.

.

Ais pov…

KRIIINNGGGG….

"Yeyyy…,"

Sorakan riang bergema didalam kelas.

Seluruh siswa bergembira menyambut jam

istirahat di pagi-menjelang-siang ini.

Tidak semua sih.

Oh.,sungguh!Jika kau tanya padaku,'Adakah jam pelajaran

yg paling aku benci?'

Dengan tegas akan ku jawab;

"JAM ISTIRAHAT"

Apa?Kalian merasa ada yg salah dengan penuturanku?

Tidak.,tidak.,tidak…

Aku bahkan cukup sadar untuk mengatakannya!

'Kenapa?' kalian bilang?

Huh,kalian akan mengetahuinya nanti…

.

.

.

Kata Terakhir Untukmu

Disclaimer:

Boboiboy_Animonsta Studios

Genre:Hurt/Confort,Angst

Ais-fem!,Fang,OOC

Warning:Author newbie,TYPO's,Gaje,alur kecepetan.

.

.

.

Don't like don't read…

.

.

Normal pov...

Terlihat tiga gadis yg tengah mengobrol dan sesekali

tertawa riang.

Mereka baru saja dari taman belakang sekolah dan

hendak kembali ke kelas.

Ketika mereka melewati lorong belakang yg sepi,tiba-

tiba terlihat dua orang gadis yg menghadang langkah

mereka.

Kedua gadis itu menarik lengan temannya yg memakai

topi ulang tahun.

.

"Lihatlah Amy,kami punya hadiah yg bagus untuk ultah-

mu kali ini!"

.

Itu adalah Suzy,ia berkata sambil mendorong seorang

gadis hingga terduduk di lantai.

Gadis itu gemetaran.

Suzy menyeringai sambil mengambil sesuatu dari

dalam tas plastick-hitam-nya.

.

"Siap,Lenzy.?"

.

"Kapanpun kau siap,Suzy!"

.

Plukk.,plukk.,plukk.,plukk…

Sraazzhhh….

Dengan beringas,Suzy dan Lenzy melempari gadis itu

dengan telur juga tepung hingga wajahnya belepotan.

Gadis itu hanya terdiam,sambil menggigit bibir bawahnya.

Tanganya terkepal erat menahan amarah.

Sedangkan teman-temanya hanya dapat terdiam,

menyaksikan dengan tatapan bersalah.

.

"Tarra,kuenya sudah jadi!Ehh,tapi kaya'nya masih ada

yg kurang dech,apa ya?"-Suzy berkata sambil

memasang wajah bodoh.

.

"Oh,ya!Kau melupakan selainya Suzy!Baiklah,biar

aku saja yg menambahkannya.,"-Lenzy mengambil

sebuah botol dengan cairan aneh didalamnya.

Ia memasang seringai licik.

.

Byuuurrrr…..

.

"Nah,selesai!HBD-Amy.!"-Lenzy.

"Apa kau menyukainya?"-Suzy.

.

Amy hanya terdiam sambil mengatupkan mulutnya

rapat-rapat.

Iris saphire-nya terpaku kepada sosok-tak-berbentuk

tepat di depan matanya.

.

"K-kalian.,"-Amy berucap nanar.

"Kalian memang terbaik!Hihihi,"

.

"Sudah kami duga!Kau pasti akan menyukai-nya

Hihihii.,"-Suzy.

.

"Ok,ok!Sekarang,mari kita pergi dari sini.Udara

di sini mulai terasa tak enak!Uhh,aku tak tahan.

Hahahahaa…,"-Amy.

~end normal pov~

.

.

Ais pov…

"Ais,kau tak apa.?" -Yaya

'Pertanyaan bodoh!'tidakkah jelas terlihat?

Apakah aku terlihat 'baik' dengan tubuh tersalut

telur juga tepung dan cairan menjijikkan ini?'

Serasa aku ingin meneriakkannya sekeras mungkin.

Namun,aku hanya menggelengkan kepalaku yg masih

juga menunduk.

.

"Maaf,Ais. Kami tak berani menolongmu

tadi.,"

.

'Tentu saja!'.Siapa anak yg cukup bodoh untuk berani

berurusan dengan sekumpulan gadis yg

menyebut dirinya; 'Geng Mawar Hitam'?

.

"Aku mengerti Ying,"

.

'Mereka',anak-anak dari pemegang saham terbesar

di sekolah ini, yg selalu berlagak sok berkuasa.

Dan 'kami' yg mereka anggap sebagai kaum

'rendahan'-khususnya aku-harus bertekuk lutut

di hadapanya.Dengan harapan-

.

"Mari bersihkan dirimu,Ais,"

"Ya.,"

.

-tidak ditendang keluar dari sekolah ini.

.

Toilet...

Aku bersyukur karna telah menyiapkan baju ganti

hari ini,aku akui kejadian seperti 'ini' tak hanya berlaku

sekali ini saja,tapi sudah 'berkali-kali'.

Semenjak kepindahanku kemari,sudah berbagai

perlakuan buruk yg kuterima dari 'mereka',tak terhitung

jumlahnya.

Tak hanya sekadar bentakan dan cercaan

saja,melainkan perlakuan kasar juga.

.

"Ais,apakah kau baik-baik saja? Kenapa lama

sekali?Jam istirahat sudah hampir habis,"

-Yaya.

.

Aku tersentak kaget.'Oh,astaga!'apa yg kulakukan?'

"Oh, duluan saja!Aku masih lama!"

.

"Tapi.,"kali ini Ying yg menanggapi.

"Sudahlah,kalian duluan saja!Aku akan segera

menyusul!"

"Ba-baiklah kalau begitu,kami duluan.,"-Yaya.

"Ya.,"teriakku dari dalam bilik.

Akupun segera mengganti seragamku secepat

mungkin.

Krriiinnngggg...

'Oh,sial!'

.

Tok..tok..tokk...

"Permisi,Bu.,"

Aku memasuki ruang kelas dengan canggung.

Bu Sarah nampak sedikit terganggu dengan

kehadiranku.

.

"Oh,Ais!Mengapa kau selalu terlambat masuk

kelas?Apakah waktu istirahat yg telah disediakan

tak cukup untukmu?"-Bu Sarah berkacak pinggang.

.

Aku terus menunduk sambil meremas ujung

seragamku.

Terdengar Bu Sarah yg berdecak kesal.

"Oh,baiklah!Silahkan duduk!"

"T-terimakasih,Bu.,"

.

.

Skip…

Tak terasa bel pulang telah lama berdering.

Kini aku berada di dalam ruang guru_kantor

Bu Sarah tepatnya.

Aku berdecak kagum saat melihat rangkaian

piala yg terpajang rapi di dalam lemari kaca,

juga berbagai jenis piagam yg bejibun dari

berbagai jenis cabang akademik maupun

non-akademik.

.

"Baiklah,jujur pada Ibu!Apa yg sebenarnya

terjadi?Ibu tau kamu bukanlah tipe anak yg suka

terlambat!Tapi,kenapa akhir-akhir ini sikapmu

mulai 'sedikit' berubah?Apakah gara-gara 'mereka'?

Apa mereka mengganggumu?"-tanya Bu Sarah.

Aku bergeming.

.

'Ya,itu benar!Mereka selalu menggangguku!'

.

"T-tidak,Bu.'Mereka' tak pernah mengganggu saya,"

.

Batinku merintih ~

'Kenapa?Kenapa akal sehatku selalu menghianatiku?

Kenapa aku selalu saja menutupi setiap kesalahan yg

telah 'mereka' perbuat?

Kenapa tak ku ungkapkan saja kebenaranya kepada

Bu Sarah?

Toh,beliaupun telah mengetahuinya!'

Hal 'itu' kulakukan karena-

.

"Hhh,baiklah bila itu keputusanmu."

"Apakah saya boleh pulang sekarang?"

"Ya!Silahkan,"

"Terimakasih,permisi,"

.

- aku takkan sampai hati bila harus menambah

beban hidup Kakekku.

Satu-satunya keluarga yg kini kumiliki.

.

Sesampainya di rumah...

Aku melongokkan kepalaku dari balik pintu dapur yg

menghubungkan langsung ke samping rumah.

.

"Sudah pulang?"

Senyumku mengembang kala kudapati wajah tua itu.

Wajah yg memberikanku ketenangan.

Ia-lah sosok yg selalu membuatku tersenyum

Sosok yg selalu menemaniku disaat suka maupun

duka semenjak kepergian kedua orang tuaku untuk

selama-lamanya.

.

"Ya, ada yg bisa Ais bantu?"

.

"Tentu,apakah Ais bisa membantu Kakek membersihkan

cangkir-cangkir itu?"

.

Kakek berkata sambil tersenyum.

Jemarinya menunjuk setumpuk cangkir kotor di bak cuci.

.

"Tentu saja,Kek,"-ujarku riang.

.

Apakah kalian ber-tanya°° mengenai apa yg tengah

Kakekku kerjakan?

Baiklah,akan kujawab.

Kakekku membuka kedai coklat kecil°°lan di samping

rumah.

Dari sanalah kami mendapatkan uang

untuk memenuhi kehidupan kami sehari-hari_karna

untuk fasilitas sekolah masih bisa menggunakan

harta peninggalan orang tuaku.

Tapi,jangan salah!

Walaupun kedai kami nampak minimalis,tapi kwalitas

rasa coklat yg ditawarkan telah diakui oleh seluruh

penduduk di daerah kami.

Bahkan,kedai kami selalu ramai peminat di setiap

harinya.

Namun,kadang aku merasa tak tega saat melihat

beliau bekerja.

Dalam usia yg sudah semakin senja,seharusnya

beliau dapat menikmati masa-masa tuanya dengan

bahagia.

Tapi,apa boleh buat?

Keadaanlah yg menuntutnya untuk tetap bekerja keras.

Maka dari itu,aku tak mau menambah beban beliau

dengan masalah°°ku di sekolah.

.

"Hai,Ais.Baru sampai.?"

"Ya,Kak Ocho.,Baru saja.,"

.

Namanya Ocho.

Nama yg unik menurutku.

Ia adalah pekerja tetap di kedai ini(pekarja satu°°nya

lebih tepatnya-_-)

Ia memiliki rambut pirang yg indah dengan manik

aqua persis sepertiku.

Ia bekerja paruh waktu di kedai 'kami' karna ia masih

kuliah.

.

"Aku bantuin ya?" -Ocho.

"Eh,apa nggak pa-pa?Pekerjaan Kakak sudah selesai kah?"

"Tak apa,Ais.Lagian,pelanggannya udah mulai sepi

kok!Santai aja," -Ocho.

"Emm,baiklah!Terimakasih,"

.

Keesokan harinya…

Aku baru saja keluar dari bilik toilet saat terdengar

suara teriakan yg cukup keras tak jauh dariku.

Saat kulihat,ternyata...

'Oh,kenapa harus 'dia' sih,'

Aku menghampirinya dengan ogah-ogahan.

.

"Ada apa?"-tanyaku malas.

Sekilas,aku melihat ekspresi yg mencurigakan saat

meliriknya.

"It-itu,ada sesuatu yg bergerak di dalam kloset!"-Amy.

.

Aku mengamati keadaan kloset dari luar.

'Oh,apakah dia berusaha membodohiku?Jelas-jelas tak

ada apapun di dalam sana!Bahkan,permukaan

airnya nampak tenang!Apakah ini semacam tak-tik-nya

untuk mengerjaiku?' -batinku was-was.

.

"Tak ada apapun di sana,"

"It-itu.,a-ku.,aku tak bohong.T-tadi ada di sana!"-Amy

berkata dengan gugup.

"..."

Aku menatapnya datar.

Melihat respon dariku,Ia mulai terlihat tak sabar dan

menatapku garang.

'Perasaanku mulai tak enak!'

.

"Uhh.,masa bodoh dengan dirimu!" -Amy.

Ia mendorongku ke dalam dan membuatku terjatuh di

lantai yg-untungnya kering.

Ia menutup pintu dengan kasar.

.

Bruaagghh.,! Klick.!

.

Aku menatap horror ke arah pintu.

'Oh,tidak!Dia mengunci bilik ini dari luar!'

.

Dokk..dokk..dokk..dokkk…

"Bukaa..!Amy.,buka pintunya!Amy,kumohonn..,buka

pintunya.!Bukaaa..!"

.

Aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu sekuat

tenagaku.

"Hahahaa.,rasakan!Tetaplah di dalam sana,Ais.

Sampai pagi kalau perlu!Hahahaa..," -Amy

.

Kudengar sayup-sayup suara tawanya yg semakin

menjauh.

Hingga akhirnya-heningg…

.

"Hiks.,"

Aku sudah pasrah.

Tak lagi berteriak,suaraku sudah serak.

Bahkan,tak lagi menggedor pintu.

Percuma.,tak kan ada seorangpun yg mendengar.

Bel telah berdering beberapa saat yg lalu.

Sudah dapat dipastikan keadaan sekolah yg kini

telah sepi.

.

'Kenapa?Kenapa aku kelewat lugu hingga sangat

mudah 'mereka' bodohi?

Harusnya aku tak menghiraukan Amy sejak awal!

Harusnya aku langsung pergi saja!'

.

Aku terus menangis dalam diam.

Berharap ada segelintir orang yg akan menyadari

keberadaanku disini...

.

.

'Seseorang.!Tolong aku..,'

.

.

.

.

Tbc…

hai-hai minna-san…

berjumpa lagi dengan blackcorral di sini^-^

ini kelanjutan fic yg kemarin..(agakbedacita)

Saya ucapkan terima kasih banyak buat yg udah bersedia mereview

& folow fic saya yg gaje itu^-^_walaudikit ;"(

semoga saja fic yg ini bisa lebih berkenan dari pada yg

kemarin :) lirik°°keatas

Aneh ya?o_O

Feelnya 'gak dapet?

Re:dahtaunanya!_authornangiskejerdipojokan.

.

Ais:abaikan kegilaan author

diatas-_-

.

Baiklah,saya minta maaf bila fic ini terlalu lebay :v

Oh,ya!Ada yg tau nggak Ff nie terinspirasi dari

film apa.? ;D_kejadiandilorong.

Ok,cukup sekian untuk kali ini!

Gomen kalau kepanjangan ;)

See you next chapter guys_kalauadaygnunggu-_-

.

kritik & saran diterima…

.

.

and 4 the last…

.

.

Review please….

.

.

omake~

Rumah sakit…

Di dalam sebuah ruangan,terlihat sepasang suami-istri

yg nampak gelisah menunggu sang Dokter memberitahukan

hasil pemeriksaan putra sulung mereka.

.

"Jadi,bagaimana Dok?Apakah masih ada harapan untuk

kesembuhan putra kami?"

.

Nyonya Hanna bertanya dengan suara bergetar,

sembari berusaha mati-matian menahan lelehan

air yg bermuara di pelupuk matanya.

.

"Hhh,maafkan saya,Nyonya.Tetapi,sel kanker yg berada

di dalam tubuh putra anda sudah semakin menyebar

kebagian organ-organ vitalnya.

Dan kemungkinan putra anda untuk sembuh sungguh kecil.,"

Dokter Raffa berkata dengan sedih.

.

"Kenapa tidak mencoba operasi,Dok.?!"-erang Tuan Harris

frustasi.

"Saya akan bayar berapapun biayanya,asalkan putra kami

dapat disembuhkan.!"-lanjutnya mantap.

.

"Maaf, ,kami tidak berani bertindak terlalu jauh.

Dengan kondisi putra anda yg kini seringkali

drop,melakukan operasi terasa terlalu beresiko.!"

tegas Dokter Raffa.

.

"Untuk sekarang ini,satu-satunya jalan yg dapat kita

lakukan adalah berdoa dan mempersiapkan diri

untuk kemungkinan terburuknya.,"

.

Kata-kata sang Dokter terasa bagaikan panah yg tertancap

tepat di ulu hati Tuan Harris.

Tubuhnya bergetar hebat seiring tatapan sendu yg terpatri

di wajah tampan sang dokter specialis kanker.

Nyonya Hanna mulai terisak dalam dekapan Tuan Harris.

Racauanya teredam hingga tak dapat terdengar dengan jelas.

Meratapi nasib putra sulungnya yg telah divonis

oleh sang Dokter.

.

.

'Uang tak selalu dapat menawarkan kebahagiaan.

Tak selamanya memberikan apapun yg kita inginkan.

Ada kalanya,

ketika uang terasa tiadalah berharga.

Dibandingkan kebahagiaan yg kita rasakan-

ketika dapat berkumpul dengan keluarga.

Bersenda gurau dengan orang-orang yg kita sayangi

Dan dapat bersama dengan orang orang yg kita kasihi.

.

.