My Love Is A Prince

Gadis itu mampu menatapnya saja. Jangankan berbicara, mendekati dan menatapnya secara langsung pun ia tidak bisa. Sebenarnya bisa saja dia berbicara atau mendekatinya, namun ia sadar siapa dia, dan siapa dirinya.

Dirinya hanyalah seorang pelayan dirumahnya, atau bisa dikatakan hanya angin lalu bagi pemuda itu. Pemuda itu amatlah tinggi untuk gadis itu gapai. Maka dari itu, gadis itu hanya memperhatikannya dari jauh. Tanpa mampu mendekatinya.

"Kau memperhatikannya lagi, ya?"

Sakura-nama gadis itu-menoleh dan mendapati sahabat pirang dan sahabat indigonya sedang menatapnya. Ia hanya tersenyum simpul.

Ino nampak menghela nafas. "Setidaknya, kau berbicaralah dengannya. Jangan kau memperhatikannya seperti ini terus. Kau seperti penguntit kalau seperti ini." Ucapnya.

"I..iya Sakura-chan. Lebih baik ka..kalau Sakura-chan ajak berbicara dia." Kata Hinata.

Sakura menghela nafasnya pelan. Lalu kembali menatap pemuda yang berada dilapangan basket itu. "Tidak bisa, Ino, Hinata. Aku tidak mampu melakukannya. Aku merasa tidak pantas." Ujarnya lirih.

Kedua sahabatnya itu memandang sedih kearah Sakura. Mereka tau bahwa Sakura sangat menyukai bahkan sangat mencintai pemuda yang sedang bermain bola basket itu. Namun Sakura tidak mau menyapa bahkan menatap langsung kearah pemuda tersebut. Sakura lebih memilih memendam rasanya karena Sakura merasa tak pantas dengan pemuda tersebut.

"Kalau begitu, kau akan lebih menderita jika seperti ini." Kata Ino. "Memendam rasa tanpa mau mengatakannya, bahkan menatapnya. Padahal kau mempunyai banyak kesempatan."

"Su...sudahlah, Ino-chan. Jangan menyudutkan Sakura-chan seperti itu." Kata Hinata. "Kurasa Sakura-chan tau apa yang ia lakukan saat ini."

"Huh! Baiklah." Kata Ino. Ia kemudian melihat jam tangannya. "Oh, ya. Mumpung jam istirahat masih banyak, bagaimana kalau kita kekantin? Aku sudah lapar."

"Dasar Pig! Dipikiranmu hanya ada makanan saja." Cibir Sakura disertai candaannya.

"Hei! Apa kau bilang? Dasar Forehead!"

Hinata tersenyum ketika melihat Sakura sudah seperti biasanya, ceria kembali. Ia tau kalau Ino hanya memancingnya agar ia tidak sedih lagi. Dan ternyata berhasil. Sakura sudah tidak sedih lagi.

Sakura melangkahkan kakinya menuju rumah besar yang terletak di distrik Uchiha paling ujung itu. Rumah yang paling megah diantara yang lainnya. Ia kemudian membuka gerbangnya, dan menutupnya kembali. Lalu ia segera berjalan melewati pintu belakang yang langsung menuju dapur.

"Ternyata, kau datang lebih awal ya, Sakura-chan." Ucap Ayame, salah satu pelayan disana. Ia cukup dekat dengan Sakura selain Nenek Chiyo disana.

Sakura tersenyum sambil membuka sebuah lemari. "Hehe, iya. Hari ini aku tidak ada tugas maupun PR. Jadi aku kesini lebih awal." Kata Sakura.

"Kau mau ganti baju, Sakura-chan?" Tanya Ayame.

Sakura mengangguk. "Benar, aku tidak mungkin menggunakan baju seragam jika akan sedang bekerja 'kan?" Candanya. Kemudian ia dan Ayame tertawa pelan.

"Tapi, Sakura-chan. Ruang ganti sedang dipakai oleh Nenek Chiyo. Jadi terpaksa kau harus menggunakan kamar mandi untuk mengganti bajumu." Kata Ayame memberitahukan.

Sakura kembali mengangguk. "Baiklah, aku akan menggunakan kamar mandi saja." Lalu ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di sana.

"Tunggu!" Cegah Ayame.

Sakura berbalik dan menatap Ayame. "Ada apa Ayame-chan?" Tanyanya.

"Apa aku bisa menggunakan kamar mandi itu dulu?" Tanya Ayame pelan dan sedikit malu.

Sakura cekikikan. "Tentu saja boleh, Ayame-chan. Silahkan kau terlebih dahulu." Kata Sakura mempersilahkan. Ayame mengangguk canggung, lalu ia masuk kedalam kamar mandi melewati Sakura.

Sakura hanya menggeleng melihat Ayame seperti itu. Kemudian ia menggantikan pekerjaan Ayame untuk sementara. Ia dengan cekatan memotong bawang dan tomat, mencuci sayuran dan mengambil beberapa sayuran lagi dikulkas sambil bersenandung kecil.

Karena keasyikan bersenandung, Sakura tak sadar kalau jarinya teriris. Dengan refleks mengangkat tangannya dan memasukkannya kedalam mulutnya. Rasa perih seketika menjalar keseluruh tubuhnya.

"Kau kenapa?" Suara baritone itu mengagetkan Sakura. Sakura menoleh dan melihat Sasuke sedang berdiri didepannya sambil menatapnya datar. Kemudian Sakura kembali menunduk.

"A..ano...sa-saya tidak kenapa-napa. Hanya saja-"

"Berikan tanganmu."

"Eh?"

"Cepat berikan tanganmu." Kemudian Sasuke mengambil tangan kanan Sakura yang terluka. Sedangkan wajah Sakura sudah memerah sekarang. Ia belum pernah sedekat ini dengan Sasuke sebelumnya.

"Kau bilang tidak kenapa-kenapa?" Kata Sasuke dingin sambil menunjuk ke arah jari telunjuk Sakura yang berdarah.

Sakura tertunduk. "Ma..maaf, Uchiha-sama. Sa-saya ceroboh dan membuat jari saya terluka." Kata Sakura pelan.

"Hn."

"Tapi itu tidak apa-apa Uchiha-sama." Kata Sakura cepat. Ia kemudian menarik pelan tangannya yang sedang digenggam oleh Sasuke. "Ini hanya luka kecil saja, dan saya akan segera mengobatinya."

Sasuke kembali menarik lengan Sakura. "Ikut aku." Ucapnya singkat.

Sakura kaget. "Ke-kemana Tuan?" Sasuke tidak menjawabnya. Ia kemudian menyeret Sakura mengikutinya keluar dapur. Sakura hanya mengikuti Sasuke dengan wajah yang merona. Hatinya begitu senang dan hangat ketika tangan Sasuke menggenggam tangannya.

Kini mereka berada diruang keluarga. Lalu Sasuke menyuruh Sakura duduk dan menunggunya. Tak lama kemudian, Sasuke datang sambil membawa sekotak obat. Lalu duduk disamping Sakura.

"Kemarikan tanganmu." Pinta Sasuke.

Seakan tau apa yang ingin dilakukan Sasuke, Sakura menolak secara halus. "Tidak, Uchiha-sama. Biar saya saja, saya bisa melakukannya sendiri."

Sasuke menatap tajam kearah Sakura. Dengan ragu, Sakura mengulurkan tangannya kepada Sasuke. Kemudian Sasuke memegang tangan Sakura dan membersihkan jari Sakura yang berdarah tersebut dengan tissue dan membungkusnya dengan plester.

"A-arigatou, U-uchiha-sama." Kata Sakura malu.

Sasuke hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Hn. Sekarang kau kembali lah, dan lalukan tugasmu. Dan jangan ceroboh lagi. Mengerti?"

Sakura terkesiap, lalu perlahan ia mengangguk dan tanpa menatap Sasuke. "Baik, Uchiha-sama."

"Hn." Setelah itu Sasuke pergi sambil membawa kotak P3K tadi keatas.