a Fan Fiction by Kurokawa Akihiro
"Confession"
Death Note akan selalu menjadi milik Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata. Saya hanya meminjam beberapa karakternya untuk dijadikan bahan cerita hvmv saya.
Pairing: MattMello
Warning! AU, Shounen-Ai, fik pendek, warning di akhir cerita.
At least, Happy Reading!
.
.
.
"Aku mencintaimu."
Kedua manik safir Mello bisa saja melompat keluar dari tempatnya apabila Tuhan tidak menciptakannya sesempurna ini. Pemilik nama lengkap Mihael Keehl itu tersedak jus lemonnya ketika mendengar ucapan yang dilontarkan Mail Jeevas, pemuda yang berada di hadapannya.
"Kau gila, Matt." kata Mello akhirnya.
Matt—panggilan pemuda itu—meletakkan PSP-nya, kini manik yang sewarna dengan laut itu tertuju ke pemilik surai pirang, kedua tangan memangku dagu.
"Aku serius, Mells."
Oke, ini gila. Matt sedang dalam mode serius sekarang, dan itu bukanlah hal yang bagus bagi Mello. Ia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Matt.
"Oke, kau punya waktu tiga puluh detik untuk menjelaskan padaku kenapa."
Pemilik helaian brunet menarik sudut bibirnya, "Apa cinta butuh alasan?"
"Uh, yeah? Kurasa."
"Permisi, apa anda yang memesan satu panekuk dengan topping es krim coklat dan satu panekuk original?" tanya seorang gadis dengan seragam yang sama seperti pegawai lainnya; kemeja putih, dasi kupu-kupu bertengger di kerah baju, rok hitam dengan panjang di atas lutut, dan sebuah apron mini melingkar manis di pinggang.
Matt mengangguk.
"Maaf membuat anda menunggu, Tuan!" sang pelayan meraih panekuk di atas nampannya, kemudian meletakkannya di atas meja kayu yang terbuat dari kayu jati. "Selamat menikmati!" tubuhnya setengah membungkuk, kemudian berjalan meninggalkan Matt dan Mello.
Mello meletakkan pisau di tangan kanan dan garpu di tangan kirinya. Ia memotong makanan manis berbahan dasar tepung terigu itu, kemudian membawanya ke dalam mulut.
"Kalau aku jatuh hati padamu karena kau cantik, apa tanggapanmu?" kali ini Matt balik bertanya, bibirnya menjepit sebatang rokok, sementara tangannya sibuk mencari pemantik api di saku celana.
Mello memutar kedua bola matanya, "Kubunuh kau. Aku ini laki-laki, bodoh."
Matt menghembuskan asap nikotin itu ke udara, tertawa kecil. "Entahlah, intinya aku jatuh hati padamu."
"Oh."
Matt menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "Kau tahu Mells, aku tak pernah merasa secanggung ini sebelumnya."
"Kau sinting, Matt."
Matt tertawa kecil di sela-sela menghisap rokoknya, "Akan kupastikan kau jatuh di pelukanku..." Matt menggantung kata-katanya di udara, membuat sebelah alis Mello terangkat ketika pemuda yang satu tahun lebih muda darinya beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekati Mello.
"dan terkulai lemas di atas ranjangku, pasrah menerima segala sentuhan yang kuberikan hingga kau teransang, dan—"
"Matt!" Mello memekik pelan. Oke, ia tidak suka arah pembicaraan ini, Matt berhasil membuat wajahnya memanas.
Matt menyeringai, satu tangannya mendarat ke bibir Mello, mengusap sudut bibirnya yang belepotan karena es krim coklat dengan ibu jari, kemudian menjilatnya secara sensual.
Wajah Mello memanas, jantungnya berdetak tak karuan.
"Jaa na, Mells." Matt melangkahkan kakinya keluar dari Kafe yang terletak di sudut kota, meninggalkan Mello yang masih mematung dengan wajah memerah.
"Dia benar-benar sinting."
.
.
.
A/N: Fik yang iseng dibuat karena bosan melanda. Oh, maaf kalau pendek dan gak jelas. Saya takut banget ini OOC... ah, sudahlah.
Mind to leave a review?
