk fandom kesayangan ini. Ini debut pertama, jadi harap maklum jika masih banyak kekurangan di sana-sini.

Mungkin ada yang heran, kenapa saeguk? Memangnya saeguk itu apa? Banyak sekali istilah non-Indo yang tidak dimengerti! Welp, selama bertahun-tahun saya stay di fandom kpop (khususnya Super Junior), dan kebetulan saya sedang addicted banget dengan drama saeguk (tema sejarah kerajaan Korea), jadi apa salahnya jika saya membuat fic ini dalam dunia yang sudah saya kenal sebelumnya? Untuk semua istilah yang bikin pusing, daftar istilah telah saya sediakan di bagian teratas, setelah disclaimer dan kawan-kawannya, jadi harap maklum para reader harus memutar otak peras keringat ketika membaca fic ini.

Pluuuuus, melalui note ini juga, saya ingin menyampaikan bahwa TELAH HADIR CHAT GRUP ANIME-KPOP, bagi para shipper yang suka anime + kpop. Bagi yang memiliki akun LINE, silakan add saya under the name leenahanwoo, dan nanti akan saya invite ke chat grup ini ^^ Mari kita lestarikan fandom anime dan kpop di bumi pertiwi Indonesia !

Anyway, last but not least, would you mind to leave any review?