Is There Hope For Us?
Emerald itu hanya terfokus pada cangkir the hijau yang kini sedang di pegangnya. Entah sudah berapa lama ia bertahan dalam posisi seperti itu. Surai merah muda nya kini sedikit acak-acakan mengingat angin nakal di teras meniup rambut indah itu. Si pemilik surai itu terkadang memfokuskan mata emerald nya ke jam dinding yang menunjukkan pukul 23.00. Ia tahu matanya mulai lelah, namun dia mengurungkan niat untuk beristirahat.
Ia menepuk pipi chubby nya ketika kepalanya mulai turun ke meja di hadapannya.
'Ayolah Sakura' batinnya. 'Kau harus tidur'
Wanita itu menyeruput teh nya yang mulai mendingin. Ia tahu ia harus tidur, namun kekhawatirannya akan sang suami yang belum pulang hingga kini, membuatnya merasa harus bertahan menahan kantuk.
Ini gila.
Dia memperlakukanku dengan semena-mena, namun aku tetap menunggunya seperti ini.
Apakah aku sudah tak berakal?
Lamunannya buyar ketika mendengar suara baritone yang sangat di kenalnya.
"Sudah berapa kali kubilang kau tidak usah menungguku apabila aku pulang malam?"
Sakura menoleh dan memaksakan diri tersenyum. "Aku.. tidak bisa tidur. Kupikir secangkir teh hangat bisa membantuku tidur"
Pria di depannya tidak menunjukkan reaksi. Wajah datar yang selalu membuat Sakura salah tingkah. Terkadang wanita cantik itu muak melihatnya, namun tak bisa dipungkiri dia terpesona dengar mata onyx suaminya yang menusuk itu.
"Sasuke sudah makan? Kalau belum, ada beef teriyaki di microwave" ucap Sakura dengan sedikit gemetar. Ia takut membayangkan respon suaminya yang selalu di luar dugaan.
Uchiha Sasuke. Yang entah mengapa bisa membuat hati seorang Haruno Sakura terpikat hingga menerima lamaran lelaki berambut raven itu. Ia tahu pernikahan mereka di dasarkan atas kemauan orang tua mereka. Namun Sakura begitu tulus mencintainya.
Yang Sakura sesali adalah, dia sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang anak bungsu Uchiha itu.
Ia tak mengerti kepribadiannya, makanan kesukaannya, kebiasaannya, apapun tentang Sasuke.
Sakura berpikir, lambat laun ia akan mengetahui dengan sendirinya tentang Sasuke. Di pihak Sasuke sendiri, ia terlihat misterius dan tidak mau terlalu banyak bicara. Memang khas Uchiha. Sasuke memang selalu memenuhi kebutuhan Sakura, bahkan Sakura tidak diperbolehkan bekerja. Ia menyuruh Sakura tetap di rumah, kecuali untuk membeli kebutuhan atau ada hal darurat. Namun Sasuke jarang sekali di rumah, bahkan sejak awal pernikahan mereka. Sakura sadar bahwa memang tidak mudah bagi Sasuke untuk menjalani pernikahan yang tak di inginkannya, karena itulah Sakura selalu menuruti kemauan Sasuke dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Sasuke. Ia menyadari kehadirannya di kehidupan Sasuke sudah cukup banyak merepotkan.
"Hn. Lebih baik kau tidur sekarang" ucap Sasuke.
"Ah.. i-iya. Selamat malam Sasuke". Sakura melenggang pergi menuju kamarnya. Sementara Sasuke beranjak menuju ruang kerjanya. Yang Sakura tahu, pekerjaan Sasuke adalah direktur perusahaan asuransi Uchiha Corporation. Menggantikan kakaknya, Uchiha Itachi, yang mengambil alih Uchiha Corporation cabang Australia.
Dan sejujurnya, Sakura jarang sekali di perbolehkan masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu.
Sakura tidak tahu kenapa, yang jelas Sasuke akan marah sekali apabila ada yang lancang masuk ke ruang kerjanya.
Sakura makin tidak bisa tidur.
Sudah berkali-kali ia mengganti posisi tidurnya, namun kantuk yang tadi menerornya tiba-tiba hilang entah kemana. Kalau saja Sasuke tahu bahwa Sakura belum tidur, ia akan memarahi istrinya habis-habisan.
Sakura berpikir. Sasuke sangat protektif dengan Sakura. Saking protektifnya, hal-hal yang di lakukan Sasuke terkadang tidak masuk akal. Mulai dari menyewa seorang Bodyguard dan intel demi mengawasi Sakura. Sakura tidak mengerti mengapa Sasuke bisa seberlebihan itu.
Sasuke juga akan sangat temperamental apabila Sakura tidak menuruti Sasuke. Ia tidak segan memukul dan menampar. Chiyo baa-san, pembantu mereka, selalu rajin mengobati luka-luka di tubuh Sakura apabila Sasuke mengasarinya. Chiyo baa-san hanya bekerja paruh waktu. Ketika sore menjelang, ia akan pulang ke rumah cucunya. Sakura kadang merasa kesepian. Sesekali ia mengobrol dengan Kiba, bodyguard sekaligus supirnya, yang untungnya sangat baik dan ramah. Kiba sebenarnya prihatin dengan keadaan Sakura, namun ia tidak bisa menentang Sasuke.
Semakin Sakura menentang Sasuke, semakin menjadi-jadi perilaku kasar Sasuke. Karena itu Sakura lebih memilih untuk menuruti perkataan Sasuke. Terkadang ia sendiri heran, mengapa dirinya begitu patuh dan tahan pada orang yang begitu arogan seperti Sasuke?
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Refleks Sakura memejamkan matanya. Ia tahu yang membuka pintu barusan adalah Sasuke. Terkadang suaminya itu timbul niat untuk mengecek apakah Sakura sudah tidur.
Dan seperti biasa, Sasuke tahu bahwa Sakura hanya berpura-pura tidur.
"Kau butuh obat tidur agar cepat terlelap?" tanya Sasuke sarkatis.
"…."
"Cepat tidur!"
Sakura menahan air matanya. Ia benci bagian ini. Bagian Sasuke membentaknya layaknya budak.
"Iya Sasuke.. aku sedang berusaha tidur.." ucap Sakura pelan. Ia memang selalu lembut, bahkan terhadap orang seperti Sasuke.
Sasuke mendekati ranjang. Hal itu membuat Sakura ketakutan. Ia takut Sasuke akan mengasarinya lagi. Tapi Sasuke hanya diam saja.
"Cepat tidur. Akan kutunggu" ujarnya pelan. Ia duduk di sofa samping ranjang dan membaca buku dari rak kecil di sebelah sofa. Sakura sedikit terkejut. Jarang sekali Sasuke menungguinya tidur, tidur bersamapun tidak pernah.
"Apa yang kau tunggu? Tidur sana" kata Sasuke dengan masih focus pada bukunya.
Tanpa membuang waktu lagi, Sakura memutuskan untuk berusaha mencapai alam bawah sadarnya dan tertidur
To be continue
