Ini cuman intro dari cerita yang Rina buat. Untuk update selanjutnya mungkin bakalan agak lama karena ini kepikiran secara sekejap doang. Bagi yang pernah maen Sword of Mana dan Legend of Mana mungkin bakalan merasa familier dengan intro cerita Rina yang satu ini. Tapi, Rina sumpah gak berniat meng-copy cerita mereka. Mungkin hanya bagian intro na disana dan disini begitu. Udah deh, sambutan Rina gak usah panjang-panjang. Disclaimer dulu!

Disclaimer: Vocaloid bukan milik Rina


"Len! Len kemarilah! Ada yang ingin ibu bicarakan kepadamu!" aku mendengar suara seorang wanita sayup-sayup dari tempat latihan pedangku. Aku mengenali suara itu sebagai suara ibuku.

"Baik, bu!" teriakku dengan segera sembari merendahkan pedang yang ada di tanganku. Aku memandang guru berpedangku yang merupakan seorang Knight yang melegenda hingga namanya tercatat di dalam sejarah, Sir Eques Kaito.

Dia melihatku dengan tatapan mengerti, lalu mengusirku untuk menemui ibuku. Aku tertawa kecil melihat reaksi Sir Kaito yang terkesan kasar tapi lucu itu. Aku segera berlari untuk menemui Ibuku yang memanggilku tadi.

Setelah beberapa saat berlari, aku melihat rumahku yang ada tepat di bawah sebuah pohon besar dan Ibu yang sedang duduk di salah satu tangga rumah. Aku mempercepat langkah kakiku untuk menemui Ibuku. Ibuku sendiri, juga merupakan orang penting, karena dia merupakan penyanyi utama desa Pius, Cantor Meiko.

"Ada apa, Ibu?" tanyaku dengan heran kepada Ibu yang sepertinya sedang khawatir dan menunggu sesuatu cukup lama.

Ibu segera melihat ke arahku dan dia langsung tersenyum senang, menyadari bahwa aku sudah datang. Dia kemudian berkata, "Kau masih ingat tentang janji Ibu untuk memberikan pedangmu hari ini kan?" tanya Ibu dengan pura-pura marah.

Aku hanya tertawa sambil menggaruk-garuk punggung leherku karena aku benar-benar lupa akan hal itu. Di desaku, setiap anak laki-laki yang menginjak 9 tahun, akan mendapatkan senjata yang sudah ditentukan berdasarkan kemampuan mereka oleh orang tua mereka. Aku sendiri kemungkinan besar akan mendapatkan sebuah pedang dari Ibu.

"Maaf… aku lupa…" ujarku dengan meminta maaf pada Ibu.

Ibu sepertinya tahu bahwa aku akan lupa sehingga dia sudah menyiapkan pedang itu dengannya bersamanya saat ini. Aku membuka pedang itu dan melihat pedang yang sudah berkarat dan tidak bisa dipakai lagi. Tentu saja aku bertanya kepada ibuku kenapa aku mendapat pedang seperti itu.

Ibu hanya menjawab sambil menepuk kepalaku dengan lembut sambil berkata, "Pedang ini adalah pedang yang dulu pernah dipakai oleh ayahmu, Meito, untuk mengalahkan King Lues Tonio dan mengakhiri keserakahannya untuk menguasai kekuatan Mana. Pedang ini adalah pedang terkuat yang pernah ada sejak dulu hingga dunia ini berakhir," ujar Ibuku dengan tersenyum lembut.

Aku mengambil pedang berkarat itu dan mengangkatnya untuk melihat sedikit matahari. Dari manapun, aku tidak melihat pedang yang kuat, yang kulihat hanyalah pedang berkarat yang tidak ada bagus-bagusnya.

"Lalu, kenapa kondisinya sama seperti barang rongsokan yang dimiliki Elder Presbyter?" tanyaku dengan 100% keheranan dan lurus-lurus saja.

Ibuku tertawa terbahak-bahak dan membuatku heran. Lalu ia berkata, "Kau sudah kuberi cerita tentang Sword of Mana kan? Benda di tanganmu itu adalah pedang itu," ujar Ibu dengan menghapus air mata yang terbentuk di ujung matanya gara-gara kebanyakan tertawa.

Aku hanya terbelalak sambil melihat pedang karatan di tanganku. Tentu aku tidak percaya pada perkataan ibu. Pedang yang ibu maksud memiliki kekuatan yang sangat hebat, tidak mungkin benda ini merupakan benda itu.

Aku mengurungkan niatku untuk bertanya, saat ibu berkata, "Kau adalah anakku yang sangat kubanggakan. Kau adalah Knight yang sangat hebat, seperti Ayahmu yang kini menghilang itu. Jika itu kau, aku yakin kau akan mampu mengemban pedang itu," ujar Ibu dengan lembut sambil memelukku.

Aku hanya membiarkan ibu memelukku dengan erat. Ayahku, Sir Vortis Meito, sudah menghilang sejak aku lahir, jadi aku tidak pernah melihat wajahnya. Aku hanya mengenal ayah dari lagu-lagu yang dilantunkan oleh Ibu.

Ibu kemudian mencium keningku, dan aku merasakan rasa tenang dan kekuatan Mana di dalam tubuhku. Ini merupakan salah satu ritual pemberian Mana yang dilakukan oleh Orang Tua kepada anak lelaki mereka. Setelah ritual ini, anak laki-laki itu sudah siap untuk mengenal dunia.

"Pakailah pedang ini saat saatnya tiba… putraku yang kubanggakan, Miles de Sancti Gladius Len," ujar Ibu dengan lembut dan membelai rambutku dengan pelan.

Aku melihat ke arah Ibu dengan mengangguk pelan. Lalu Ibu berkata lagi, "Karena kau adalah 'Pelindung' dari gadis itu, kabulkanlah permintaannya kau mengerti Len?" ujar Ibu dengan lembut seraya menyebutkan namaku.

"Aku mengerti… Ibu…" jawabku langsung saja.

Aku tidak mengerti apa yang ibu maksud dengan 'Pelindung gadis itu' saat aku memegang pedang itu saat itu. Tapi, aku lebih ingin berpaling dari tugasku sebagai 'Pelindung gadis itu' setelah aku mendapatkan Sword of Mana.


Di tempat ini tidak ada apapun kecuali cahaya putih yang menerangi ruangan. Sejauh mata memandang hanyalah ruangan berwarna putih tanpa ujung.

Saat aku menyadarinya, aku sudah berjalan menyusuri ruangan yang tanpa akhir ini, seakan kakiku sudah tahu kemana mereka harus menuntunku.

Aku terus berjalan cukup lama, lalu berubah menjadi larian untuk mengejar sesuatu. Aku punya firasat untuk lebih cepat melangkah, karena ada seseorang yang sedang menungguku di ujung sana. Sayup-sayup aku mendengar suara nyanyian seorang gadis. Tanpa sadar, aku mempercepat langkahku, aku ingin menemui pemilik suara itu.

Aku terus berlari, berlari, dan berlari mendekat. Dan akhirnya, aku melihat sesosok bayangan yang duduk memunggungiku sambil menyanyikan sesuatu. Nafasku terengah-engah saat akhirnya aku sampai di dekat gadis itu.

Dia memiliki rambut berwarna Honey Blond sebahu yang melayang-layang dimainkan angin. Postur tubuhnya terlihat kecil, dari caranya duduk. Dia mengenakan pakaian berwarna hijau yang sangat muda tanpa lengan, dengan rompi berwarna hijau yang jauh lebih muda dan transparan, sehingga tidak terlalu menutupi tubuhnya. Terdapat juga sehelai selendang berwarna kuning yang ada di sekitar tangannya dengan ujung-ujungnya memiliki tanda Rune.

Yang mencolok dari penampilannya adalah pita putih besar yang ada di kepalanya, dan juga 'sesuatu' yang mirip dengan sayap yang ada di punggungnya.

Seakan menyadari keberadaanku disini, dia melihat ke arahku dengan menengokkan kepalanya sedikit ke atas. Dalam sekejap aku terpikat akan dalamnya matanya yang berwarna Sapphire biru dan bibirnya yang seperti mawar merah dan warna kulitnya yang seperti buah peach. Jika ada satu kata yang bisa mendeskripsikan dirinya, maka aku akan mengatakan… dewi.

"Kau sudah datang rupanya…" ujarnya dengan lembut. Dia sudah berhenti menyanyi saat dia menyadari keberadaanku.

Aku hanya berdiri di hadapannya, tidak tahu apa yang harus kulakukan, namun aku segera menjawab, "Kau… menungguku?" tanyaku dengan heran sekaligus tidak percaya. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan gadis ini.

Dia mengangguk pelan, lalu memutar tubuhnya kembali. Saat dia melakukannya, sekeliling kami menjadi berubah. Aku menyadarinya sebagai bukit yang ada di dekat desaku. Aku tentu saja heran, bagaimana aku bisa berada di sana, tapi mungkin ini hanyalah mimpi.

Lalu aku menyadari bahwa aku belum bertanya namanya. Karena itulah aku bertanya, "Apa aku boleh tanya siapa namamu?" tanyaku sambil memandangi punggungnya. Aku tidak berani duduk di sampingnya karena itu tidaklah sopan.

Dia menoleh lagi dengan tatapan heran. Lalu di wajahnya terukir senyuman yang sangat indah, seperti senyuman ibu. Melihat senyum itu membuat dadaku menjadi berdegup dengan cepat.

Dia membuka mulutnya sedikit dan berkata, "Aku adalah Cloaca Vita Rin,"

Sedikit yang kuketahui bahwa pertemuan kami sudah ditentukan oleh takdir…


Keberadaanku adalah untuk membersihkan dunia...

Apa yang aku lakukan sendiri adalah penerima semua dosa manusia...

Tapi, kenapa mereka semua melupakan keberadaanku? Padahal aku penting bagi mereka...

Aku sudah lelah...

Lelah sekali...

Karena itulah, kumohon, akhiri penderitaanku ini...

Datanglah ke sisiku dan hancurkan aku hingga menjadi abu...

My Guardian Knight...


Yup, udah segini saja buat Intro. Kalo ingin ini dilanjutkan jangan segan2 untuk bilang ya! Oh iya, meskipun aku pake istilah2 dari Mana series, sebenarnya itu cuman nama doang karena terdengar keren dan Rina gak punya ide apa-apa untuk memberi nama, alhasil, nyomot saja deh. Err, jadi boleh tanya gak? Apa seharusnya Rina taruh ini di bagian Crossovers ya? Meski Rina gak pake karakter dari Mana series sendiri…