Disclaimer: Anime/manga Kuroshitsuji milik Yana Toboso.
Warning: Anda akan banyak menemukan OOC (mungkin), Typo, dan kata kata yang berantakan. untuk itu, saya butuh KriSar (?) Para reader semua~ Tapi untuk sementara, mohon dimaklumi kejelekan saya dalam membuat FF pertama saya ini ^^"
Lelaki berkulit putih, seputih mutiara itu menarik perhatian di setiap jalan yang dilewatinya. Ditambah dengan busana keren yang dikenakannya, membuat setiap wanita yang menatap sedetik akan menatapnya sampai ia menghilang.
Biasanya, ia ditemani dengan mobil supernya yang masuk dalam 10 mobil paling mahal di dunia, Zenso ST1 50S. Namun feelingnya menolak untuk ditemani oleh mobil itu. Feelingnya hari ini berkata, lebih baik ia jalan saja, berjalan dengan kedua kakinya.
Ia juga tak menggenakan kacamata hitamnya..—Dan itu menyebabkan mata merah kecoklatannya dapat dilihat siapapun dengan jelas. Matanya menawan, dengan muka rupawan. Membuatnya terlihat sangat tampan. Pheromononenya sangat memikat, cewek maupun cowok, tua ataupun muda, ganteng atau jelek, pheromonenya menarik ketertarikan orang dengan membabi buta.
..Ia tengah jalan bermandikan pandangan orang orang di sekelilingnya. Mungkin mereka bertanya-tanya, "Mengapa ada artis Hollywood disini?" Tapi, tidak. Sebastian Michaelisbukanlah artis Hollywood atau semacamnya. Walau kenyataannya ia memang diincar banyak agency artis. Ia hanya seseorang yang diberkati dengan multitalenta, ketampanan, kekayaan, dan hal hal lain yang susah orang lain dapatkan.
Dengan mendadak, ia menghentikan langkahnya. Penglihatannya tertarik pada sekumpulan kerumunan orang. Seperti orang miskin yang tidak antri untuk mendapatkan sembako gratis. Namun kali ini tidak gratis dan bukan untuk orang miskin. Mereka malah bisa dibilang orang orang yang agak kaya, dan memperebutkan sesuatu dengan uang yang mereka punya.
"Apa yang mereka perebutkan?" pikirnya, bingung. Apa itu sesuatu yang memang pantas diperebutkan? Jika iya,apakah 'sesuatu' itu?
Hm … well, Ia tinggi. Setidaknya, lumayan. Ia pun jinjit sedikit, hendak melihat apa yang ada di ujung sana, apa yang diperebutkan orang orang itu. Sebuah sosok telah kelihatan. Sosok? Jadi itu sosok manusia? Mungkinkah … apa mereka menjual orang? Sebastian hanya menghelakan nafasnya. "Aku baru tau hal semacam itu masih berlaku di London,".
Ia mencoba menatap baik baik sosok tersebut. Bukan berupa bayang-bayang saja. Ia penasaran, apa orang itu menjual dirinya? Padahal jarang Sebastian menemukan hal semacam begini. Entah itu memang sudah tidak ngetrend, atau Sebastian yang jarang keluar rumah. Yang jelas, ia penasaran.
Dan, sosok itu mulai jelas dimatanya. Ia terkejut melihat sosok tersebut. Sosok yang sangat cantik, pikirnya. Pantas saja orang orang memperebutkannya, Wajah yang dapat membuat Sebastian terpana pada pandangan pertama. Walau sosok itu bukan perempuan, melainkan lelaki.
Ia menatap dalam sosok tersebut. Sosok anak lelaki dengan rambut kelabu. Bahunya kecil, ia mungil. Seperti anak perempuan. Sulit mendapati dia perempuan atau lelaki, tapi Sebastian langung mengenali, anak berambut kelabu itu lelaki. Dan ia bukan menjual dirinya, melainkan dijual.
Awalnya, lelaki berpheromone itu tak tertarik. Namun ia mulai melongo ketika rambut kelabu itu dipaksa untuk mengangkat mukanya yang tadinya menunduk. Nampaklah warna biru safire di dalam matanya. Bola matanya yang besar, membuatnya imut. Bibirnya kecil, tipis. Walau menggenakan baju lusuh, tapi kecantikan mukanya tak bisa disembunyikan. Sejenak, Sebastian berpikir, "Ia manusia, dan aku tau itu. Tapi untuk beberapa saat, kupikir ia boneka."
Sebastian yang daritadi menatap lelaki mungil itu langsung pecah pandangannya ketika siku seseorang mengenainya. Ia mengalihkan pandangan ke lelaki di sisinya. Lelaki yang tak dikenalnya itu terdengar kesal. "Sial, Aku takkan bisa melawan bayaran sebesar itu," Gumamnya.
Sebastian mendengarnya, dan bertanya. "Maaf, Apa.. lelaki itu dijual?" Tanyanya menatap mata lawan bicaranya dengan mata merah kecoklatannya.
Lelaki itu balas menatap Sebastian. "Ya, jelaslah. Aku ingin membelinya, namun harga belinya sudah melambung tinggi, aku tak sanggup." Jawab lelaki tersebut, dengan sedikit curhatan hati. Sebastian mengarahkan pandangan bola matanya ke arah lain sejenak, lalu bertanya lagi.
"Maaf, lagi. Jika boleh tau, berapa harga beli lelaki itu?" Ia kembali bertanya, namun dengan sopan. Lelaki itu hanya Nampak kesal mengingat ia tak bisa membayar harga setinggi itu.
"Haah, seseorang hendak membelinya 3000 poundsterling. Dan aku dari keluarga yang sederhana. Uang seperti itu mahal untukku," Lelaki itu langsung pergi meninggalkan sang penanya setelah menjawab pertanyaannya.
Sebastian terdiam. "3000 poundsterling? Aku masih bisa membayar lebih dari itu." Batinnya, hendak membeli sang lelaki berwajah boneka itu. Tanpa berpikir lebih kedepan, ia langsung mengangkat tangannya, "5000 poundsterling." Ujarnya.
Sontak, mata para lelaki maupun perempuan yang hendak membeli sang rambut kelabu itu menatap kearah pemilik suara tersebut. Para lelaki hanya berdecak jengkel. Mereka seperti pedofil, hendak memakan bocah itu jika berhasil membelinya. Sedangkan para perempuan, hanya merelakan bocah tersebut dibeli oleh lelaki rupawan itu, sembari dalam hatinya berkata, "Oh Tuhan, jika mereka nantinya akan jadi gay, biarkan aku melihat adegan mereka. Adegan Seme melahap Uke," … sebagian mulai berpikir tidak tidak.
"Wah, nampaknya ada penantang baru. Menantang dengan 5000 poundsterling. Ada yang bisa mengalahkan jumlah uang itu? Jika tidak, penjualan ini akan ditutup, dan bocah ini menjadi milik lelaki itu," Teriak sang penjual. Namun tak ada jawaban, hanya hening. Menandakan tak ada yang berani membayar mahal lebih dari itu.
"Baiklah. Pemuda ini, Ciel Phanthomhive sudah menjadi milik lelaki tersebut. Dan sekarang, penjualan ini ditutup. Sekian,"
Orang-orang mulai berbalik dan pergi. Sebastian belum pulang, ia menuju ke tempat sang penjual itu. Hendak membayar, dan mengambil boneka yang baru dibelinya.
Lelaki rupawan itu mengeluarkan dompet tebalnya, dengan beberapa uang serta kartu kredit. Ia membayar sesuai perjanjian pada pedagang itu, lalu pedagang itu meninggalkan mereka berdua.
…Suasana hening. Ciel, sang pemilik rambut kelabu dengan mata biru safire itu memandang pemiliknya sejenak. Dan pemiliknya, Sebastian Michaelis membalas tatapannya dengan senyuman mematikan. Pemuda mungil itu tidak termakan senyum Sebastian, ia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.
Jujur saja, Sebastian tengah merasa bingung akan melakukan apa. Ini bukan seperti membeli barang lain, sisa mengambil dan membawa pulang. Benda itu takkan melawan, bergerak saja tidak. Tapi, kali ini beda. Barang yang dia beli itu bisa bergerak, bernafas. Ia bingung harus bagaimana. Bisa bisa dia disangka pedobear oleh Ciel.
"..Namamu—" Sebastian membuka pembicaraan. "..Ciel, kan?" Lanjutnya.
Ciel menatapnya sembari mengangguk kecil, dan kembali menunduk.
Tak bisa Sebastian pungkiri, ini tengara yang membuatnya kehabisan akal.
*Ciel POV*
"… Namamu..Ciel, kan?" Tanya lelaki itu. Aku mengangguk dan kembali menunduk. Lelaki itu hanya terdiam kembali.
Aku kini berhadapan dengan pemilik baruku yang baru saja tadi membeliku seharga 5000 poundsterling. Ia rupawan, dan aku akui itu. Aku bingung, untuk apa dia membeliku? Tidakkah itu hanya menghabis habiskan uangnya saja? Dan lagi, aku Useless, tidak berguna. Semua orang berebut membeliku, karna nafsu padaku. Mereka semua pedobear..pedofil.. dan aku tau itu.
Namun untuk urusan ini, aku bingung. Apa lelaki ini juga pedofil? Ingin melahapku jika aku sampai di rumahnya? Tidak, seharusnya bukan begitu. Dengan ketampanannya, aku yakin dia sudah pernah melahap beberapa cewek dengan rakus. Kalau begitu, buat apa dia membeliku?
"..Pedofil.." Dan tanpa sadar, kata kata itu keluar dari mulutku. Walau dengan suara kecil. Lelaki itu terbelalak dan melihatku.
"Bu-bukan! Aku bukan pedofil, Ciel." Tegasnya, menegaskan ia bukan pedofil. Ia sedikit kaget aku menyangkanya pedofil.
Aku mengeritkan dahiku mendengar jawabannya. "..Kalau kau bukan pedofil, untuk apa kau membeliku?" Tanyaku, Straight. Dengan sedikit nada ketus.
Lelaki itu kebingungan. "Aku hanya.. tak tega melihatmu seperti itu. Jadi.. kupikir dengan membelimu, aku bisa membebaskanmu," Balasnya.
Namun semua di telingaku terdengar seperti alasan. Dan kuyakini, mukaku kini menggambarkan isi otakku yang berkata Hah-Cuma-alasan-doank.
*End of Ciel POV*
..Sebastian terbingung dengan pertanyaan bonekanya itu. Sebenarnya, ia sendiri tak tau kenapa ia membeli Ciel. Di pandangan pertama, ia hanya merasa ingin membelinya. Walau ada suatu perasaan di hatinya, seperti perasaan Nafsu.
Namun.. —Tak mungkin ia mau berkata pada Ciel dengan gampangnya "Karna aku nafsu,". Bisa bisa lelaki mungil itu keburu lari sebelum dimangsa Pedobear. Dan menurut Sebastian, ia bukan pedobear, ataupun pedofil.
Sebastian menelan ludah, "Aku hanya.. tak tega melihatmu seperti itu. Jadi.. kupikir dengan membelimu, aku bisa membebaskanmu." Alasannya. Ia berpikir dengan begitu Ciel akan balas perkataannya dengan senyum. Namun kenyataan tak semanis itu, Lelaki kelabu yang memang cocok tersenyum itu malah membalasnya dengan tatapan tak percaya. Seakan akan dia bisa membedakan, mana alasan mana bukan.
Sebetulnya, tak semua perkataannya adalah bohong. Ia memang ingin membebaskan Ciel, dari pedobear pedobear yang hendak memangsanya. (Ayolah, Sebastian. Apa kau tak merasa kau sendiri seperti pedobear?)
Melihat Ciel, hanya membuat Sebastian membayangkan bunga yang indah, cantik, rupawan dan tiada duanya namun tinggal di neraka. Penuh api, jeritan, dan setan. Sebastian betul betul ingin membebaskan bunga itu dari tempat tersebut, dan memindahkannya ke tempat yang pantas. Agar bunga itu tau, tempat yang pantas untuknya adalah tempat indah. Untuk dia, yang jelas juga indah.
Namun apa mau dikata.. "Biarlah dia mengira aku yang tidak-tidak, toh, aku bukan orang seperti itu," Pikirnya, pasrah. Walau ia sendiri tidak tau kenyataan yang akan ditempuhnya.
Ia mengulurkan tangannya ke lelaki mungil itu. Lelaki itu menatap telapak tangan yang menyambutnya, lalu pandangan dari bola mata biru safirenya menuju ke bola mata merah coklat milik Sebastian.
"Ayo, pulang. Ketempatku," Ujar Sebastian tenang. Ciel memundurkan mukanya sedikit, dalam hati berujar, "Apa yang akan terjadi padaku nanti?" namun itu adalah perintah dari pemilik barunya, mau tak mau, ia membalas uluran tangan Sebastian dengan tangannya yang kecil. Menuju ke rumah pemiliknya, yang mulai sekarang akan menjadi rumahnya juga. Seatap, berdua.
-ToBeContinued—
Hola~! Saya Newcomer disini. Memutuskan untuk bergabung karna kayaknya disini asik. Salam kenal~ hehe.
Kalian bisa panggil aku Wiwit. Walau itu bukan nama asliku. Identitas realku? Rahasia~ biarlah rahasia tetap menjadi rahasia~ #slap
Well, kebanyakan baca FF Kuroshitsuji, bikin saya pengen ngetik juga. Walau ini masih jelek, gaje, banyak typo, dll, tapi saya berharap kalian menyukainya~~
Mind to Review?
