Beauty and The Beast
Author: Grace Jung a.k.a Jung Eun Hye
Main Cast:
Kim Jaejoong
Jung Yunho
Support Cast:
Park Yoochun
Kim Heechul
Genre: Romance, fluff *?*
Warning: Genderswitch for uke! Cerita pasaran, aneh, dsb
DON'T LIKE? DON'T READ THEN!
ENJOY READING^^
.
.
.
CHAPTER 1
.
.
"Kau lihat tadi? Suaranya begitu lembut, tapi tariannya energetik. Benar-benar perpaduan yang unik."
"Padahal kita sama-sama yeoja, tapi kenapa dia begitu mempesona. Andai saja dia seorang namja aku tak akan malu untuk berteriak histeris memanggil namanya."
"Dia sungguh misterius. Aku penasaran."
"Sayang sekali dia tidak memperlihatkan wajahnya. Apa wajahnya begitu cantik ya sampai dia menyembunyikannya?"
"Dia memiliki aura bintang yang luar biasa."
"Aish, bagaimana ini, aku jadi mengidolakannya."
"Astaga, belum melihat wajahnya saja lututku sudah lemas. Bagaimana nanti kalau dia memperlihatkannya? Aku rasa aku akan pingsan. Haha.."
"Yah, dia benar-benar memukau."
Segerombolan orang yang terdiri dari namja dan yeoja baru saja keluar dari salah satu studio di gedung KBS. Tepatnya studio Music Bank. Mereka semua dengan antusias membicarakan salah satu yeoja idol yang baru saja mereka tonton secara langsung. Yeoja idol yang baru-baru ini menggemparkan dunia hiburan Korea Selatan. Yeoja idol bernama Hero.
.
..GJ..
.
Di sebuah ruangan di balik pintu bertuliskan 'Hero', seorang yeoja cantik berambut panjang, dengan kulit putih susu, big doe eyes, serta bibir cherrynya yang menggoda tengah asik menikmati susu strawberrynya. Yeoja itu dengan santai tiduran di sebuah sofa empuk.
"Mmm~ srot.. srot.."
Yeoja itu menghentikan kegiatan menyedotnya ketika dirasanya dia menyedot udara kosong. Dia menatap kotak susu di tangannya dengan pout lucu, kemudian beralih pada kotak-kotak susu lainnya yang berserakkan di atas meja.
"Uuh, habisss~"
Dia melempar kotak susu terakhirnya ke atas meja lalu mulai menggeliat tak nyaman di sofa sempitnya. Dengan malas dia bangun lalu duduk sambil mengusap-ngusap matanya.
"Aish, aku ngantuk.. Dimana sih eonni?"
Yeoja itu berdiri dari sofa lalu mendekati sebuah meja rias. Ditatapnya bayangan dirinya –terutama wajahnya, yang memantul di cermin. Seperti biasa wajahnya masih tetap cantik walau make upnya sudah dibersihkan beberapa menit yang lalu.
"Ckck..benar-benar kecantikkan alami," gumamnya narsis. Dia meraba-raba wajahnya dengan perasaan bangga dan puas. "Hebat yah, padahal aku tidak pernah melakukan operasi loh."
Dia terus mengagumi kecantikkan wajahnya hingga pintu di belakangnya terbuka dan seorang yeoja cantik berambut sebahu memasuki ruangan. Dia menoleh.
"Eonni."
"Maaf Jaejoong-ah. Kau menunggu lama?"
"Sangat."Jaejoong menggembungkan pipinya imut. "Eonni tahu, setelah ini aku masih harus mengerjakan tugas."
"Hehe.. mian, ne."
"Memang apa yang baru saja kau dan Hankyung oppa lakukan, eoh Heechuleonni? Apa kalian bercinta?" tanya Jaejoong polos.
"Eh, yah.. jangan bilang be-tunggu dulu, a..apa kau bilang tadi?!" Heechul yang tadinya berwajah merah dan salah tingkah langsung berganti halauan menjadi wajah kaget begitu meyadari kata-kata yang keluar dari mulut Jaejoong. Matanya menatap horror yeojayang berusia 5 tahun di bawahnya itu.
"Wae, ada yang salah?" tanya Jaejoong dengan wajah tanpa dosanya.
"Da-darimana kau mempelajari kata tadi?
"Ng, kata apa? Bercinta? Changmin yang memberitahuku. Dia bilang itu hal yang biasa dilakukan sepasang kekasih," Jaejoong berhenti sejenak, terlihat berpikir. "Memang bercinta itu apa, eonn?" Jaejoong memiringkan kepalanya.
Heechul mengerjap-ngerjapkan matanya mendengar penjelasan dan pertanyaan ajaib Jaejoong. Dia mematung sejenak sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Astaga, dia pikir tadi akan menjadi akhir dunia mendapati Jaejoongnya yang polos dan imut mengeluarkan kata seperti itu. Beruntung dia tidak tahu artinya.
"Astaga, rambutmu berantakan sekali," Heechul mencoba mengalihkan perhatian. Ia mendekat dan mulai menyisirkan jarinya di rambut Jaejoong sementara otak evilnya sedang memikirkan hukuman apa yang akan dia berikan untuk Changmin karena telah meracuni pikiran dongsaeng cantik kesayangannya ini.
"Jinjja?"
Berhasil. Jaejoong menoleh ke arah cermin dan mendapati rambutnya yang sedikit awut-awutan, efek dari tiduran di sofa mungkin. Salahkan dia yang terlalu mengagumi wajahnya hingga lupa melihat melihat keadaan rambutnya.
"Aigo.." Jaejoong membantu Heechul merapikan rambutnya, dan sepenuhnya lupa akan pertanyaannya tadi. Heechul menghela nafas lega.
"Nah, sudah beres. Ayo kita pulang. Kau sudah mengemasi barangmu?"
Jaejoong mengangguk.
"Baguslah. Dan ingat, jangan pernah mengatakan kata itu lagi di depanku apalagi di depan orang lain, arraseo?"
"Wae?"
Heechul mencoba menemukan alasan yang bagus tapi kemudian bingung karena tidak menemukannya.
"Pokoknya turuti saja perkataan eonni, oke? Ini untuk kebaikanmu juga, Jaejoongie," kata Heechul akhirnya.
"Ung, baiklah."
Jaejoong memang penurut, apalagi kalau orang bilang itu untuk kebaikannya. Berarti orang itu peduli mana yang baik dan buruk baginya kan? Setidaknya begitu pemikiran Jaejoong.
"Nah, ayo kita pergi. Jangan lupa pakai kacamatamu."
"Hmm," Jaejoong mengambil tas cokelatnya, mengeluarkan sebuah kacamata hitam denganframe putih lalu memakainya. "Oke, kembali menjadi Hero."
Setelah bercermin dan memastikan penampilannya sempurna dia bergegas keluar menyusul Heechul yang sudah keluar duluan.
"Itu dia-aish, dia memakai kacamata lagi."
"Yah, padahal aku ingin melihat wajahnya."
Beberapa staf dari KBS berbisik-bisik kecewa begitu melihat Hero keluar dari ruang ganti lengkap dengan kacamata hitamnya. Beberapa dari mereka ada yang sengaja menunggu di depan ruang ganti Hero berharap yeoja itu keluar tanpa kacamata atau topeng andalannya, tapi sepertinya itu hanya akan menjadi harapan.
Hero yang menyadari keberadaan para staf itu melewati mereka sambil tersenyum manis. Membuat staf namja blushingdan stafyeoja ber-woah melihat senyum malaikat itu. Hero baru saja akan berbelok ketika salah seorang staf memanggilnya.
"He-Hero ssi.."
Hero berhenti dan berbalik, mendapati seorang staf namja berdiri di depannya.
"Ne?" tanya Hero ramah, tak lupa dengan senyum menawannya.
Wajah namja itu memerah. Melihat bibir cherry itu melengkung dengan indahnya membuat jantungnya berdegup kencang karena gugup. Padahal dia hanya melihat bibirnya. Bagaimana jika dia melihat wajahnya? Pasti jantungnya langsung berhenti.
"Haloo?"
Namja itu segera sadar dari keterpakuannya saat melihat tangan putih mulus seorang Hero melambai di depan wajahnya.
"Kau baik-baik saja?"
"Eh, n-ne.." jawab namja itu salah tingkah. "A-anu, boleh aku me-meminta tanda tanganmu?" tanyanya. Dengan gugup dia mengambil sebuah lipatan poster dari saku bajunya dan menyerahkannya pada Hero. Hero yang melihat tangan namja itu bergetar hanya menahan senyum.
"Tentu saja," Hero menerima poster itu dengan senang hati dan membukanya. Poster bergambar dirinya dalam balutan gaun malam berwarna hitam yang elegan. Dengan sebuah topeng putih cantik yang menutup matanya.
Hero hendak membubuhkan tanda tangannya ketika tiba-tiba dia sadar dia tidak memegang bolpoin atau spidol.
"Kau ada bolpoin atau spidol?" tanya Hero.
"Eh? Ti-tidak," jawab namja itu yang kemudian langsung drop. Omo, bagaimana bisa dia meminta tanda tangan tapi tidak membawa spidol? Aish, gagal sudah mendapat tanda tangan Hero.
Hero yang melihat ekspresi namja itu hanya tertawa pelan. Sebuah tawa melodis yang menyejukkan telinga. Staf-staf yang masih berdiri di dekat mereka lagi-lagi terpesona.
"Aigo, bahkan suara tawanya pun indah," bisik mereka lagi.
"Sepertinya aku membawa bolpoin, tenang saja," Hero mulai membuka tasnya. Dia sedikit mengernyit ketika tak menemukan apa yang dicarinya, tetapi itu tak berlangsung lama karena detik selanjutnya dia tersenyum.
"Ternyata aku tidak membawa bolpoin, tapi aku membawa ini. Tidak apa-apa kan?" Hero menunjukkan benda mungil berbentuk silinder di tangannya. Sebuah lipstik.
Mata namja itu membulat melihatnya. Begitu pula dengan staf lain dan orang yang tidak sengaja melewati mereka. Dengan gugupnamja itu mengangguk. "Te-tentu saja."
Hero mendekat ke dinding dan menempelkan posternya disana. "Baiklah, siapa namamu?" dia memposisikan lipstik merah mudanya di atas poster.
"Lee-Lee Donghae."
"Nama yang bagus." Hero mengukir tanda tangannya dan tak lupa menuliskan nama Donghae.
"Go-gomawo," ucap Donghae berbinar-binar setelah Hero selesai dan menyerahkan poster itu kembali kepadanya.
"Cheonma," Hero tersenyum untuk yang terakhir kalinya sebelum dia berbalik dan melangkah pergi.
Semua staf yang sedari tadi menonton mereka langsung menghampiri Donghae yang masih memandangi posternya tanpa berkedip.
Untuk Lee Donghae, fansku. Gomawo telah mendukungku. Jangan pernah berhenti ok^^
Hwaiting!
.
..GJ..
.
Hero sampai di depan di depan lift dan baru saja akan menekan tombol saat tiba-tiba dia kebelet pipis.
"Aish, jinjja."
Hero tidak suka menahan pipis, dia takut akan terkena batu ginjal. Akhirnya dia langsung berbalik dan menuju toilet terdekat.
"Fiuhh.." Hero mendesah lega ketika panggilan alamnya terselesaikan. Dia memakai kembali celananya lalu keluar dari bilik yang dia tempati menuju westafel.
Sambil mencuci tangannya dia mengamati pantulan dirinya di cermin. "Sebenarnya sampai kapan aku harus menyembunyikan wajahku? Jangan-jangan sampai sepanjang karirku? Hahh~" Hero mendesah berat, kemudian terdiam.
"Omo, apa aku bilang tadi? Sepanjang karir? ANDWEEE!" serunya tanpa sadar. Detik berikutnya dia langsung menutup mulutnya. "Opss~"
Hero memutar kepalanya takut, melihat ke sekeliling. Semua pintu bilik di toliet wanita ini terbuka, berarti tidak ada orang disini. Phew, untung saja.
'Dddrrttt.. ddrrtt..'
Ponselnya bergetar. Hero merogoh saku blazernya dan menemukan ponselnya berkelap-kelip.
'Heenim eonni calling...'
"Yeoboseo, eonni?"
"Dimana kau sekarang, eoh? Kenapa lama sekali? Aku pikir kau ada di belakangku tapi ternyata malah tidak ada."
"Hehe.. mian, tadi ada yang meminta tanda tanganku dan sekarang aku ada di toilet. Tunggu sebentar, aku akan segera ke bawah."
Hero menutup telepon secara sepihak dan bergegas keluar toilet. Dia berjalan cepat sambil berusaha membuka tasnya, berniat memasukkan ponselnya kedalam tas. Dia hendak berbelok ketika tiba-tiba sesuatu yang keras menghantamnya.
'BRUKK!'
"Ouch, buttku.." Hero meringis sambil mengusap-ngusap butt sexynya yang mencium lantai dengan sangat sukses.
"Omo, maafkan aku! Kau tidak apa-apa?" tanya seorang namja yang kini berdiri di depannya dengan wajah panik. Tapi seketika wajahnya berubah begitu melihat wajah dibawahnya mendongak. "He.. hero.." lirihnya.
"Kau berlari ya? Kau menabrakku begitu keras," tanpa sadar Hero mempoutkan bibirnya, membuat namja di depannya menelan ludah dengan susah payah.
"Eh? K-kau?" mata Hero membelalak di balik kacamata hitamnya. Seketika dia sadar apa yang baru saja dia lakukan. Wajahnya langsung memerah. Bagaimana bisa dia melupakan status dan imejnya sebagai idol dengan mempoutkan bibirnya di depan orang lain? Terlebih di depan seorang JUNG YUNHO?
"Mianhae. Mari kubantu," namja itu, Jung Yunho, mengulurkan tangannya. Hero terdiam sebentar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya imut –yang sayang tidak bisa dilihat Yunho, sebelum akhirnya menerima uluran tangan Yunho. Hero mencoba berdiri tapi kembali meringis. Buttnya masih sakit.
"Apa ada yang sakit?" Yunho kembali panik dan mulai meraba-raba tubuh Hero. Tidak sadar atau memang cari kesempatan dalam kesempitan, eoh?
Blush~
Wajah Hero memerah begitu merasakan sebuah benda asing yang hangat menyentuh bagian intim tubuhnya. Dengan takut-takut dia menunduk dan dia mendapatinya. Dua buah tangan besar milik Yunho. Di dadanya.
Suasana hening. Tak ada yang bicara. Bahkan Hero pun seakan lupa dengan rasa sakitnya.
Yunho terdiam, dengan tatapan mata yang tertuju pada titik yang sama dengan Hero. Secara slow motion, mereka berdua mendongak dan saling bertatapan. Hero yang wajahnya sudah merah semerah tomat langsung memalingkan wajahnya. Membuat Yunho tersadar.
"Astaga! Omo! Mianhae! Aku tidak bermaksud-"
"Gwenchana," potong Hero cepat. "Maaf, a-aku duluan. Permisi," Hero melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan TKP. Jantungnya berdegup kencang. Astaga dia malu sekali!
.
..GJ..
.
Jung Yunho memasuki apartemennya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia memang jadi seperti itu semenjak kejadian memalukan tadi. Beruntung saat melakukan recordingacaratalk show di KBS tadi dia bisa fokus dan profesional. Tapi setelah selesai dia kembali menjadi seperti orang kehilangan arah. Yesung -manajernya yang memborongnya dengan pertanyaan pun akhirnya menyerah karena dicuekkin.
"Yo, Yunho!"
Yunho seperti orang yang baru tersadar begitu mendengar sebuah suara husky yang khas. Dia mengedarkan pandangannya dan menemukan seorang namja berjidat lebar tengah duduk bersila di atas sofa lengkap dengan semangkok besar popcorn di pangkuannya. Bisa menebak apa yang sedang dia tonton?
"Oh, hai Chun." balas Yunho seadanya. Dia tidak begitu terkejut melihat sahabat kentalnya itu ada disini. Well, Yoochun memang suka muncul tiba-tiba jadi dia sudah terbiasa.
"Oh ya Yun, seminggu kedepan ini aku tinggal disini ya?" pinta Yoochun begitu Yunho ikut duduk disebelahnya.
"Wae?"
"Orangtuaku pulang," jawab Yoochun singkat.
"Oh.." Yunho tidak bertanya lebih lanjut. Dia tahu hubungan Yoochun dan orangtuanya memang buruk.
Sesaat keheningan melanda mereka. Yunho sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari Yoochun yang menatapnya aneh.Harusnya kan aku yang melamun seperti itu karena menyinggung orangtuaku. Tapi kenapa malah dia?
"Aku mau mandi," ucap Yunho yang tiba-tiba langsung berdiri.
Yoochun mengawasi pergerakan Yunho dengan dahi mengkerut. Sepertinya ada yang aneh, pikirnya. Dan perkataannya terbukti ketika dia melihat langkah Yunho.
"Hey, kau mau mandi di dapur?"
Yunho berhenti dan menatap Yoochun linglung. "Eh?"
"Kau sekarang berada didepan dapur, bodoh!" Yoochun mencoba sabar.
"Benarkah?" Yunho mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menatap ruangan didepannya. Tempat dimana terdapat lemari dapur, kulkas, kompor, dan peralatan dapur lainnya sejauh mata memandang.
Yunho kembali mengerjap-ngerjapkan matanya lalu berbalik dan memandang sekeliling dengan wajah linglung.
"Lalu, dimana kamar mandinya?"
"N-ne?!" sekarang Yoochun menatap namja didepannya itu dengan tatapan tak percaya. "Kepalamu terbentur, eoh?"
"Tidak."
"Aish!" Yoochun bangkit lalu menarik Yunho untuk duduk lagi. "Katakan ada apa!" paksanya.
"Apa?" tanya Yunho polos.
"Tingkahmu sangat aneh. Apa terjadi sesuatu tadi?"
Yunho terdiam, lalu sedetik kemudian wajahnya memerah. Kronologi kejadian tadi berputar kembali di otaknya.
Yoochun yang melihat wajah kepiting rebus Yunho jadi bergidig. Apa yang membuat namja didepannya jadi seperti ini eoh! jeritnya penasaran dalam hati.
"Jadi, memang terjadi sesuatu kan? Ceritakan padaku!"
Yunho menatap Yoochun dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dia menunduk, menatap kedua telapak tangannya yang besar. Perlahan jari-jari panjangnya ia renggangkan dan sedikit ditekuk hingga membuat tangan seperti menangkup sesuatu.
"Besar.."
"Ye?" Yoochun tak mengerti.
"Hero.. besar.. dada.."
"Kau bicara apa -.-"
"Hero.." Yunho mendongak menatap Yoochun yang masih bingung. Kemudian Yunho kembali menunduk, menatap kedua tangannya dengan pandangan menerawang. "Dada Hero.. besar.."
Loading...
Please wait...
DUAGHH! Sebuah palu tak terlihat menghantam kepala Yoochun seakan mencoba menyadarkan namja itu dari keterkejutannya akibat mendengar kalimat ajaib sahabatnya.
"N-ne?! Kau bilang apa?"
Yunho yang sepertinya juga sudah mendapatkan kesadarannya kembali akhirnya menceritakan kejadian di gedung KBS tadi pada Yoochun. Dengan wajah memerah tentunya.
Lagi-lagi Yoochun menatap Yunho tak percaya. Bedanya kali ini bukan tatapan aneh melainkan kagum.
"Ka-kau melakukan itu? Astaga bro, kau memang sahabatku!" seru Yoochun excited sambil memukul bahu Yunho. "Jadi bagaimana rasanya? Benarkah besar? Aish, aku jadi ingin menyentuhnya."
PLAKK
"Aww!"
"Dalam mimpimu, Park Yoochun!"
"Aish, aku hanya bercanda. Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Aku yakin baik kau maupun Hero tidak akan punya muka untuk bertemu lagi."
"Yeah, kau benar." Yunho menyandarkan tubuh lelahnya ke sandaran sofa lalu memejamkan matanya.
"Lalu?" tanya Yoochun tak puas.
Yunho merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah benda persegi panjang kecil berwana putih.
"Ponsel?" Yoochun mengerutkan kening tak mengerti.
"Terlempar saat bertabrakkan tadi."
Yoochun terdiam. Berpikir. "Jangan bilang kalau...?"
"Ne, ini milik Hero." smirk menghiasi wajah tampan Yunho.
.
.
.
To be continue...
