'Hanya cerita ringan, pengantar tidur'
.
.
Disclaimer©
Naruto DKK Sampai detik ini masih Kepunyaan Masashi Kishimoto
Genre : Romance
Tapi gak janji bakal berasa romancenya ya..
Rate : T, Aman untuk dikonsumsi
Warning : Typoo, OOC, Gaje pangkat Abal.
Pair : Naruto dan Hinata
.
.
.
.
.
.
My Lovely© Animea-Khunne-Chan
.
.
.
.
Uzumaki Naruto, seorang pria dewasa berbadan tegap, memiliki pesona sejuta umat. Wajah penuh karisma dibingkai dengan kedua buah safir dengan cambang kumis kucing dikedua pipinya. Itu ciri khasnya. Kemeja putih yang dilipat sebatas sikunya membalut tubuhnya, membuat penampilannya semakin terlihat Cool apalagi dengan rambut kuning jabrik morat-maritnya itu. Berkedudukan sebagai Presiden Direktur di salah satu perusahaan terbesar di Jepang, yang juga menduduki salah satu peringkat perusahaan No. 6 di dunia yang bergelut dibidang pariwisata dan perhotelan menambah daya tarik besar baginya. Dengan segala yang ia miliki diusia ke 28 tahun ini, membuatnya menjadi The Most Wanted seantero Jepang.
"Kakashi sialan" gerutu sang Presdir muda Namikaze Corp. Dengan wajah masam ditambah bibir monyong yang cukup hanya 2 centi saja pemuda berkulit tan ini menatap geram jadwal harian yang sedang berada dimeja kerjanya saat ini.
"Kenapa bisa-bisanya Tou-san, memperkerjakan karyawan incompeten seperti ini?"
Kesan dingin dan elegan saat perkenalan tadi hilang sudah sampai negeri antah brantah, saat sang presdir muda ini, menggerutu dengan wajah tak jelas.
"Mati saja kau Kakashi!?"
Dan tentu saja gerutuan Naruto yang berkali-kali meluncur bebas darimulut manyunnya dan meskipun lirihnya minta ampun tetap masih terdengar oleh seorang pria yang kini berdiri di depan Naruto. Menimbulkan guratan senyum tipis diwajahnya, melihat tingkah tuannya yang hanya ditampilkan jika sedang bersamanya.
Sedangkan seseorang yang berada disebrang nun jauh disana, sedang mengalami gangguan kecil akibat sumpah serapah yang sengaja lahir batin ditujukan padanya. Poor Kakashi.
"Yamato, dimana pria beruban itu sekarang?" Naruto sedang kesal sekesal kesalnya. Cukup dibayangkan saja, bagaimana dongkolnya dirimu jika kau memiliki seorang pegawai yang kau pekerjakan untuk mengurangi beban dan mempermudah segala urusan, yang ada malah kerjanya hanya bisa menambahi jatah dan membuat batin meradang.
Yamato, seorang pria yang berselisih umur 10 tahun dengan tuannya kini hanya tersenyum maklum. Mendengar kata pria beruban, pastilah ia sangat paham akan maksud tuannya tanpa harus dijelaskan siapa dan seperti apa bentuknya.
"Kakashi-san berkata, bahwa ia sedang ada urusan penting, Uzumaki-san" dengan tutur kata halus dan selicin sutera putri mahkota kerajaan india, Yamato menjelaskan sebab musabab kenapa sang sekretaris pribadi tuannya tidak menampakkan batang hidungnya saat ini.
"HAH?"
Itulah respon paling unbelievable yang bisa ia tampilkan sekarang ini.
"Apa aku tidak salah dengar tadi?"
Batin Naruto sedang bergejolak, mendengar perkataan asisten nya ini, tangannya sibuk mengorek-orek lubang telinganya. Manakala telinganya mungkin dengan tak sengaja tersumbat kapas cotton but tadi pagi.
"Apa dia bilang?"
Mungkin ucapan Yamato yang amat sangat halus sehalus kain beludru nan licin bak sutera dewi padang pasir itu, kurang tersampaikan dengan apik. Ia mencoba mengingat kata terakhir dari kalimat sang asisten ini,
"U.. Urusan Penting Katanya?!"
Sayang sungguh sayang, kata-kata bak oase digurun pasir ini begitu menusuk sanubari Naruto. Sakitnya tuh disini!... (sambil nunjuk-nunjuk si dada kiri).
BRAKKKK!
Gebrakan tangan Naruto pada meja kerjanya ini, membuat ruangan yang didominasi oleh warna orange tua ini agak sedikit berisik. Cukup sedikit saja.
Meskipun tampang yang ditampilkan Yamato si asisten setia tetaplah datar-datar saja. Namun jantungnya sudah berdag-dig-dug tak karuan setelah melihat aksi heroik dari tuannya barusan. Kalau saja ini diserial anime kesukaan Iruka sang sopir pribadi dikeluarga Namikaze, yang katanya ada Jurus Kakek bunting, eh, kage bishing, ah entah apalah itu pastilah jiwanya bakal terpisah dengan raganya sekarang. Tapi berkat didikan yang ia dapatkan jauh jauh hari sebelum dirinya dinobatkan sebagai asisten terpercaya di keluarga ini mampu menangkis serangan yang tiba-tiba datang. Seperti kejadian barusan ini, yang sampai sekarang masih membuat jantungnya hampir copot.
Naruto memilih menetralkan kembali emosi yang menguasai pikirannya saat ini. Bisa-bisa aku yang bakalan cepat mati. Batin Naruto tak terima, wajah yang semula masam kini berubah jadi mengkerut bak pantat ayam. Baiklah Kakashi-Mesum-Sialan. Tamat riwayatmu!.
Memutar kursi kerja yang sedang ia duduki sekarang menjadi membelakangi pria yang selalu setia setiap saat bersamanya ini, Naruto memandang hamparan tatanan ibu kota yang tampak jelas dipelupuk matanya saat ini.
"Cari pegawai baru yang bisa dipakai untuk menggantikan Kakashi, Yamato" dengan suara yang seolah-olah tanpa beban meskipun raut wajahnya memang terlihat sok santai plus senyum seringaian yang terpatri diwajah tampannya Naruto membuat keputusan final dengan mendepak pegawai incompetennya ini. Saat ini juga.
Naruto merasa puas, puas sekali. Akhirnya otaknya bisa berjalan juga disituasi yang tak bersahabat ini. Banyak-banyaklah mengkonsumsi extrak kulit pepaya supaya wajahmu tak keriput setelah ku tendang dari sini. Memangnya siapa yang menjadi pemimpin disini, ha?. Melimpahkan semua pekerjaan padaku dan dengan santainya ia bilang ada urusan penting?. Dan apa ini? Kenapa jadwalku penuh satu hari ini?. Tunggu saja Kakashi, tunggu sampai kakiku menendang pan—
"Itu tak mungkin terjadi, Uzumaki-sama"
Tatmu!.. Hei.." pikiran-pikiran Naruto akan sekretaris gadungannya kini terkikis mendengar penuturan Yamato.
Dengan cepat Naruto membalik kursinya kembali menghadap asistennya yang masih setia berdiri sejak 30 menit lalu. "Kenapa lagi?, apa ada prosedur yang harus kujalani hanya untuk memecat pegawai abal itu, ha? Kenapa sampai itu tak mungkin terjadi, Yamato"
Naruto merasa frustasi sekarang. Kakashi itu makan apa sih, kenapa malah dirinya sendiri yang dibikin repot.
"Kakashi-san dan saya memiliki perjanjian turun-temurun yang sudah bertahun-tahun diamanatkan dikeluarga ini, Uzumaki-sama. Kami memiliki tanggung jawab yang diembankan sejak lahir dan harus kami penuhi seumur hidup kami untuk keluarga anda. Dan tidak ada yang bisa memutuskan perjanjian ini selain mendiang kakek anda, Uzumaki-sama" Ucap Yamato. Penjelasan singkat padat dan jelas.
Saking jelasnya membuat Naruto mengusap rambutnya dengan kasar. "Perjanjian Sialan, hiduplah lagi kek, ubah perjanjian anehmu itu". Sepertinya memang bukan Kakashi yang membutuhkan extrak pepaya.
"Maaf, Uzumaki-sama. Sudah waktunya anda mengikuti pertemuan dengan Client. Anda sudah terlambat 5 menit dengan waktu yang sudah ditentukan"
"Apa Kakashi tak mendengar apa yang aku ucapkan saat itu, Yamato?" Naruto mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi yang terbuang percuma sedari tadi, mengabaikan pesan Yamato agar segera menghadiri rapat yang seharusnya berjalan sejak tadi. "Bukankah kubilang aku minta jadwalku dikosongkan selama 2 hari kedepan?, kenapa malah jadi seperti ini?"
Yamato sangat mengingat ucapan tuannya saat itu, bagaimana dengan semangat masa mudanya tuannya memerintahkan Kakashi agar membuat jadwal meetingnya dengan Client yang tidak terlalu penting dilimpahkan pada Kakashi, agar Kakashi sendiri yang mengurusnya.
"Tapi Kakashi-san berkata, bahwa pertemuan ini sangat penting bagi perkembangan Namikaze Corp dan anda, Uzumaki-sama"
"Memangnya siapa yang harus kutemui? Sepenting itukah. Bilang pada mereka bahwa aku membatalkan pertemuan ini" Naruto sudah sangat kesal sampai keubun-ubun. Tak perduli sepenting apa Client yang harus dia temui saat ini, toh perusahaannya tak akan bangkrut ataupun pailid jika membatalkan pertemuan ini. Ih, amit-amit. Perusahaannya bukanlah perusahaan cabe-cabean yang bisa tutup usia hanya karena membatalkan perjanjian.
Dengan sabar Yamato mencoba mengerti tingkat kelemotan tuannya ini. Bukannya mencemooh karena dari tadi kena sembur akibat ulah Kakashi. Tapi memang tuannya ini agak sedikit lamban saat mengingat sesuatu yang sangat penting bahkan teramat penting seperti sekarang ini.
"Hari ini anda akan menemui Nona Shion. Pertemuan kali ini akan membahas kontrak kerja yang telah disepakati dengan agensi Nona Shion dalam Proyek kerja sama bidang Pariwisata di prefektur Okinawa, Uzumaki-sama" Yamato hanya berharap satu kata kunci disini, bisa membuka mata batin tuannya agar segera sadar akan kelambannanya dalam mencerna serentetan kalimat seduktif.
"Shion...?" Setidaknya Yamato bersyukur, tuannya sudah menemukan satu kata kunci yang bisa melepaskan gembok besar nantinya.
Kening Naruto berkerut memikirkan nama yang diucapkan Yamato, sambil mengetuk-ngetukan jarinya dimeja kerja kebanggaannya Naruto mengingat nama Shion dan hubungannya dengan semua ini. Sepertinya memang ada yang terlupakan. Tapi apa ya?
...
...
Baiklah, Naruto menyerah sekarang. Ia putuskan meminta bantuan kepada Yamato tentang hal yang 'terlupakan' namun hanya seulas senyum yang ia dapatkan dari sang asisten. Mendesah pasrah Naruto mencoba memutar otaknya sekarang.
"Shion, Pariwisata, Proyek... Arrggh, apa lagi sih?.
"Ada apa dengan Shion?, apa Shion ini anaknya Presiden? Ah, bukan. Anaknya Presiden Jepang namanya bukan Shion. Tapi Shino. Ah, mungkin Shion ini adalah aktris papan atas. Lalu.. memangnya kenapa kalau dia aktris papan atas? Hah...
Pariwisata—Proyek—Shion, Arrghhh... Terserah. Aku pusing!"
Naruto benar-benar sudah menyerah sekarang. Duduk dengan menopang dagu dan mendesah lelah. "Kepalaku sakit, Yamato. Kalau begini terus aku tidak bisa melihat Hinata-chan..."
"Tunggu.. Hinata-chan?"
Naruto tersadar dengan nama yang tak sengaja terlontar dari pikirannya kini. Menatap penuh tanya kepada sang asisten. Naruto mencoba meyakinkan pemikirannya sekarang.
"Apa yang kau maksud ini Shion atasan Hinata-chan-Ku, Yamato?" dengan menekankan kata 'Hinata-Chan-Ku' Naruto berharap pemikirannya sesuai dengan harapan dan angan-angannya.
Akhirnya. Tuannya ini sudah menemukan jawaban atas kejadian tak penting yang terjadi beberapa waktu tadi. Dengan senyum tipisnya Yamato hanya menganggukkan kepalanya.
"Jadi benar?" Naruto benar-benar tak percaya ini. Wajahnya sudah sangat berubah 360 derajat berbanding terbalik dengan expresi yang dikeluarkan sedari tadi. Kini wajahnya cerah secerah mentari tanpa mendung dipagi hari. Senyum lima jarinya mengembang seperti adonan kue bolu buatan Ayame koki hebat dikediamannya.
"Kenapa tidak bilang dari tadi sih Yamato?, Lihat. Kita sudah terlambat 15 menit" Pekik Naruto.
Segera Naruto melesat pergi dari ruangan yang sedari tadi sarat akan emosi. Bahkan ia lupa membawa jas hitam yang ia letakkan dikursi kerjanya.
Yamato hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah tuannya. Sedari kecil tuannya ini memang sangat ceria, cerah dan energik. Banyak yang menyukainya tapi tak sedikit yang membencinya karena iri padanya. Sampai diusianya yang sekarang ini, bahkan wanita yang menginginkan untuk bersanding dengannya sudah seperti kerumunan semut. Tapi, sayang teramat malang bagi nasib gadis diluaran sana. Karena tepat tiga minggu ini, sang pewaris sah perusahaan ternama di Jepang ini sudah memutuskan tambatan hatinya jatuh pada gadis manis bersurai indigo. Hyuuga Hinata.
Gadis yang dijodohkan oleh keluarganya yang kemudian ditolak mentah-mentah oleh Naruto sendiri. Tapi setelah bertemu dengan gadis yang dijodohkan itu tepat dihari pertunangannya langsung membuat Naruto merubah pikirannya saat itu juga. Dengan lantang dan percaya diri, ia menerima perjodohan itu. Dasar laki-laki, tidak tahan melihat yang bening-bening.
Tapi bukan hanya karena kecantikan yang membuat Naruto memilih Hinata sebagai gadisnya.
Bukan pula karena kulit putih susunya yang sangat di idam-idamkan banyak pria diluar sana.
Bukan jua helaian Indigo panjang yang membingkai mahkotanya, tapi lebih dari itu. Naruto yakin, inilah jodohnya.
Gadisnya sangat berbeda jauh dengan kebanyakan gadis diluaran sana. Gadisnya ini spesial baginya, saat pertama kali melihat gadisnya berdiri anggun diruangan tengah saat itu hatinya berdesir merasakan suatu perasaan asing yang berpendar didadanya, Naruto terbuai melihat kecantikan gadisnya melebihi pesona Cleopatra.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
Maaf, sepertinya saya akan merubah cerita HLL, setelah saya pikir-pikir ternyata membuat fic multipair itu sungguh sulit. Jadi tidak bisa memenuhi harapan para reader-san semua. Sebagai gantinya serta permintaan maaf, diriku ini membuat fic abal baru yang semoga bisa mengobati rasa kecewa kalian semua. Dan ternyata saya juga sama kecewanya dengan para reader-san.. haha
Saya hanya berharap, fic ini jangan sampai menambah kekecewaan anda-anda semua haha
Kalaupun malah tambah kecewa, ya tidak apa-apa yang penting saya sudah berusaha..
Udahlah segitu aja alasannya.. hoho
Pengennya bikin one shoot tapi jadinya malah mblasut-mblasut.. hahaha...
Bersediakah Repiew
Kritik dan saran mungkin, enaknya ini fic dibuat seperti apa ya? Telur setengah matang kah? #ngaco
