kring kring
Bunyi alarm memecahkan keheningan dalam ruanga meter yang di huni oleh mahkluk pirang yang masih bergelung dalam selimut tebalnya. Pagi sudah datang satu jam yang lalu dan mahkluk pirang ini masih asik bermain dalam dunia mimpinya. Bahkan kini dia mengeratkan selimutnya, menghindari dari hawa dingin pagi hari yang membuat manusia malas bangun dari tempat tidur seperti mahkluk pirang satu ini.
kring kring
Alarm masih berbunyi nyaring memenuhi ruangan yang tak layak di sebut kamar karena bentuknya persis seperti kapal pecah. Dan mau tak mau mahkluk dalam selimut itu mengeluarkan tangannya dan mengambil jam alarm yang masih meraung meminta untuk di perhatikan.
Alarm sudah berada di tangan dan dalam hitungan detik alarm itu akan menemuai ajalnya
Brakk
Suara barang di lempar memenuhi ruangan, setelah itu hening kembali seperti tak ada kehidupan. Rupanya sosok itu mengambil alarm hanya untuk di banting karena telah mengganggu tidurnya.
Drrttt drrttt
Kali ini getaran dari ponsel disebelah mahkluk pirang itu yang meminta perhatian. Dengan malas-malasan ia meraih ponsel di dekatnya, membuka matanya sedikit hanya untuk menemukan mahkluk pirang itu melebarkan matanya dan loncat dari atas tempat tidur.
"Aku terlambattttt..."
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : Always SasuNaru
Rated : T
Warning : Typo bertebaran dimana-mana, Boy Love, YAOI dll
Hosh hosh
Menyeka peluh yang jatuh dari dahinya,seorang pemuda pirang terus mengayuh sepedanya melintasi jalanan kota yang sangat ramai. Sebisa mungkin pemuda itu mengayuh sepedanya dengan cepat, menyalip siapapun yang ada dihadapannya.
Berbekal gaya sepedanya yang mirip salah satu pembalam terkenal di dunia, pemuda pirang tadi bisa tepat waktu datang ke kantor tempat kerjanya yang pertama kali.
"Untung aku tak terlambat." Pemuda itu berujar pelan dan berjalan menuju ruangan yang akan menjadi tempatnya bekerja.
Sesampai di ruangan tempatnya bekerja, pemuda itu menduduki satu kursi yang masih kosong yang memang adalah tempatnya. Tak ada yang mempedulikan pemuda pirang yang baru datang itu, semuanya sibuk pada urusan masing-masing
"Hei.."
Suara sapaan santai dari samping mejanya, membuat Naruto mangalihkan pandangan dari komputer pada orang di sampingnya dan memberikan senyuman terbaikkya pada orang yang telah menyapanya.
"Ya?" Sebisa mungkin Naruto mengeluarkan aura ramah yang dia miliki, dia ingin dicap baik oleh teman-teman kerjanya.
Orang itu tak langsung menangagapi ramah tamah Naruto ,dia malah memperhatikan Naruto dari atas ke bawah dan keatas lagi. "Kau-" menjeda kalimatnya, orang itu masih memperhatikan Naruto. "-laki-laki atau perempuan?"
'Pertanyaan yang menyinggung, kenapa selalu pertanyaan ini. Hiks.. hiks..' Batin Naruto, merutuki nasibnya yang selalu di ragukan gendernya sejak taman kanak-kanak.
"Abaikan. Berikan tanganmu." Ucap orang yang masih memperhatikan Naruto. "Cepat berikan tanganmu!" Ulangnya sekali lagi saat Naruto hanya diam saja.
"Ah ya!" Naruto dengan gugup mengulurkan tangannya dan langsung di tarik oleh orang di sebelah Naruto.
"Tangan yang halus," Orang itu mendekatkan wajahnya pada tangan Naruto yang masih di pegangnya, lalu mengecup punggung tangan Naruto. "Uchiha Sasuke, partnermu mulai sekarang. Namamu?" Orang itu atau Sasuke memberikan kedipan mata pada Naruto.
Naruto langsung menarik tangannya yang habis di kecup Sasuke dan agak menjauhkan diri dari Sasuke. "Uzumaki Naruto!" Ucap Naruto cepat, dia memeliki prasangka buruk pada orang di sebelahnya. 'Jauhi dia, bahaya! Bahaya!' Teriak batin Naruto menyuruhnya menjauhi Sasuke.
"Baiklah Naruto-" Menjeda ucapannya sebantar, dan dalam sekejab Sasuke sudah ada begitu dekat dengan Naruto, "-jadilah partner yang menyenangkan." Sasuke berbisik di telinga Naruto dan tak lupa meniupnya pelan, membuat tubuh Naruto menegang seketika. "Mengerti?" Sasuke menjauhkan tubuhnya dan kembali pada tempatnya mengerjakan pekerjaanya. Meninggalkan Naruto yang mematung.
'Dia benar-benar bahaya' Naruto melirik Sasuke di sebelahnya, dan itu keputusan yang salah. Karena Sasuke juga memandangnya, dan memberikan kedipan matanya sekali lagi. 'Dia gilaaa'
'Hiks.. hiks.. selamat tinggal masa ketenanganku hiks.. hiks..' Naruto menangis dalam hati, meratapi nasib mempunyai patner kerja orang gila macam Sasuke.
.
.
Hari pertama kerja Naruto berjalan lancar, hanya pada bagian perkenalannya saja dengan Sasuke yang membuatnya tak nyaman tapi setelah itu Sasuke pergi entah kemana dan belum kembali sampai waktu para pekerja pulang.
Naruto berjalan menuju parkiran sepedanya dengan semangatnya, pekerjaannya belum terlalu berat jadi dia masih memiliki semangat untuk mengayuh sepedanya dengan cepat sampai apartemennya.
Meninggalkan parkiran dan melesat menuju jalanan, Naruto terus mengayuh sepedanya tanpa tahu ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
"Hai partner." Naruto terlonjak kaget saat seseorang mensejajari laju sepedanya. Hampir dia akan menabrak tiang lampu di hadapannya.
"Kau! kenapa ,mengikutiku!" Naruto berteriak kaget.
"Tentu saja pulang." Jawab Sasuke santai dan terus mensejajari Naruto.
"Berikan tanganmu." Sasuke berteriak dari balik helm yang dia pakai.
"Untuk apa? Aku tak mau?" Tolak Naruto yang masih trauma atas kejadian tadi pagi dikantor.
"Cepat berikan tanganmu." Sasuke terus memaksa. "Berikan atau kuambil paksa." Suara Sasuke berubah dingin dan mengancam, mau tak mau membuat Naruto takut dan akhirnya mengulurkan tangannya.
Sasuke memegang tangan Naruto erat. "Pegang erat-erat." Setelah selesai dengan ucapannya, Sasuke langsung tancap gas melaju lumayan kencang dan membawa Naruto malaju bersamanya.
"Hwaaaa..."
Naruto hanya bisa berteriak, walau jalanan masih sepi, karena mereka memang pulang sebelum jam orang kerja pulang. Naruto sangat kaget dengan teindakan tiba-taba Sasuke barusan. Bahkan jantungnya hampir copot tadi.
"lepaskan! Aku bisa sendiri! Lepasss!" Naruto terus meminta untuk dilepaskan. Apartemen Naruto sudah terlihat dan Naruto semakin keras berteriak. "Lihat di depan Apartemenku, lepaskan aku!" Naruto beretriak lebih keras.
Dan akhirnya tepat disamping jalan Apartemen Naruto, Sasuke berhenti.
Sasuke bersiap untuk pergi lagi, "Sampai jumpa besok partner." Ucap Sasuke dan memberikan lambaian tangan pada Naruto lalu melaju lagi dengan kencang.
"Jantungku! Jantungku!" Naruto terus bekata 'jantungku', sungguh dia masih belum siap menemui ajalnya di usia semuda ini, bahkan dia belum menerima gaji pertamanya.
"Jika aku bersama partner seperti orang gila macam Sasuke-san aku bisa ikut gila." Naruto berbicara sendiri, mengerutu sepanjang jalan menuju aprtemennya. "Aku gila." terikan Naruto kali ini memuatnya menerima hadiah panci dari pintu yang terbuka dibelakangnya. Sebelum itu Naruto lari terbirit-birit. Masuk dalam apartemen sederhanya.
.
.
Sementara itu dalam sebuah apartemen yang lebih baik, bisa dikatakan sangat baik karena hanya orang-orang menengah keatas yang bisa menempati tempat tersebut bahkan orang menengah pun sepertinya masih sulit tinggal di apartemen itu. Sosok yang di ketahui bernama Uchiha Sasuke tersenyum sendiri membayangkan teman kerjanya. Dia tek pernah menyangka ternyata bekerja semenyenangkan ini. Dia akan berbicara pada kakaknya nanti, bahwa dia menerima pekerjaannya barunya.
Cklek
Bunyi pintu yang terbuka mengalihkan pandangan Sasuke dari layar besar yang sedari tadi menyala tampa di tonton olehnya. Sosok sang kakak Uchiha Itachi yang di tunggu akhirnya datang juga.
"Aniki, aku menerima pekerjaannya tapi akau tak mau menjadi wakilmu." Sasuke langsung to the point pada kakaknya.
"Terus kau mau ditempatkan dimana? Aku membutuhkanmu sebagai wakil perusahaan Sasuke." Itachi agak tak terima dengan keputusan seenak adiknya itu.
"Aku mau bersama di tempat karyawan baru di terima, tempat training." Ucap Sasuke tanpa mempedulikan kesengsaraan kakaknya.
"Kemampuanmu tak dibutuhkan disana, kau jangan seenaknya. Bagaimanapun itu perusahaan keluarga kita. Kau harus ikut membantu juga." Itachi masih saja tak terima dengan keputusan Sasuke.
"Aku masih bisa membantumu, aku hanya ingin disana sebentar. Toh aku masih dengan mudah membantumu. Pekerjaanku disana hanya kamuflase, ayolah aniki kali ini saja kau membiakan otouto-mu berbuat semaunya."
"Kapan aku tak menyetujui ucapanmu." Itachi mulai lelah dengan pembicaraan ini, dia takkan mungkin menang dari adik kesayangannya yang sangat kurang ajar ini. Menghela nafasnya, Itachi akhirrnya menyetujui permintaan adiknya.
"Thanks brother." Ucap Sasuke pada kakaknya dan pergi menuju kamarnya, meninggalkan Itachi yang tersenyum masam.
.
.
.
Tbc
Saya lagi semangat ngetik inih, padahal udah mau UN, doa in ya semoga UN ku gak keganggu sama fanfic-fanficku yang terus bermunculan. Beneran aku gak bisa berhenti mikirin fanfic, satu kelar satu lagi masuk jadi gak bisa berhenti buat ngetik. Dan semoga bisa updeth cepet
Terima kasih sudah membaca
Review?
